PART 28.

367K 13K 747
                                    

Selamat Membaca!
. . .

Aurel sudah memejamkan matanya dan merebahkan tubuhnya didalam gelungan selimut. Ia sama sekali belum bisa tidur karena pikirannya selalu mengulangi kejadian tadi seperti sebuah film diotaknya. Niatnya ingin menjauhi Ferel gagal total karena kajadian itu. Jujur Aurel sangat panik melihat Ferel dengan keadaan tangan berdarah seperti itu. Ia tak tahu alasan pasti kenapa Ferel melakukan hal bodoh seperti tadi, tapi yang jelas Aurel sekarang mencoba tidak peduli lagi.

Tiba-tiba telinga Aurel bisa mendengar suara pintu yang terbuka pelan dan kembali tertutup. Aurel ingin melihat siapa yang memasuki kamarnya tapi ia urungkan saat merasakan tangan besar dan kekar yang mengusap lembut dipipinya.

"Maaf saya gabermaksud."

Suara maskulin yang sangat Aurel kenal itu membuat Aurel tiba-tiba sulit bernafas. Ia hanya diam berpura-pura sudah terlelap saat ini. Aurel perlahan bisa merasakan genggaman dipipinya melepas, ia kira Ferel akan pergi saat itu dari kamarnya. Namun hal yang membuat Aurel terkejut ternyata Ferel malah ikut berbaring dibelakangnya. Ia menegang saat tangan kekar Ferel melingkarkan tangannya diperut Aurel dari belakang, bahkan wajahnya ditelusupkan diceruk leher Aurel.

"Tidur, sudah malam."

Aurel terkejut mendengar suara Ferel yang langsung membuatnya membuka matanya lebar-lebar. Apakah Ferel tau dirinya belum terlelap? Pikir Aurel.

"Saya tau kamu belum tidur.." ujar Ferel seakan menjawab pertanyaan yang ada dipikiran Aurel. Aurel membalikkan tubuhnya dan sekarang ia bisa leluasa memandang wajah Ferel yang jaraknya lumayan dekat dengan wajahnya.

"Kenapa bapak ada dikamar saya?" tanya Aurel dingin.

"Saya mau tidur,"

"Kenapa tidur dikamar saya?"

"Ini rumah saya, saya bebas ingin tidur kekamar manapun." jawab Ferel.

Aurel berdecak kesal lalu merubah posisinya menjadi duduk. Baru ingin melangkah turun dari atas ranjang tangannya langsung ditahan oleh Ferel. Aurel memandang Ferel dengan pandangan seolah bertanya kenapa.

"Mau kemana?" tanya Ferel yang anehnya menurut Aurel tidak ada notasi datar dan dingin disana.

"Saya mau cari kamar lain."

"Berani kamu keluar dari kamar ini, saya akan berbuat sesuatu yang bisa kamu kenang sepanjang hidup." jelas Ferel tajam.

Aurel bergidik ngeri mendengar ucapan Ferel. Ia jadi tak mau keluar dari kamar ini untuk sekarang. Ia jelas tidak tau apa sesuatu yang dimaksud Ferel. Tapi Aurel tau jelas kalau itu bukan kalimat baik-baik saja.

"Oke saya gaakan keluar, saya ngalah. Silahkan bapak tidur disini dan saya akan tidur disofa." jelas Aurel ingin turun namun lagi-lagi ditahan oleh Ferel.

"Kamu tidur disini."

Aurel membulatkan matanya tak percaya menatap Ferel. Apa yang dimaksud Ferel tidur disini itu bersama dia juga? Aurel tidak salah mengartikan bukan? Jika ia sampai tidur bersama Ferel sudah dipastikan ia pasti akan terjaga sepanjang malam dan menahan nafasnya yang susah dihembuskan.

"Bapak lupa sama perjanjian kita? Atau mau saya ingetin?" tanya Aurel.

"Saya ingat dan kamu nggak usah banyak bicara. Sekarang udah malam, kamu harus tidur." jelas Ferel yang lebih dulu berbaring diranjang Aurel.

"Tapikan diperjanjian itu-"

"Tidak ada tapi-tapian. Ini perintah dan kamu tidak boleh membantah. Selamat malam.."

My Husband Is Devil √ [SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now