BFM|| 37

2.3K 201 19
                                    



BREATH FOR ME




•••



" apa yang kau bimbangkan hmm "

Iris mata naik bertemu mata hazel itu. Lamunannya sejak berada dalam kenderaan lelaki itu dari hospital sehinggalah ke sini, ruangan parkir dibawah condo.  Keluhan dibibir dibisukan, lantas bibir itu mengoyak senyum pahit.

" saya teringatkan seseorang... maybe saya rindukan dia " jari jemari digesel tanpa sedar. Benar. Memang dirinya tenggelam lamunan memori silamya. Tidak tahu mengapa, memori bersama ibunya kembali terimbau dibenak fikiran. Detik-detik indah,  sehinggalah detik terakhir mereka bertemu. Detik terakhir...

Leon membisu, tidak cepat melatah apalagi membuat andaian.  Renungan mata hazelnya lama menikam ke wajah wanita disisinya seraya pandangan mata difokus kehadapan. Bibir itu terukir sebuah senyuman,  polos.

" aku pernah dengar, andai hati tiba-tiba teringatkan seseorang... boleh jadi seseorang itu turut sama merindui kita. " Segaris senyuman mulai berkembang mekar sebelum dia menoleh ke arah Dellina.
" — kerana hati memang mudah memilih yang salah, namun kasih dan rindu yang hadir dalam hati... tidak pernah salah. "

Terkedu.

Matanya hanya mampu tertancap pada sepasang mata hazel. Terpaut pada sinar yang terbias dalam iris mata itu. Kehibaan mengisi ruang hati dan jiwanya, rapuh. Begitu rapuh jiwanya saat ini. Mengapa? Mengapa emosinya sebegini keliru, begitu celaru... Atau mungkin jawapannya begitu mudah. Mungkin dia hanya lelah. Lelah dalam mendepani segalanya...  tidak pasti akan pengakhiran kisahnya apatah lagi hidupnya.

Apa kisahnya ini hanya bakal jadi coretan memori dikala diri sudah tua?  Atau sekadar memori yang bakal dia lupakan disaat akal warasnya mulai lelah, disaat diri dimamah usia.
Apa pengakhiran hidupnya...

Sebutir air mata mengalir bagaikan titis hujan yang memberi petunjuk awal sebelum bebanan awanannya menghamburkan segala yang ditanggung. Wajah segera dipalingkan ke arah lain,  namun tangkasnya sebuah tangan lelaki itu menggenggam kemas pergelangan tangannya.

Tubuh automatik statik, meski wajah masing tidak berpaling ke arah lelaki itu. Tekadnya, tidak mahu Leon melihat dirinya berkeadaan begini, apalagi bersimpati padanya! Atau,  ia sekadar ego yang melangit tinggi.

" tiada salah untuk kasih apalagi merindui seseorang Dellina. Whoever they are...  its not a crime.. and its not even a weakness. We,  as human being... we are not a robot that doesn't have any emotions.  We are simply... a human. " Nada suara lelaki itu semakin halus, hampir berbisik membicarakan aksara jiwa. " — aku tahu kau kuat. Dan aku tahu kau nak aku nampak kau kuat...  but its not your fault that you fall. And its not even your fault  that you're hurting, that you could no longer take it... its okey...  no one's gonna judge you, and even if they fuvkin do that, that's reflect their own poor mentality. Life is not a fairytale that you need to fake your smile just to make sure everyone see your happy endings. Life is full of choices, regrets and pain. No ones...no ones could tell you how to live your life,  how to make sure you got the best of life because every one of us have different path, we choose different path and choices, and it lead to our own path...our own life. "


Tangan dipergelangannya jatuh pada tapak tangannya. Jemari lelaki itu menyelit diantara jemarinya, sebelum diperkemaskan.

вяєαтн ƒσя мє Where stories live. Discover now