Penggalan Rafathan

1K 99 0
                                    

Mega mendung menguasai malam, disambung dinginnya terpaan angin yang menggelitik menyusup pada kulit tak cukup kuat untuk menjadikan sebuah alasan bagi lelaki bersurai hitam itu untuk menyudahi kegiatannya menatap kosong pemandangan malam Kota Batam. Lelaki itu masih setia duduk dibalkon kamar apartemennya dengan sebatang rokok yang terselip diantara jari telunjuk dan jari tengahnya dan secangkir kopi hitam diatas meja. Isapan dalam dan hembusan panjang asap rokok membumbung tinggi diudara, menyaingi awan mendung yang semakin berarak.

Uhuk uhuk

Ahh bodoh. Umpatnya dalam hati.

Jujur saja sesosok Rafathan Gian Syahreza sebenarnya tidak pandai merokok. Tapi terkadang kala dalam keadaan hati yang gundah gulana dan tidak ada pekerjaan ia menyulut satu dua batang. Dia memang tidak pandai merokok tapi asap rokok yang dihasilkan dari pembakaran tembakau disetiap batang itu entah kenapa menenangkannya.

Bodoh memang. Asapnya justru yang paling berbahaya, seharusnya Rafathan tak cukup bodoh untuk mengetahui faktanya. Sayangnya memang kenyataannya dengan begitulah dia lebih bisa menyadari kalau pilihannya dulu salah.

Daripada berkelakuan tercela menyakiti banyak wanita, harusnya Fathan memilih merusak dirinya sendiri dengan menjadi perokok mungkin, pemabuk? Atau pemakai narkoba? Entahlah. Menurutnya itu jauh lebih mulia dari perbuatannya mematahkan hati ratusan wanita dengan cara yang menyakitkan.

Menarik mereka hingga begitu menggantungkan hati pada dirinya lantas menjatuhkan mereka tatkala tengah terbuai dengan harapan dan angan yang tinggi.

Such as a fucking bastard..

Rafathan tertawa seorang diri dalam keheningan malam.

Dirinya memang berengsek.

Kalau perasaan sakit yang merajam hatinya saat ini merupakan bentuk dari sebuah karma, Fathan percaya Tuhan memang mengirim sakit itu untuknya.

Nadila Viona Dewi

Nama gadis yang meluluh lantahkan pertahannya.

Awalnya dia pikir kalau setelah gadis itu pergi dia akan baik-baik saja, toh biasanya juga dia bisa berganti-ganti wanita. Tapi ada satu hal yang Rafathan lupa. Selama ini bukan dia ditinggalkan tapi dia meninggalkan dan Viona adalah satu-satunya gadis yang meninggalkannya.

It was the first time he feel like he's dying when he leaving a girl..

Satu bulan dia mematahkan empat hati sepeninggalan Viona dan keempat gadis itu menjadi yang terakhir baginya karena tangisan mereka mengoyak hatinya. Rasa sakit ketika tamparan mendarat dipipinya, ketika makian terdengar ditelinganya, seolah membuka matanya.

Kau juga sesakit itu Fathan!

Kalau boleh dia berkata, sekarang ini ia baru saja sadar akan satu hal, bahwa ternyata ada sebuah rasa sakit yang akan terasa ketika sudah membekas, namanya Mantan.

{✔️Complete} MANTANWhere stories live. Discover now