ketidakwarasanku menerbitkan
sebuah hasrat yang sekian lama tidur mandiri
kehadirannya membuat nafasku teratur
saat ku menikam wajah seorang dendam
yang ku temu
di jalan keinginan itu
ada juga di antara mereka ku gantung wajahnya
senyap sulit gaya tubuhku
seiring suara kecil itu bertemu
membakar mereka di kaki langit itu
aku mengutip satu per satu ketidakwarasanku
menjadi jalan pulang menyusun rindu
permai ini ku nikmati sendiri
kewarasanku petang itu cuma mengizinkanku
mencicip segelas kopi hitam
yang dikirim semesta
dengan nafas yang teratur
dan abu kenangan menuju hancur
