Penggalan Viona

686 83 0
                                    

Suasana sore dengan semburat jingga di langit United Kingdom (UK), Viona mengangkat kamera digital miliknya dan mengabadikan Elizabeth Tower dengan latar langit jingga yang memanjakan mata. Menara yang sering dikenal Big Ben ini merupakan ikon Kota London yang sangat terkenal, Viona berada di Westminster Bridge menghadap menara tinggi Big Ben menikmati suasana sore sungai Thames yang tenang.

Ia sedang menunggu seorang lelaki yang sejak dua jam lalu katanya berada di Parliament Square yang terletak dibalik menara Elizabeth dari tempatnya saat ini. Sebenarnya dia malas menunggu, ya siapa sih yang suka kalau disuruh menunggu, dia juga tidak menyuruhnya datang dan menunggu, itu murni keinginannya sendiri berjalan jalan ke tempat ini setelah seharian tadi disibukkan dengan perkuliahan yang padat.

Imperial College London menjadi tempatnya menimba ilmu dan harusnya tahun ini ia mulai menyusun skripsi tapi entahlah dia belum sama sekali mendapatkan judul penelitian. Ketahuilah kalau Viona bukan tipe gadis yang suka dengan hal hal yang berbau belajar. Sejak usia kecil dia sangat benci jika ada yang menyuruhnya belajar. Salah satu alasan terbesar dia gagal masuk di tiga universitas lokal dan membuat ayahnya mengirim dia ke London.

And again she was enter to the college with her father money and reputation.

Viona sangat bermuka tebal dengan reputasinya sebagai seorang anak yang hanya bisa bersekolah dengan dorongan tangan emas ayahnya. Sampai ketika ia bertemu dengan orang yang memiliki kisah sejalan dengan dirinya.

Lelaki itu tengah berjalan menyeberangi jalan diatas Westminster Bridge kearahnya dengan seulas senyum menawan. Senyuman yang membuat ribuan wanita bertekuk lutut dihadapannya, alasan kenapa Viona bertahan bergandengan tangan dengannya selama dua tahun dibandingkan dengan lelaki lain.

His smile was the great show in the world and so beautiful.

Viona sangat menyukainya, maksudnya senyum itu.

"Hai, menunggu lama?"

Viona tersenyum, membuka tangannya lebar dan disambut dengan pelukan hangat oleh lelaki berpostur lebih tinggi darinya itu. Ia sangat suka tatkala rahang tegas milik lelaki itu berada diatas kepalanya dan lengan lebarnya mendekapnya dengan erat.

"Sudah puas berkencan dengan gadis Aussie berambut pirang itu?" Tanya Viona.

Lelaki itu, melepas pelukan lantas mendaratkan sebuah ciuman di puncak kepala Viona.

"Yahh, dia membosankan. Dia lebih tertarik dengan sejarah Menara Elizabeth dibanding denganku, aku akan berhenti mengencaninya.."

"Hei dia cantik dan dia mahasiswa pertukaran pelajar terpintar diantara yang lain Kai.."

"Never better than you.."

"I never good in study.."

"So do I, itulah mungkin alasan kenapa aku tidak cocok kencan dengannya.."

Viona tertawa, membuat lelaki itu ikut terkekeh pelan sebelum akhirnya memutar tubuh Viona cepat sampai gadis itu tersentak pelan.

"Hei lihat, kau tidak ingin memotretnya?"

Lelaki bernama lengkap Kaisar Mandala Yudhistira itu menunjuk gerombolan burung yang terbang diatas sungai Thames. Viona sigap menaikkan kamera dan mengabadikan pemandangan yang baru saja ditunjukkan Kaisar padanya.

Kemudian ia merasakan tangan itu kembali melingkari tubuhnya. Terasa hangat untuk menghalau udara dingin dari terpaan angin sore sungai Thames yang kencang dan menusuk kulit.

"Kau tahu kenapa pemandangan alam itu jauh lebih indah dari objek buatan manusia?" Tanya Viona usai menurunkan kamera yang sudah berhasil membidik objek sasarannya.

"Karena terbuat dari tangan Tuhan?"

"Hmm yaa itu juga benar, dan juga karena pemandangan alam itu merupakan salah satu hal yang tak dapat terbeli di dunia, you know selama aku hidup dengan golden hand of my father. Everything itu bisa dibeli pake duit, termasuk lelaki.."

Kaisar terkekeh pelan, itu benar dan berlaku juga baginya. Even he could buy a girl to making love for one night stand, jika dia berminat.

{✔️Complete} MANTANWhere stories live. Discover now