Tok!Tok!Tok!

Aurel menoleh kearah bunyi pintu yang diketuk itu. Ia melirik jam yang ada dikamarnya. 21:45. Sudah hampir malam dan siapa yang mengunjungi kamarnya? Ia segera turun dari tempat tidur dan berjalan kearah pintu kamar kala mendengar ketukannya terdengar lagi dengan tidak sabaran.

"Ada apa.." Aurel menghentikan ucapannya saat melihat wajah datar Ferel yang berdiri sambil memegang sebuah nampan berisikan satu piring makanan serta satu gelas susu coklat hangat.

Tanpa menunggu persetujuan dari Aurel, Ferel langsung memasuki kamarnya dengan isarat agar Aurel menyingkir. Aurel membiarkan begitu saja Ferel masuk, ia lalu berjalan menyusul Ferel yang menyimpan nampannya diatas meja sofa yang ada dikamar Aurel.

"Saya tau kamu belum makan." ucap Ferel dingin lantas duduk disofanya.

Aurel mengerjapkan matanya. Kenapa lagi dengan sikap Ferel? Apakah Ferel khawatir jika ia belum makan? Tidak. Aurel yakin Ferel tidak khawatir, tidak ada senyuman disana. Sikapnya yang masih dingin membuat Aurel sangat percaya itu bukanlah suatu bentuk perhatian. Tapi untuk apa Ferel sampai mau membawakan makan malamnya kekamar ia? Bukankah itupun sama seperti perhatian dan khawatir?

"Duduk, dan makan."

Aurel tersentak dari lamunannya dan menatap makanan itu dengan Ferel secara bergantian. Ia merasakan suhu dingin dikamarnya bertambah ketika melihat tatapan tajam Ferel. Aurel menuruti ucapan Ferel untuk duduk dan mulai memakan makanan itu tanpa banyak bicara lagi. Aurel hanya memakannya sedikit dan langsung meminum susu coklatnya yang masih hangat.

"Kenapa nangis?"

Aurel mendongak menatap manik biru Ferel. Apakah Ferel tau dirinya habis menangis? Sudah ia bilang bukan, Matanya pasti yang membuat pertanyaan Ferel itu muncul. Batin Aurel.

"Saya tau," seakan menjawab pertanyan Aurel Ferel menjawab.

"Bianca dimana?" tanya Aurel sekedar mengalihkan pembicaraan.

"Sudah pulang." jawab Ferel datar.

"Malam-malam begini? Kamu nggak nganterin dia pulang?" heran Aurel.

"Nggak."

"Tapikan ini hampir larut malem, kamu gak hawatir  nanti kalau dia kenapa-kenapa dijalan?" kata Aurel tak percaya.

"Habiskan makanan kamu, dan jangan banyak bertanya karena itu bukan urusan kamu." jelas Ferel dingin.

Aurel meringis mendegar kalimat itu. Jelas ia sama sekali tak berniat mencampuri urusan mereka. Aurel sedikit khawatir jika Bianca pulang tengah malam begini, ingatkan bahwa dia juga adalah seorang perempuan. Pikir Aurel.

"Saya udah kenyang. Makasih udah repot-repot bawa makanannya kesini." ujar Aurel seraya tersenyum kecil.

Ferel mengangguk pelan lalu membenarkan duduknya disofa itu sedikit tegak. Menatap Aurel sedikit serius tidak seperti sebelumnya.

"Saya ingin membicarakan sesuatu."

Nah benarkan kata Aurel! Membawakan makan malam kekamarnya tidak mungkin Ferel khawatir padanya. Buktinya sekarang ada maksud tertentu yang ingin Ferel bicarakan. Lagi-lagi Aurel hanya bisa berharap dan pasrah terhadap perasaannya.

"Bicara soal apa?" tanya Aurel.

"Soal pekerjaan, saya menawarkan kamu untuk bekerja lagi diperusahaan saya." jelas Ferel.

