PART 22.

360K 12.5K 125
                                    

Selamat Membaca!
. . .

Hari-hari berlalu dan Ntah kenapa sikap Ferel semakin dingin kepada Aurel. Aurel kira makan malam dan perhatian kecil waktu lalu yang Ferel berikan itu adalah suatu kemajuan untuk hubungan pernikahannya. Tapi sayang, lagi-lagi dia hanya menghayal akan mendapatkan perhatian yang tulus dari Ferel.

Aurel juga sudah benar-benar berhenti dari pekerjaannya. Hari-harinya hanya dilewati begitu saja didalam rumah. Ia juga ragu untuk memakai kartu yang diberikan oleh Ferel. Mengingat Ferel yang rupanya marah ketika ia memberitahu tentang Bianca pada malam itu. Ntah Ferel berpikiran tentang apa yang jelas itu membuat Aurel bertanya-tanya soal sikapnya.

Drettt! Drettt!

Aurel mengalihkan perhatiannya dari acara televisi didepannya kepada ponsel yang berbunyi diatas meja. Ia mengukir sederet senyum yang terpancar akan bahagia. Sahabatnya itu yang super sibuk tiba-tiba menelfon dan mengajaknya untuk bertemu. Tak mau menyia-nyiakan waktu berharga, Aurel langsung bersiap-siap untuk pergi ketempat yang sudah menjadi langganan favoritnya dulu bersama kedua sahabatnya.

Ketika sampai Aurel mengedarkan matanya mencari keberadaan kedua sahabatnya. Ia tersenyum senang kala melihat dua orang yang memanggil namanya sambil melambaikan tangan.

"Hay.. apa kabar lo berdua?" tanya Aurel setelah sampai dan langsung memeluk singkat Ocha dan Karin secara bergantian.

"Seperti yang lo liat," jawab Ocha sambil tersenyum senang.

Aurel menganggukan kepalanya seraya ikut duduk bergabung bersama.

"Lo udah pesen duluan nih ceritanya? Tau banget yah kesukaan gue apa." ujar Aurel ketika menatap meja yang sudah berisikan beberapa makanan.

"Tau dong, kita masih hapal kok tenang aja.." ujar Karin seraya terkekeh pelan.

"Ohiya, gimana sama pernikahan lo?" tanya Ocha membuka pembicaraan.

"Iya gimana Rel? Lo berdua udah saling cinta belum?" ucap Karin ikut menimpali.

Aurel tersenyum samar mendengarnya. Jelas dua manusia didepannya ini tau jika pernikahannya itu sebuah perjodohan. Dan pastinya mereka juga jelas tau pernikahaan ini bukan atas dasar cinta.

"Dia punya cewe.."

Karin maupun Ocha tersedak dengan makanan yang berada dimulutnya. Sedangkan Aurel menikmati pemandangan didepannya dengan tertawa kencang.

"Sumpah! Bercandaan lo galucu.." ucap Ocha dengan kesal setelah meminum jusnya.

"Gue gabercanda Cha," kata Aurel dengan sisa tawanya.

"Tuhkan ini nih yang buat gue sedikit males buat jauh dari lo.." ujar Karin membuat Aurel bingung.

"Emang kenapa kalau lo jauh dari gue?" bingung Aurel.

"Yah ini! Kita gatau kabar lo, kita gabisa bantu lo dan ngehibur lo waktu lo sedih. Gue udah yakin pasti lo nangis sendirian dikamar pas gada kita-kita!" jelas Karin kesal.

Aurel tersenyum hangat. Ia terharu mendengar kalimat itu. Beruntungnya Aurel memiliki sahabat seperti mereka.

"Lo cenayang Rin?" tanya Ocha membuat Aurel terkekeh pelan.

"Gue udah tau jelas kebiasaan Aurel." ketus Karin.

"Uhh.. makasih Karin anaknya mbak Ririn yang baru lahir kemarin." kata Aurel seraya memeluk Karin dengan semangat.

"Anjir lepas! Gue gabisa napas.." ucap Karin disela-sela pelukannya.

Aurel lalu melepaskannya sambil menyengir lebar mendapat tatapan menghunus dari Karin.

"Kalau gue anaknya mbak Ririn, berarti gue baru lahir kemarin dong?" tanya Karin bingung.

"Iya lo masih orok sekarang, Jadi harus lebih sopan sama yang tua." jelas Ocha seraya terkekeh pelan.

"Udahlah pusing gue. Terus gimana kisah pernikahan lo itu? Ayo cerita, gue mau tau." ujar Karin mengalihkan topik pembicaraannya.

