PART 15.

363K 13K 774
                                    

Selamat Membaca!
. . .

"Masuk."

Aurel segera memasuki ruangan Ferel ketika mendengar suara perintah dari pemilik ruangan. Seperti perintah Ferel tadi, ketika waktu istirahat telah habis Aurel langsung bergegas menuju keruangan Ferel. Ntah untuk apa? Aurel tidak tahu.

"Maaf.. untuk apa bapak memanggil saya?" tanya Aurel ketika sampai dihadapan Ferel.

Aurel tidak mau berbasa-basi lagi. Jadi ia lebih baik langsung bertanya, karena untuk saat ini Aurel malas menatap wajah Ferel.

"Duduk dulu." ujar Ferel.

"Terimakasih, saya berdiri aja." tolak Aurel yang mendapat anggukan kecil dari Ferel.

"Oke, jadi mamah dan papah meminta kita untuk datang kerumahnya nanti malam." jelas Ferel tanpa ekspresi sama sekali membuat Aurel sedikit khawatir.

"Ada apa? Mereka baik-baik ajakan?" tanya Aurel takut jika ada sesuatu yang terjadi pada mertuanya.

"Mereka baik-baik aja. Mamah mengundang kita hanya ingin makan malam bersama." ujar Ferel membuat Aurel bernafas lega.

"Dan saya ingin kita terlihat seperti biasa layaknya seorang suami-istri, karena nanti malam kedua orang tua kamupun datang." sambung Ferel.

Aurel mengangguk mengerti. Jujur ia senang akan bertemu kedua orang tuanya nanti malam. Tapi ia sedikit gugup, karena sudah dipastikan mereka berdua akan beradu akting kembali didepan semua keluarganya.

Aurel menatap Ferel yang hanya diam, sepertinya sudah tak ada lagi yang perlu dibicarakan melihat Ferel yang kembali lagi sibuk pada pekerjaannya.

"Kalau begitu saya permisi kel-"

"Tunggu,"

"Ada apa lagi pak?"tanya Aurel sedikit heran melihat gerak-gerik Ferel yang sepertinya sedang mengambil sesuatu.

"Silahkan kamu gunakan kartu itu untuk kebutuhan yang kamu perlukan.." jelas Ferel menyimpan sebuah kartu dihadapan Aurel.

Aurel menatap kartu itu dan Ferel secara bergantian. Ia tidak membutuhkan uang. Keperluanya tidak ada yang kurang. Dan Aurel ragu untuk menerimanya, karena diperjanjian itu Ferel maupun Aurel tidak perlu melaksanakan kewajibannya masing-masing. Jika Ferel memberi kartu itu berarti Ferel melaksanakan salah satu kewajibannya sebagai seorang suami untuk menafkahi sang istri.

"Maaf tapi-"

"Gaada tapi-tapian. Kamu terima atau saya akan marah. Tenang saja, soal perjanjian itu sudah sedikit saya ubah."

"Maaf tapi saya menolak kartu ini pak.. saya gabutuh sesuatu dan kepenuhan saya sudah cukup tercukupi." jelas Aurel yang rupanya saat ini sedikit memancing amarah Ferel.

"Ck, bodoh. Kamu itu wanita seperti apasih? hanya tinggal enaknya saja, tapi belaga menolak. Saya gaakan marah kalau kamu sampai menghabisakan uang yang ada dikartu itu atau bahkan kamu berbelanja sepuas yang kamu mau dari kartu ini." kata Ferel seraya berdiri dari kursinya dan duduk dimeja yang berhadapan langsung dengan Aurel.

"Diluaran sana banyak wanita yang gaseberuntung kamu, yang bisa mendapatkan apapun yang dia mau. Tapi kamu? Apa susahnya cukup menerima kartu ini?" sambung Ferel menatap geram Aurel yang sekarang hanya diam.

"Itu terserah bapak, saya persimi." ujar Aurel hendak berbalik namun lagi-lagi terhenti, ini bukan karena Ferel memanggilnya melainkan Ferel tiba-tiba mencekal lengannya dengan kuat.

"Siapa kamu berani membantah saya!!" ucap Ferel dingin tanpa mengurangi cekalan tangannya yang kuat itu.

"Sakit.." Aurel meringis merasakan ngilu dibagian lengannya yang sudah hampir membiru itu akibat terlalu kencang dicekal Ferel. Bayangkan saja, walaupun baru sebentar tapi tangan kokoh itu sungguh sangat kuat mencekal nya.

My Husband Is Devil √ [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang