"Eh Alfi kita mau kemana?"

"Katanya bosan, mending kita pergi aja, dari pada lo nungguin acara selesai total."

"Tapi, gue nungguin Alta," kata Milu yang tidak mau mengecewakan cowok yang ia tunggu.

Alfi berdecak, "yaudah kalo gitu gue temenin lo nungguin Alta, oke?"

"Oke."

Milu kembali duduk, begitupun dengan Alfi. Mungkin saat ini jantung Alfi sedang berdetak tidak normal, detakannya lebih cepat dari biasanya.

Bisa gila dia kalau begini terus.

"Mil,"

"Hm?"

"Cowok yang lo suka itu gimana sih?" tanya Alfi secara tiba-tiba dan tanpa diduga-duga, membuat Milu berkenyit.

Milu berpikir. Ia menopang dagunya sesekali melirik Alfi yang sedang menunggu jawaban darinya.

"Alfi seriusan nanya itu?" tanya Milu memastikan.

Alfi mengangguk, "iya."

"Gue suka cowok yang–"

Drrt...drttt..drtt..

"Eh sebentar, ada yang nelfon, Al."

Setelah menyentuh ikon hijau, Milu menempelkan benda pipih tersebut pada telinganya.

"Kenapa, Alta?"

"Gue  nggak bisa pulang bareng lo, masih lama ini, gue udah bilangin ke Raya biar nganter lo pulang."

"Kenapa?"

"Mau ngedata pemenang lomba, ntar kesorean banget."

"Gue bisa nunggu."

"Gue bilang pulang ya pulang!"

Tutt...

Sambungan diputus secara sepihak. Milu menatap layar ponselnya, saat itu juga dia mengatakan, "Sinting!!"

"Kenapa, Mil?"

Alfi yang sejak tadi memperhatikan pembicaraan singkat dari balik telfon tersebut mengerutkan keningnya, bingung.
Raut wajah Milu berubah dari sebelumnya, kini ia terlihat cemberut.

"Gue mau pulang." Milu beranjak dari duduknya.

"Lah kok tiba-tiba?"

"Disuruh," kata Milu sambil menatap nanar Alfi.

Alfi mengejar langkah cewek itu, "beneran mau pulang? Sama siapa?"

"Sama Raya, tapi dianya nggak keliatan."

Dengan cepat, Alfi kembali menarik lengan Milu, "yaudah kalo gitu gue anterin aja."

Milu diam saja. Yang penting pulang, lagian menurutnya Alfi selalu ada jika ia sedang membutuhkan seseorang.

Sesampainya di parkiran sekolah, Alfi memakaikan helm pada Milu. Tatapan mereka sempat bertemu, namun Milu langsung mengalihkan pandangannya.

"Kenapa mukanya gitu?" Alfi menanya sambil mengendarai sepeda motornya.

"Gitu gimana?" tanya Milu balik.

"Cemberut."

"Nggak kok."

"Yaudah cemberut aja, tapi mukanya doang."

"Emang kenapa?" tanya Milu semakin bingung.

"Ntar banyak yang suka kalo lo nggak cemberut."

"Alfii!"

"Hehe, bercanda."

Alfi memarkirkan motornya di depan sebuah cafe es krim. Tempat yang sangat cocok bagi untuk menghilangkan rasa jenuh. Selain itu, view dari tempat ini begitu menenangkan pikiran, sejuk, dan sangat nyaman.

Milu bingung dibuat Alfi. Ia dari tadi menarik-narik lengan baju cowok itu, tapi malah dihiraukan.

"Maaf gue nggak bilang, tapi gue yakin pasti lo suka sama rasa es krim di tempat ini," kata Alfi. Mereka berdua duduk di dekat jendela.

Milu mengangguk paham, sedangkan Alfi langsung beranjak hendak mengambil es krim yang dapat di pilih sendiri, rasa serta topping nya yang ada di pojok cafe. Tempat dimana berbagai rasa es krim tersedia.

"Bentar ya, Mil, gue bakal bikinin lo es krim ter enak yang bikin lo ketagihan!" Ambisius Alfi. Lalu benar-benar meninggalkan Milu  duduk sendirian.

Milu mengalihkan pandangannya ke luar jendela. Melihat langit sore yang mulai gelap, menampakkan senja yang hadir dengan singkat. Matanya terus menyusuri luar jendela.

Sehingga, matanya menangkap dua orang yang tak asing, memasuki cafe es krim.

"Hara?"

••••

To Be Continued

Het hey hey...!
Allure kembali setelah kian lama entah berada di mana.

AllureWhere stories live. Discover now