Aurel jelas senang mendengarnya, tapi hatinya tiba-tiba merasa sedih. Jika ia kembali bekerja dan orang kantor bisa tau status mereka yang sebenarnya bagaiamana dengan Ferel? Bukannya Ferel bilang bahwa dia tak mau orang lain mengetahui pernikahannya kan?

"Tapi bagaimana dengan kamu?" tanya Aurel hati-hati.

"Bagaimana dengan saya? Maksud kamu?" bingung Ferel.

Aurel mengerutkan dahinya. Apakah Ferel lupa jika dia pernah bilang seperti itu? Batin Aurel.

"Soal pernikahan ini, bagaimana jika orang kantor atau karyawan kamu sampai tau? Bukannya kamu pernah bilang jika kamu tidak ingin sampai orang lain tau tentang pernikahan kita?" ucap Aurel mencoba mengingatkan.

"Itu gampang. Orang lain tidak akan curiga dengan pernikahan kita karena saya akan bertunangan dengan Bianca."

Deg!

Bagaikan disambar petir Aurel membeku ditempatnya. Kejutan apa ini? Bertunangan? Bukannya mereka masih terikat sebuah pernikahan? Batin Aurel.

"Pernikahan kita hanya tersisa tiga bulan lagi. Kamu tenang saja, sementara ini saya akan bertunangan dengan Bianca lebih dulu dan setelah kita bercerai baru saya akan menikahinya." jelas Ferel dengan wajah tanpa ekspresinya.

Tenang dia bilang? Hell! Bagaimana Aurel bisa tenang suaminya akan bertunangan dengan wanita lain! Dan bagaiaman ia bisa tenang mengingat usia pernikahannya yang tersisa tiga bulan lagi! Hati Aurel merasa teremas. Sakitnya semakin bertambah, ingin rasanya Aurel membenci Ferel. Tapi kenapa tak bisa? Sekuat inikah cintanya? Tapi Aurel berhak kan untuk kecewa walau pernikahan ini hanya diatas kertas? Dan ia mulai berfikir, siapapun wanitanya pasti merasakan hal yang sama dengannya jika sampai mengalami kejadian seperti ini.

Tak terasa air matanya sudah merembas membanjiri wajahnya. ia sedikit terisak menahan sakit yang sangat mendalam ini. Bodohnya Aurel menangis lagi didepan Ferel! Ia sekarang seperti wanita lemah, wanita yang tersakiti akbiat cintanya tak terbalaskan, dan wanita yang sepertinya tidak mengharapkan pertunangan itu diadakan. Walaupun memang benar itu adanya. Ia dengan cepat menghapus air matanya dengan kasar dan mencoba memunculkan senyuman manisnya walaupun terpaksa.

"Selamat atas pertunangan kalian.." ucap Aurel yang masih mempertahankan senyumannya.

"Saya tidak butuh ucapan itu. Yang saya butuhkan jawaban kamu tentang tawaran saya tadi." kata Ferel seolah tak memperdulikan tangis Aurel.

Aurel masih mencoba mempertahakan senyuman terpaksanya. Ia lalu berpikir sejenak untuk menimbangkan tawaran yang Ferel berikan tadi.

"Saya mau.." ucap Aurel akhirnya.

Ferel mengangguk mengerti.

"Kalau begitu kamu bisa langsung bekerja besok. Tidak perlu membawa lamaran karena sekertaris saya sudah memberitahu staf repsesionis jika kamu akan kembali bekerja dikantor itu lagi. Selamat malam.."

Dan setelah mengatakan itu Ferel melenggang pergi meninggalkan Aurel yang diam menatap kosong tempat yang tadi diduduki oleh Ferel. Ia kembali menangis lagi ditengah malam ini. Aurel tidak tau akan mengadukan rasa sakitnya kemana. Aurel butuh sandaran sekarang. Ia butuh teman untuk menghiburnya dan membuatnya kembali tersenyum. Ntahlah ini kabar gembira atau bukan, yang pasti Aurel merasakan sangat sedih mendengarnya.

- - - - - -

Tbc.
Jangan lupa vote dan komen.

My Husband Is Devil √ [SUDAH TERBIT]Όπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα