31. Bukan akhir segalanya {END}

6.7K 288 22
                                    

Sorry aku lama update🙏 aku sibuk gaes😌

Happy reading ❤️

¥¥¥¥¥¥¥¥¥¥¥¥¥¥¥¥¥¥¥¥¥¥¥¥¥¥¥¥¥¥¥¥¥¥¥¥¥¥

"Rin? Kok lu bisa berubah kayak gini sih?" tanya Reno dengan mulut yang terus mengunyah wafer tango-nya.

"Ish! Lo kepo banget sih! Diem dong, itu wafernya kena muka gue!" protes Alfa pada Reno yang jika berbicara dengan mulut mengunyah wafer malah muncrat-muncrat ke mukanya. Alfa sebal, ya tentu saja! Bagaimana tidak? Tadi, saat dia dan Karin baru saja menginjakkan kaki ke kantin, berniat untuk makan bersama. Ya, istilahnya sih modus. Reno dan Monik dengan tak tahu diri malah menganggu aksi modusnya!

Sedangkan Karin? Dia hanya tersenyum maklum melihat interaksi Alfa dengan Reno. Hampir tiga bulan bersama Alfa dapat membuatnya mengenal baik pria berjambul itu. Tengil, playboy tak jadi, sedikit badboy, dan ... Pintar!

"Terserah gue dong!" ucap Reno nyolot.

"Ta-" Baru saja Alfa membuka mulutnya, Karin segera menyela ucapan Alfa. Karin tahu, jika di tak menyela ucapan Alfa, maka meja kantin itu nantinya akan dipenuhi oleh perdebatan antara Alfa dan Karin. Bagaimana dengan Monik? Wanita berkepang dua itu sedang memesan bakso untuk mereka berempat.

"Aku dapet mimpi Ren," jawab Karin cepat untuk menghentikan ucapan Alfa. "Sebelum siuman, aku mimpi ketemu mereka." Karin tersenyum sambil menatap langit-langit kantin.

"Terus mereka bilang aku harus kembali," sambungnya.

Kali ini, tak ada suara dari Reno maupun Alfa. Keduanya terdiam, entah karena apa, yang pasti mereka tak ingin tahu lebih jelas lagi mengenai mimpi Karin. Biarlah itu menjadi privacy untuk Karin.

"Makanan dateng!"
                 
                                     ✓✓✓

Angin berhembus pelan, tak terlalu kuat namun cukup menenangkan bagi setiap insan yang disapanya dengan lembut. Kini Alfa tengah mengayuh sepedanya dengan Karin yang memegang erat bajunya dari belakang. Bukan karena takut, tetapi karena ngeri melihat gaya bersepeda Alfa yang dapat dikatakan tersendat-sendat.

Sedangkan Alfa, ia terus mengayuh sepedanya dengan susah payah. Maklum saja, ini pertama kalinya ia mengayuh kembali kendaraan beroda dua itu sejak 3 tahun yang lalu. Semua ini demi Karin, gadis berdurasi hitam yang memikat hatinya.

"Kita mau kemana sih Al?" tanya Karin mulai sebal. Pertanyaan ini, pertanyaan yang ke sembilan kalinya sejak kurang lebih  dua puluh menit yang lalu. Saat Alfa masih di depan rumahnya dengan cengiran lebar dan sepeda yang terparkir di depan teras rumah Karin.

"Kamu liat aja nanti." Ini juga jawaban yang ke sembilan kalinya dari Alfa. Saking seringnya dan sama, Karin sampai hafal kata-kata itu besartanya nada meyakinkan dari Alfa.

Sepuluh menit kemudian, sepeda yang dinaiki oleh Alfa dan Karin berhenti di depan sebuah bangunan setengah jadi. Hm, ini sebenarnya adalah sebuah rumah yang diberhentikan pembangunannya. Entah apa alasannya, namun setahu Alfa bangunan ini menjadi tempat anak muda membuat mural.

"Ini tempat apa?" tanya Karin, mulai membuka suaranya.

"Entah." Alfa mengedikkan bahunya acuh. Kemudian, pria itu mengambil sebotol Coco cola dari kulkas yang ada di bangunan itu.  "Nih,Rin, minum!" ucapnya sambil menyodorkan sebotol minuman berwarna hitam itu.

"Loh, kok ada-?" tanya Karin menggantung.

"Ini tuh tempat ngumpulnya teman-temen gue. Jadi di kita beli kulkas ini beserta isinya buat keperluan pribadi." Karin mengambil Coco cola tersebut, lalu membuka tutupnya. "Biar gue bukain." Alfa mengambil alih botol itu dari tangan Karin, memutar tutupnya, kemudian kembali memberikan botol itu kepada Karin.

"Minumnya seteguk-seteguk. Terus liat botolnya," ucap Alfa mengulum senyum lalu menghempaskan tubuhnya ke belakang, ke sofa coklat empuk yang ada di belakangnya. Lantas, Karin melakukan hal serupa.

Sesuai perintah Alfa, Karin meneguk minuman itu, lalu pandangannya menatap tubuh botol yang ternyata terdapat tulisan dengan tinta hitam.

"I love you." ucap Karin membaca sambil mulai merekah kan senyumnya.

Tegukan kedua, tulisan itu Muncul kembali, kali ini sedikit lebih panjang dan membuat jantung Karin berdetak lebih kencang, begitupun dengan Alfa.

"I want you be my girlfriend." Kali ini, Karin cukup membacanya di dalam hati.

Kemudian, satu tegukan lagi, Karin mulai meneguk minuman soda itu lebih banyak dan lagi-lagi muncullah kalimat lagi. Kali ini  sangat singkat. Hanya 2 kata, namun sukses membuat rona merah muncul di pipinya.

"Will you?"

Melihat rona merah yang perlahan muncul di kedua pipi Karin, membuat Alfa menegakkan duduknya. Lantas berucap dengan penuh harap, "so, Will you?"

"Hm..." Karin belum juga menjawab, entah apa, Alfa tak tahu. Namun, tiga detik kemudian, senyuman terbit dari bibir mungil itu. "Yes, i Will."

Di bawah langit senja dengan burung-burung yang mulai pulang ke sarangnya, di tempat yang dihiasi mural hasil karya anak bangsa, hari ini, Karin dan Alfa bersatu. Hari ini pula, cerita ini ditutup, walau belum tamat. Karena, tak ada kata tamat di kehidupan ini, semuanya akan berlanjut, hingga satu persatu manusia dipanggil ke hadapan sang kuasa.

-sekian, terima kasih!-

***
Aku berterima kasih banget sama kalian yang mungkin masih nunggu chapter selanjutnya dari Karin. Aku mohon maaf kalo endingnya gak sesuai ekspektasi kalian. But, ini adalah satu-satunya cerita yang berhasil author tamatin.

So, tunggu cerita selanjutnya!!

Rencananya, aku bakal buat cerita selanjutnya dengan latar,  SMK!  penasaran ga? Engga,  hayoloo author sedih awowkkw😂😂

INTINYA, THANK YOU ALL❤️😘

Salam,

Cilala8


Karin(COMPLETED)Where stories live. Discover now