"Kim, apapun yang kau lakukan didalam kau harus keluar sekarang boy." Suara Jimin terdengar begitu menjengkelkan dari balik pintu.

"Pergi dari sini !!" Geram Taehyung.

"Tidak sebelum kau mengatakan akan keluar membawa Jungkook, karena acara keluargamu akan segera dimulai." Jimin terkikik saat suara dengusan Taehyung terdengar samar dari dalam.

"Oke, lima menit."

Dan saat langkah Jimin terdengar mulai menjauh hazelnya menatap Jungkook yang masih menunduk dengan semu samar pada wajahnya yang lagi-lagi membuat si bocah Kim mengulum senyum.

"Maafkan aku, aku tidak bisa menahan diri kalau melihatmu secantik ini." Bisiknya sembari membenarkan kemeja Jungkook yang sempat ia berantakan karena ulahnya.

Lagi-lagi Taehyung tersenyum dan jatuh bekali-kali lipat kala sosok Jungkook yang masih diam pada posisinya terlihat begitu gugup.

"Jangan pikirkan apapun, hanya ingat bahwa apapun yang akan dikatakan orang nanti, aku selalu mencintaimu, tidak akan berubah sampai aku mati."

Menjadikan Jungkook mendongak dan tanpa aba hanyut pada tatapan hangat itu lagi, bahkan membiarkan satu kecupan lagi-lagi lolos dicuri oleh si pencuri hatinya.

Ya, Jungkook tau dia sudah jatuh cinta. Jatuh cinta pada bocah tampan priyayi yang kini menatapnya penuh puja. Lalu Jungkook hanya bisa berpasrah diri kala sebuah genggaman ia dapat dan perlahan menggiring tubuhnya keluar menuju acara keluarga yang kini menanti.








//

//











"Jadi ini yang kau puja setengah mati ?" Suara terlampau malas terdengar, menjadikan Jungkook lagi-lagi menegang kala sepasang mata runcing kini sedang menatapnya kemudian melirik Taehyung yang berada disampingnya.

Bukan, bukan tatapan benci atau lainnya, melainkan tatapan menelisik dengan dengusan malas meneliti si bocah yang masih berkutat dengan sekaleng cola-nya sebagai penutup makan malam itu.

"Iya, memang kenapa kakak gulaku ? Hm ?" Kedua alis Taehyung terangkat, jelas menantang dengan pertanyaannya. Menjadikan seluruh pasang mata memperhatikan interaksi keduanya, tanpa terkecuali Jungkook yang bahkan belum terbiasa dengan situasi canggung seperti ini.

"Namamu Jungkook kan ?" Kini netra kecilnya kembali menatap Jungkook.

Jungkook mengangguk sebagai jawaban.

"Kau yakin bocah ini mencintaimu sampai mati ? Kau tau ? Bocah ini selalu berbicara omong kosong." Menjadikan Jungkook membola pada netra kelamnya yang berbinar bingung, dalam hati bertanya-tanya siapakah gerangan yang bisa berbicara begini tanpa rasa sungkan dihadapan kedua orang tua Taehyung yang hanya menyimak tanpa berkomentar.

"Aku kakak angkat bocah itu, namaku Min Yoongi."

"Dan dia calon kekasihku yang biasa kuceritakan itu." Jimin menyahut dengan senyum menawannya, menghiraukan decakan dari Yoongi yang melayangkan protes.

Jungkook menatap Yoongi, membalas uluran tangan seputih salju tersebut dengan senang hati. Kemudian paham bagaimana sahabatnya si Park Jimin selalu memuja sosok ini, dia begitu manis meski raut wajahnya selalu datar seperti enggan berinteraksi dengan siapapun disekelilingnya, namun nyatanya dia adalah sosok yang peduli meski enggan menyatakan, sangat persis seperti yang di ceritakan Jimin sebelum-sebelumnya.

"Namaku Jeon Jungkook."

"Kau terlalu baik untuk bocah ini, kusarankan jangan pernah mau menerima bocah tengik ini, dia selalu merepotkan." Lagi-lagi Yoongi berujar, berusaha membuat kesal Taehyung yang kini menatap tajam kearahnya.

Purple Line (TAEKOOK)Where stories live. Discover now