Play 놀이

2K 220 33
                                    

Bunyi decit sepatu yang bergesekan serta suara bola yang berdentum pecah menjadi satu dalam ruangan, yang tak lain berasal dari dua manusia yang saling beradu untuk mencetak angka. Keduanya terus bergerak sekalipun nafas mereka sudah tak karuan kacaunya.

Sejak dimulainya permainan. Bola selalu berada dalam kendali Rize, dan Jungkook berusaha merebut. Namun agaknya itu menjadi hal yang sulit karna Rize terlampau mahir memainkan bola. Dengan tubuh kecil nan ramping, Rize semakin mudah untuk bergerak menghindar dari Jungkook guna menuju ring untuk mencetak poin.

Ketika dirasa sudah cukup dekat dengan tiang basket, bola pun Rize lembungkan dan masuk dengan mulusnya. Meninggalkan Jungkook di belakang yang ternganga tidak percaya. Dari awal permainan Rize sudah berhasil mencetak dua poin sementara Jungkook baru satu kali, sulit dipercaya memang.

Bukannya Jungkook sengaja mengalah atau tidak pandai bermain. Soal kemampuannya dalam basket itu tidak perlu dipertanyakan lagi; sudah sangat ahli. Hanya saja ada hal lain yang mengganggunya.

Menyaksikan secara langsung bagaimana Rize berada di sekitarnya, melihat tubuh itu bergerak dengan lincahnya adalah suatu hipnotis tersendiri bagi Jungkook. Dan jangan lupakan rambut yang selalu manari-nari ketika sang tuan kembali melakukan pergerakan, serta aroma parfum yang bercampur dengan keringat sang gadis seperti khas Rize sekali. Ya Tuhan aku pasti sudah gila. Batin Jungkook berteriak.

Rize berhenti bergerak dan menghadap pada Jungkook lalu kemudian tersenyum remeh. Tentu saja Jungkook paham apa makna dari senyum yang di tunjukkan untuknya itu. Kesal? tentu saja jangan ditanya lagi.

"Cukup. Aku mau pulang."
Rize berucap seraya mengatur nafasnya yang masih tersenggal. Sudah pasti ia sangat lelah, sebelum bermain dengan Jungkook pun ia mengeluarkan banyak tenaga apalagi ditambah setengah jam permainan.

"Sudah?... Tapi ak__

"Kau sudah kalah, mau bermain seperti apa lagi hum?"

Sumpah Jungkook tidak menyangka akan seperti ini jadinya. Ia pikir melawan satu orang itu akan mudah, apalagi seorang gadis. Ini diluar dugaan, niatnya ingin menebar pesona justru berakhir seperti pecundang. Jungkook tak pernah merasa sekesal ini sebelumnya.

Ia tak bisa melakukan hal lain kali ini, bicara panjang lebar dan memamerkan prestasi juga dirasa percuma karna sedari awal pribadi Yoon ini memang tidak peduli tentang hal semacam itu ditambah ia kalah telak setelah dua ronde permainan. Jungkook bisa frustasi jika begini terus menerus.

Masih ditengah ketidak percayaan, hingga Jungkook tidak menyadari jika Rize sudah berjalan menjuh dari tempatnya berada. Dan dengan tergesa ia pun berlari guna menyusul Rize.

"Kau pulang sendiri?"
Tanya Jungkoon ketika telah berhasil mengimbangi langkah Rize. Namun percuma Rize tidak menjawab bahkan menoleh padanya.

Suasana canggung begitu terasa antara mereka berdua. Ah tidak. Hanya Jungkook yang merasa canggung disini, sementara gadis disebelahnya hanya diam dan memasang wajah datar tanpa expresi.

Jika dilihat lihat sifat Rize tidak jauh berbeda dengan Yoongi. Sama-sama dingin, bermuka datar dan susah ditebak. Ini sulit, karna kebanyakan gadis yang ia hadapi berbanding terbalik dengan Rize. Sangat berbeda.

"Aku membawa motor. Mau ku antar?" Jungkook masih besrusaha mendekat.

"Tidak terimakasih." saut Rize

"Yakin?"

"Hmm."

Dan setelah percakapan singkat itu keduanya kembali terdiam dan hanyut dalam pikiran masing-masing. Sementara Jungkook terus mengikuti Rize sampai mereka tiba didepan halte. Masa bodo dengan motornya itu bisa diurus nanti, ia tidak boleh gagal kali ini.

IfYou''dWhere stories live. Discover now