PART 12.

358K 13.4K 919
                                    

Selamat Membaca!
. . .

Tok!Tok!Tok!

Aurel mengetuk pintu ruangan bos barunya itu untuk yang pertama kali. Sebentar lagi ia akan puas melihat wajah sibos yang membuatnya belakangan ini penasaran. Setelah terdengar suara agar dirinya diperintah masuk, Aurel langsung membuka pintunya dan menutupnya kembali ketika sudah masuk kedalam.

Benar kata mbak Kinan. Ruangan bosnya ini luas dan tentunya mewah. Wangi maskulin pria dirungan ini juga sangat nenusuk kepernapasan Aurel. Tapi Aurel bingung kenapa wanginya seperti familier sekali dihidungnya? Ini seperti wangi Ferel? Aurel mengangguk menyakinkan. Namun beberapa detik kemudian dia menggelengkan kepalanya. Mungkin hanya wanginya saja yang sama, tidak mungkin bosnya juga sama seperti suaminya.

Aurel berjalan kearah bosnya yang sedang duduk membelakanginya itu. Ia menyimpan laporan keuangan perusahaan yang sekarang menjadi bagiannya keatas meja sibos.

"Permisi, ini laporan yang bapak minta.." jelas Aurel yang ntah kenapa merasa gugup sekali ditambah tiba-tiba jantungnya berdetak cepat membuat ia semakin gugup.

Ketika kursi itu berbalik betapa terkejutnya Aurel saat melihat wajah bosnya yang ternyata sangat tampan itu, persis seperti apa yang mbak Kinan ucapkan.

"Kamu?"

Aurel hanya meneguk ludahnya sendiri kala melihat tatapan tajam dan dingin dari Ferel, suaminya yang sekarang juga mendapat jabatan sebagai bos barunya. Sungguh ia baru tau kalau bosnya itu Ferel, suaminya sendiri. Jika ia tau dari awal sudah dipastikan Aurel akan lebih dulu mundur sebelum mereka bertemu. Tapi sekarang semuanya sudah terlanjur, ia harus lanjut bekerja didalam perusahaan suaminya ini.

Aurel mencoba untuk tersenyum sopan. Ia tidak bertanya apapun. Aurel hanya menjelaskan apa yang sudah seharusnya ia jelaskan tentang laporan itu. Ia mencoba bersikap seprofesional mungkin didepan Ferel, jika boleh berteriak ingin rasanya Aurel meneriaki Ferel yang sedari tadi menatapinya membuat hati dan pikirannya tak karuan kala menjelaskan.

"Kalau gitu ada yang ingin bapak tanyakan?" tanya Aurel seusai menjelaskan hasil laporannya, takut jika Ferel ada yang tidak dimengerti.

"Ada," jawab Ferel yang hanya diangguki oleh Aurel.

"Silahkan pak, yang sebelah mana?" ujar Aurel namun mendapatkan gelengan dari Ferel membuat Aurel mengertukan dahinya bingung.

"Saya bukan ingin tanya soal itu."

"Lalu bapak ingin tanya soal apa?" heran Aurel yang aslinya sudah tak kuat ditatap seintens itu oleh Ferel.

"Soal kamu, kapan kamu kerja diperusahaan saya?" tanya Ferel dingin masih dengan tatapan tajam nya.

"Baru beberapa minggu ini pak.." jawab Aurel jujur.

"Kamu butuh uang sampai harus kerja disini?"

"Bukan.. saya kerja disini hanya mengisi waktu luang, dirumah saja saya bosan pak."

Ferel mengangguk mengerti, belum sempat mengajukan pertanyaan selanjutnya, Aurel sudah lebih dulu izin untuk keluar.

"Kalau begitu saya izin keluar, ada pekerjaan yang belum saya selesaikan.. permisi." ujar Aurel seraya tersenyum dan sedikit membungkukan badannya tanda menghormati sebelum akhirnya melesat pergi keluar ruangan Ferel yang menurutnya sangat sesak sekali untuk bernafas.

My Husband Is Devil √ [SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now