BAGIAN V: KASUS PERTAMA WANDA

Start from the beginning
                                    

Dessy yang tadinya masih sempat terkejut melihat reaksi Wanda, mulai ikutan bangkit dengan amarahnya. "ooooh... ada orang kampung masuk kantor, rupanya... lo sekul di mana? Gak punya attitude???"

"...Maling pula", timpal Ribka. "Udah nyolong, lebih galak, lagi! lo tuh anak baru!"

Wanda sempat mengerenyitkan keningnya, tak mengerti maksud Dessy maupun Ribka. "Heh!", sentak Wanda lagi buru-buru, "Lo kira ni sekola'an yang pake senioritas?!!! Lo cari duit, gue juga!!! en kalo ngomong, jaga tu mulut! Sembarangan ngomong, bisa kena gaplok ma gue, lo!!! Lo gak tau siapa gue?!!!"

"Lo siapa?!!! Maling!!!" Dessy mulai ikutan menggebrak meja.

Wanda hampir saja membawa-bawa nama Jerry dan Werdi ke dalam situasi itu. Belum sempat ia menjawab, Jerry sudah menyeruak di tengah pertempuran. Juga Werdi yang baru saja tiba di muka pintu, dan melihat langsung perkara itu.

"Ada apa ini? Ini kantor! Bukan pasar", tegur Jerry, bersyukur belum ada satu pun tamu yang datang sebagai customer di pagi hari itu. "Dia nih, Pak!" Dessy langsung menuding ke muka Wanda. Wanda spontar memundurkan kepalanya ke belakang. "Nyolong customer saya!", tandas Dessy membuka mulutnya lagi.

"Kenal ma lo aja baru kmaren! Nama lo aja gue blom tau!!! Darimana gue tau mana customer lo! Dan gimana pula cara gue nyolongnya?! Pegellll deh ih, cuih cuih... enggak banget...", sahut Wanda dengan sewotnya.

"Wanda! Jaga gaya bicara kamu! Ini tempat kerja!", tegur Jerry pada Wanda. Wanda sempat mengangakan mulutnya ingin memprotes. Tapi tak ada yang bisa keluar dari situ.

"Belagu banget! Mang lo nyolong!" Ribka ikut menimpali. Jerry terdiam sejenak dan melirik pada Ribka. "Ribka", kata Jerry, "Kamu ngrasa customer kamu di colong juga?"

"ng..." Ribka menggeleng. "Bukan saya sih, Pak... Dessy..."

"Kamu liat sendiri semua proses yang di sebut nyolong itu dilakukan oleh Wanda?', tanya Jerry lagi. Ribka terdiam sejenak. Lalu menggeleng kecil. "Kalo gitu...", Jerry buka mulut lagi, "Jangan ikut campur. Dan fokus urusin kerjaan kamu. Jangan jadi kompor. gak baik."

Mendengar itu, wajah Ribka mulai memerah. "Iya, Pak", sahut Ribka sambil mendesah panjang.

"Dessy dan Wanda ke ruangan saya", kata Jerry lagi. Tapi Werdi memotong langkah Jerry yang baru saja hendak berbalik menuju ke ruangannya. "ng... Pak Jerry...", kata Werdi. "Biar saya yang tanganin. Pak Jerry urus yang penting-penting aja dulu. Kita lagi nguber angka."

Jerry sempat berkerenyit dahi. Sementara Dessy dan yang lainnya mulai merasa sedikit bingung. "Baik, Pak", sahut Jerry akhirnya, patuh. Wanda melirik Jerry sekilas dengan pandangan seolah berkata, "Aku gak salah...". Sementara Dessy sudah berjalan mengekor di belakang Werdi.

Jerry berusaha berpikir positif. Tapi instingnya berkata lain. Tapi ia bukan tipe orang yang serta-merta mengikuti irama instingnya begitu saja. Ia lebih suka mengikuti yang logis. Dan faktanya, ini terasa cukup logis janggalnya,,, bagi Jerry...

Wanda dan Dessy sudah duduk manis di hadapan Werdi. Tak ada yang bersuara. Hanya saja, Wanda terlihat lebih santai. Merasa yakin kalau dirinya pasti menang di dalam kasus ini.

"Oke... Dessy,,, kamu dulu yang bicara...", mulai Werdi.

Mendengar kesempatan emas itu, Dessy langsung saja berseloroh cepat. "Pak, dia nyolong customer saya..."

"Customer yang mana, dan kamu bisa ngomong itu darimana???", tanya Werdi pada Dessy. Sementara Wanda mulai uncang-uncang kaki dan terus memilin rambutnya. Matanya mendelik, mendengar bagaimana sewotnya seorang Dessy berceloteh.

MENIKAH DENGAN INTEGRITASWhere stories live. Discover now