Aurel mencebikkan bibirnya kesal. Ia sebenarnya sangat malas menceritakan soal hidupnya setelah menjadi seorang istri. Dan sudah dipastikan jika Aurel tidak jujur dan tidak mau membuka ceritanya ia akan terkena teror pertanyaan dan desakan yang sangat mengganggu. Jadi lebih baik Aurel menceritakan kisahnya kepada dua sahabatnya itu saat ini.

"Waktu malam kita berdua ketemu, dia ngasih gue surat perjanjian yang udah dia buat sama pengacaranya. Dalam hati gue terkejut saat dia ngomong langsung kalau dia udah punya kekasih. Gue coba biasa aja saat itu dan gue fine-fine aja nerima perjanjian yang dia ucapin. Tapi saat dia ngasih kertas perjanjiannya yang didalemnya ada beberapa perjanjin lain, ada satu yang gabisa gue terima.."

"Apa?" tanya Ocha dan Karin secara bersamaan.

"Dia nulis dikertas itu kalau setelah enam bulan kita harus pisah. Dia bilang pernikahan ini cuma ngerubah status diantara kita, dan jangan sampai ngelibatin perasaan. Jujur gue kecewa bacanya, masalahnya saat itu gue mempertimbangkan hati orang tua gue atau masa depan gue. Kalau gue gatanda tangan, perjodohan itu batal dan kedua orang tua belah pihak pasti bakalan sedih dan kecewa. Dan kalau gue tanda tanganin perjanjian itu, masa depan gue gimana? Masa baru enam bulan nikah langsung jadi single perent?" kata Aurel kecewa.

"Yang sabar yah Rel.. gue yakin pasti bakal ada waktunya lo bahagia dan dia menyesal dikemudian hari." ujar Ocha menenangkan.

"Benertuh, masih banyak lelaki yang mau sama lo diluaran sana. Apalagi lo belum pernah kesentuhkan sama dia?" tanya Karin membuat Aurel meringis mengingat kejadian yang dulu hampir saja kehilangan mahkotanya.

"Dia pernah hampir sentuh gue Rin, itu juga dalam keadaan marah."

"Serius? Kenapa nggak sekalian aja."

Ocha tiba-tiba menoyor kepala Karin dengan gemas. Sedangkan Karin merucutkan bibirnya dengan kesal.

"Lo mah pengennya gitu. Gamikir kalau itu bisa buat hidup Aurel lebih dalam lagi masuk kekehidupan Ferel suaminya. Iya aja kalau Ferel mau nerima dan ngakuin itu anaknya, kalau nggak gimana?" gemas Ocha yang hanya diangguki mengerti oleh Karin.

"Iya juga yah, nikah aja udah kaya dikontrak selama enam bulan. Masa Ferel mau munculin dedek bayi yang buat pernikahan itu tambah lama?" kata Karin.

Aurel hanya menyimak apa yang diucapkan dua sahabatnya. Mungkin ini salah satu alasan kenapa Ferel tidak mau satu kamar dengannya.

"Terus gimana sama lo?" tanya Ocha pada Aurel yang hanya diam.

"Terus apanya?" ujar Aurel tak mengerti dengan pertanyaan Ocha barusan.

"Hati lo udah mulai suka atau cinta gitu sama dia?"

Aurel lagi-lagi merenenungkan dirinya sendiri. Sejak kehadiran Satria rasanya sedikit memudar kepada Ferel. Dan Aurel tidak tau ia memilih untuk membenci Ferel yang akan menghancurkan masa depannya atau mencintainya.

"Siapasih yang gasuka sama suami Aurel, Cha.." ucap Karin.

"Terlebih lagi Aurel kan setiap hari ngeliatnya, mau dirumah dikamar diatas-"

"Gue gasatu kamar sama Ferel. Itu salah satu perjanjian yang dia buat." jelas Aurel membuat keduanya lagi-lagi melongo hebat.

"Terus soal Ferel hampir sentuh lo itu dimana? Gue kira dikamar." tanya Karin.

"Diruang kerja Ferel yang ada di kantornya."

Karin dan Ocha kali ini benar-benar menganga lebar. Mereka semua diam dan sudah pasti membayangkan apa yang Aurel lakukan disana bersama Ferel.

"Gue kesel yah kalau kalian ngebayangin yang nggak-nggak tentang gue.." peringat Aurel yang hanya diberi cengiran oleh Karin dan Ocha.

"Sorry-sorry.. terus apa jawaban lo tentang pertanyaan gue tadi?" tanya Ocha kembali.

"Pertanyaan yang mana?" bingung Aurel.

"Lo cinta sama Ferel?"

Aurel mencoba memaksakan senyumannya. "Jawaban itu cuma hati gue yang tau," jelas Aurel membuat keduanya mencebik kesal.

- - - - -

Tbc.
Jangan lupa vote dan komen gaes..

My Husband Is Devil √ [SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now