20. Percikan memori

48 5 0
                                    

"Menatap diriku sendiri, membuatku ingin menangis

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


"Menatap diriku sendiri, membuatku ingin menangis."

••••

"Milu sayang, kesini nak."

"Engga mau.." Milu menatap nanar wanita yang semakin mendekat ke arah nya.

Mita, wanita itu mamanya Milu, seorang ibu yang mengalami penyakit kejiwaan. Membuat Milu menjadi korban akan kegilaannya.

"Kamu ga nurut sama mama? Kamu mau mama menggambar di tangan kamu?" Mita tertawa kecil, semakin membuat Milu takut, dia sudah tahu kalau ibunya ini tidak sayang padanya.

Walaupun dia masih berusia sembilan tahun, naluri seorang anak pasti terdeteksi. Milu tidak bisa meminta bantuan, tidak ada siapa-siapa di rumah ini kecuali ia dan mamanya. Sedangkan Papanya pergi dengan kesibukan sebagai anggota militer.

"Menggambar itu sakit, ma.." lirih Milu.

Mita mendekat. Lalu menyergap lengan anaknya. "Menggambar itu seni, Milu." Mita mengeluarkan pisau kecil dari kantong bajunya. Kemudian tertawa puas seakan mendapatkan mangsa yang nikmat.

Mita menarik lengan Milu dan mulai menggoreskan garis-garis vertikal di pergelangan tangannya. Berdarah, namun goresannya tidak dalam.

"Sakit, ma.., hiks."

"Dengan ini kamu akan terbiasa dengan rasa sakit! kamu akan tau rasanya terluka, dan kamu tidak akan pernah lagi menangis!" Milu semakin menangis. "Diam! Dasar cengeng!"

"Kamu tau kenapa mama begini?! Kamu tau?!"

Milu menggeleng, air matanya masih mengalir begitu deras. Tangannya yang semakin tergores hampir membuat penglihatannya tidak jelas karena sakit kepala yang menyerang.

"Sa-sakit."

"Lebih baik kamu mati, Milu! Anak sialan seperti kamu pantas sekali dinamai dengan nama belakang mu itu!"

"Abu! Hitam! Hidup kamu akan kelam, sama seperti nama belakangmu, Ashea!"

Sakit. Hanya itu yang Milu rasakan. Luka karena goresan di tangannya serta luka hatinya yang dicabik-cabik oleh hinaan Mita. Tubuh mungilnya itu tidak sanggup menahan rasa sakit semua itu, karena bukan ini yang dia inginkan.

••••

"Mama pulang?" Milu membeo dari suara dibalik telfon.

"Papa nggak salah kan?"

"Sebaiknya kamu tidak tinggal di apartemen lagi, Milu. Papa juga dengar dari dokter kenalan papa kalau kemarin alergimu kambuh, Papa akan jemput kamu nanti sore."

AllureWhere stories live. Discover now