18. Kopi dan Coklat

82 10 25
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


"Semua berawal dari apa yang telah terjadi pada masa lalu tanpa membuka lembaran baru"

****

Milu mengalihkan pandangannya ke luar jendela. Melihat langit sore yang mulai gelap, menampakkan senja yang hadir dengan singkat. Matanya terus menyusuri luar jendela. Sehingga, matanya menangkap dua orang yang tak asing, memasuki cafe es krim.

"Hara?"

Cepat-cepat Milu menutupi wajahnya dengan telapak tangan. Bukan takut, cuman mau ngintip siapa cowo yang lagi jalan sama Hara.

Mereka duduk nggak jauh dari tempat Milu, bukan dekat jendela, tetapi di tengah dekat dengan tiang tembok yang berlapisi kaca. Dengan begitu, Milu akan dengan mudahnya memerhatikan mereka.

"Eh bentar deh? Kayanya itu Alta?" pantulan wajah dari kaca itu memang Alta. Milu tetap saja tidak percaya dengan apa yang ia lihat.

Kemudian dari sisi lain, terlihat Alfi yang berjalan mendekat sambil membawa es krim yang sudah ia pilih varian rasanya. Milu tersenyum, itu adalah es krim matcha! Kesukaannya.

"Matcha, suka ga?" tanya Alfi sambil menggeser kursi untuk duduk.

Milu mengangguk senang, sesekali melirik ke tempat Hara dan Alta. "Eh, Al-maksud gue, Fi, lo itu punya temen cewe selain gue nggak?" tanya Milu tiba-tiba.

Sambil melahap sesendok es krim nya, Alfi menjawab, "pernah, dulu. Tapi udah nggak ada."

Milu mendadak meninggalkan sendok es krim nya di mulutnya, matanya membulat. "Loh? Emang dia ninggalin lo?"

"Iya, ga adil kan? Tapi entah kenapa gue melihat dia itu sebagai elo, rasanya seperti ketemu dengan orang yang sama walaupun berbeda."

Milu melepaskan sendok es krim dari mulutnya. "Gue ga paham, tapi kenapa dia ninggalin lo, Alfi? Padahal lo baik, mungkin kalo dia nggak ninggalin lo, dia pasti ada di posisi gue sekarang, disini."

Alfi terkekeh mendengar ucapan itu, "gue ga bakal di Jakarta kali."

"Oh iya," Milu melirik ke kaca, ternyata mata Alta menangkap dirinya. Cowok itu menatap Milu dingin. Tidak memiliki arti, sehingga Milu jadi susah untuk mendeskripsikan arti tatapan itu.

Soal menjadi teman, sepertinya benar. Milu cuman seorang teman bagi Alta, tidak lebih. Cewek itu jadi merasa terganggu. Bahkan jadi tidak berselera untuk memakan es krimnya.

"Kenapa lo nanya?" Suara Alfi membuyarkan lamunan cewek itu.

Matanya mencari-cari alasan untuk menjawab pertanyaan Alfi. Entah apa yang menjadi sebab Milu bertanya, cewek itu hanya mengalihkan kekesalannya saja.

"Gue cuma pengen tau aja."

Alfi mengangguk. Kemudian mengikuti arah mata cewek yang ada di hadapannya ini. Alfi menoleh ke belakang, kemudia melihat mata Milu lagi. Ia meragukan jika Milu sedang melihat sepasang kekasih dengan si cewek yang sedang tertawa ria sambil menepuk bahu si cowo dengan penuh suka.a

AllureWhere stories live. Discover now