PART 26 .

353K 13.1K 639
                                    

Selamat Membaca!
. . .

"Selamat datang anak mamah.." ujar Gina gembira kala melihat anak tunggalnya datang.

"Mah, Papah dimana?" tanya Ferel menatap mamahnya lembut.

"Papah kamu ada diruang kerjanya, ada apa gitu?" tanya Gina.

Ferel menggelengkan kepalanya seraya tersenyum hangat.

"Urusan pekerjaan, Ferel ketemu papah dulu." jawab Ferel sebelum akhirnya pergi setelah mengecup singkat pipi sang mamah.

Ferel memasuki ruangan kerja Raffy setelah mengetuk pintunya dan diperintahkan untuk masuk.

"Duduk nak," ujar Raffy pada Ferel.

"Kenapa Ferel suruh menghadap papah?" tanya Ferel setelah mendudukkan bokongnya dikursi bersebrangan dengan sang papah.

"Kamu tau kesalahan kamu apa?" tanya Raffy tegas.

"Ferel udah mikirin semuanya pah.. dan ini yang terbaik."

"Terbaik seperti apa yang kamu bilang? Meninggalkan wanita baik, cantik dan periang seperti itu yang kamu bilang baik? Kamu sudah buta nak.." jelas Raffy mencoba menahan kesabarannya.

"Tapi aku gacinta sama dia pah! Yang ada dihati aku cuma Bianca, gada yang lain." ucap Ferel mencoba menjelaskan akan perasaannya.

Raffy menghela nafas panjang. Baru sebentar berbicara ia sudah tersulut emosi. Ia menatap sungguh-sungguh anak tunggalnya sekarang.

"Apa yang membuat kamu sampai secinta ini dengan dia?" tanya Raffy ingin tahu.

Ferel diam seraya berfikir untuk memilah jawaban yang pas dan jawaban yang membuat sang papah tidak bisa menolak lagi keputusannya.

"Aku cinta sama Bianca tanpa alasan pah, aku sayang sama dia. Dia juga wanita baik jika papah tau itu." jawab Ferel yakin.

Ferel melihat Raffy mengangguk-anggukan kepalanya. Ia melihat papahnya itu bergerak mengambil sesuatu yang terdapat dilaci meja kerjanya lalu dengan santainya Raffy menyodorkan beberapa buah gambar foto dihadapan Ferel.

"Papah dapet dari mana foto ini?" tanya Ferel terkejut melihat beberapa foto Bianca yang sedang bermesraan dengan lelaki lain.

Jelas itu membuatnya tersulut emosi namun Ferel bisa meredakannya. Ia tidak boleh percaya begitu saja dengan foto ini. Mungkin saja ini hanyalah sebuah edittan yang dibuat papahnya agar Ferel meninggalkan Bianca seperti apa yang Aurel lakukan waktu itu.

"Bagaimana? Apa kamu masih cinta dia?" tanya Raffy dingin.

"Ferel gapercaya sama foto ini.. papah bisa aja suruh orang buat setting gambarnya dan kasih tunjuk ke Ferel supaya Ferel mau ninggalin Bianca." jelas Ferel lugas.

Raffy hanya tertawa lebar melihat putra tunggalnya yang sudah buta akan cinta palsu seorang Bianca. Namun setelah itu Raffy lalu mengedikkan bahunya tak peduli menanggapi ucapan sang anak.

"Itu hak kamu mau percaya atau nggak, papah hanya memberitahu fakta yang sebenarnya." kata Raffy.

"Dan sekali lagi papah pesankan, suatu saat kamu akan menyesalinya jika sampai membiarkan wanita sebaik Aurel pergi dari hidup kamu." pesan Raffy.

"Dan Ferel juga mau bilang sesuatu, pliss hargain keputusan Ferel! Ini pilihan hidup Ferel pah. Ferel juga gamau papah ikut campur lagi urusan rumah tangga Ferel sekarang. Ferel udah korbanin ego Ferel buat nerima perjodohan itu, dan sekarang ini Ferel gamau ngalah lagi. Ferel mau bahagia sama orang yang Ferel cintai.."

"Ferel!! Dengerin kata-kata papah. Mata kamu itu tertutup kabut hitam bernama cinta! Buktikan ucapan papah jika suatu saat nanti kamu pasti akan merasakan apa itu kehilangan dan penyesalan. Jangan ambil tindakan bodoh! Pikirkan jika sampai mamah kamu tau apa yang sebenarnya terjadi. Ingat itu." ujar Raffy yang sudah kehabisan kesabaran dan berlalu pergi meninggalkan Ferel yang saat ini termenung.

ooOoo

2 bulan berlalu dan Ferel masih memikirkan ucapan papahnya. Satu bulan lagi kontrak perjanjian dan pernikahannya habis bersama Aurel. Aurel selama ini melakukan tugasnya dengan baik, seperti membuatkannya sarapan dan terkadang mereka makan malam bersama. Wanita itu bisa menghandle pekerjaan kantor dan pekerjaan rumah secara bersamaan. Ferel hampir terbiasa dengan sikap Aurel yang sekarang, mengingatkannya makan, membuatkannya secangkir kopi dipagi hari, dan melemparkan senyuman jika ia ingin berangkat kekantor walaupun Ferel sendiri bersikap semakin dingin dan menjauh.

Dan 2 bulan itu juga Ferel tidak pernah bertemu Bianca. Bianca lagi-lagi seakan menghilang ditelan bumi, susah dihubungi. Kali ini Ferel sampai menyewa detektif untuk mencari keberadaan tunangannya itu, tapi sama sekali tak ada tanda-tanda. Hari semakin hari ia sedikit tidak terlalu memikirkan Bianca, tidak seperti jika biasanya Bianca menghilang. Sekarang atau belakangan ini pikirannya selalu dipenuhi oleh Aurel, Aurel dan Aurel.

Aurel sangat sabar menghadapi rumah tangganya yang hampir jarang berkomunikasi. Jika tidak soal pekerjaan dikantor, Ferel tidak pernah membuka pembicaraannya dengan Aurel. Ntahlah Aurel yang semakin hari senyumannya semakin manis dimatanya atau memang sudah manis sejak dulu dan Ferel baru menyadarinya saat ini. Kebiasaan pagi, Aurel menyapanya dengan senyuman yang tak pernah luput sampai dimeja makan.

"Hari ini saya yang buat sarapan pak, mbok Nani lagi sakit dan Indah harus menjaganya. Bapak maukan makan sarapan buatan saya walaupun cuma nasi goreng?" jelas Aurel seraya terkekeh pelan menyimpan dua piring nasi goreng spesial yang dimasaknya pagi ini.

Ferel tidak menanggapi ocehan Aurel. Ia langsung memakannya dalam diam dan tentunya dengan wajah yang sangat datar.

"Gimana pak? Enakkan masakan saya?" tanya Aurel mencoba agar Ferel berbicara.

"Hm." gumam Ferel.

Aurel berdecak kesal mendengar jawaban Ferel. Ia lalu mengedikkan bahunya acuh dan kembali lagi memakan sarapannya. Setelah selesai ia berdiri dari duduknya dan berjalan mendekati Ferel yang masih duduk manis meminum kopi buatannya.

"Saya nebeng kekantor bareng bapak boleh?" tanya Aurel berharap agar Ferel mau satu mobil dengannya.

"Hm," Ferel hanya bergumam dan berjalan lebih dulu kedepan yang langsung disambut Aurel dengan gembira.

Lagi-lagi Aurel berdecak kesal. Ini masih pagi dan Ferel hampir membuatnya emosi. Niatnya Aurel ingin memancing Ferel berbicara padanya. Tapi sayang itu hanya niat, karena Ferel dengan kejam meninggalkan Aurel sendiri. Aurel bukan ditinggal, ia memang berangkat menggunakan mobil Ferel tapi Ferelnya tak ada. Lelaki menyebalkan itu lebih memilih memesan taxi untuk berangkat menuju kantor. Alhasil Aurel hanya menggerutu kesal didalam mobil yang malah sialnya ditertawakan pak Imam yang mengantarkannya.

"Pak Imam jangan ketawa! Aurel turun aja kalau gitu.." kesal Aurel.

"Maaf non, jangan dong non nanti pak Imam dimarahin sama den Ferel." ujar pak Imam dengan sisa tawanya.

"Pak Imam ngerasa nggasih kalau belakangan ini Ferel lebih dingin? Ngomong sama Aurel datar banget.." jelas Aurel yang diangguki oleh pak Imam.

"Bapak juga ngerasain kok non."

"Terus pak, nanti kalau Aurel udah pindah jangan kangen yah.."

Pak Imam mengerutkan keningnya tanda tak mengerti dengan ucapan Aurel. "Lah emang non Aurel mau kemana gitu? Mau pindah?" tanya pak Imam.

"Aurel mau keplanet jupiter pak, bapak mau ikut? Tapi biayanya lumayan loh.." gurau Aurel seraya tertawa kecil.

Sedangkan pak Iman hanya menggeleng-gelengkan kepalanya sebelum akhirnya fokus kembali kearah jalanan menuju kantor itu. Pak Imam mengira ucapan Aurel serius, tapi Aurel tetaplah Aurel. Wanita baik dan pecicilan.

- - - - - -

Tbc.
Jangan lupa vote dan komen gaes..

Maafyah kalau pendek, apalagi buat part sebelumnya. Dan semoga saya bisa update cepetyah..

Makasih, semoga suka dan gabosen-bosen buat nunggu kelanjutan ceritanya:)

My Husband Is Devil √ [SUDAH TERBIT]Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