08 - Calderioz vs Retro

Start from the beginning
                                    

Sebenarnya Zea juga ingin cepat-cepat keluar dari sekolah ini, dia kan sudah ditunggu di cafe. Tapi Zea teringat handphone miliknya tertinggal di kelas.

"Gue ambil dulu aja deh."

Ia mulai melangkahkan kaki menuju ke kelas, tanpa sadar ia telah mendatangkan bencana bagi dirinya sendiri.

"Eh geng Retro kan? Arka? Bener ketuanya dia!" ucap Zea. "Arka, cowoknya si kampret itu! Gue harus liat muka tuh orang. Bodo amat mereka lagi tawuran atau apa kek! Ntar gue juga sembunyi, gak akan keliatan sama mereka."

Setelah mengambil handphone, Zea memutuskan untuk jalan menuju gerbang utama SMA Derlangga. Begitu keluar dari gerbang, Zea cukup terkejut dengan keadaan disana.

Ratusan motor gede ala geng motor, berbagai senjata tawuran; pisau, celurit, bebatuan, dan kayu. Jangan lupa akan darah yang mulai berceceran di jalan.

"Arka!" Mendengar namanya dipanggil, Arka segera mengalihkan perhatian dari musuh didepannya.

"Liat tuh cewek depan gerbang," kata lelaki itu sambil melirik cewek yang dimaksud dengan ujung mata.

Melihat perempuan cantik di depan gerbang yang tak bergeming hanya diam saja, Arka langsung menyeringai lebar.

Umpan yang bagus!

Sedangkan disisi lain, Zea mulai menyisiri jalan trotoar, mencari —setidaknya melihat rupa— seseorang yang bernama Arka. Sesekali ia mengumpat di balik pohon tinggi.

KRAK!

"Sialan!" jerit Arka.

Mau tahu kenapa Arka menjerit? Itu karena Zea memelintir tangan Arka yang menyentuh bahunya. Zea hanya jaga-jaga. Lagipula, itu gerakan refleks.

Zea melirik badge yang terdapat di kemeja laki-laki didepannya.

Arka Mahendra.

Gadis itu menatap Arka dengan tajam. Mendapat tatapan seperti itu, Arka mengerutkan dahi.

Kenapa nih orang sinis banget? Baru pertama kali gue diginiin cewek.

Seketika ia memikirkan kira-kira apa yang menyebabkan hal tersebut bisa terjadi. Zea yang melihat Arka sedang lengah, segera melayangkan pukulan ke wajah laki-laki itu.

BUGH!

"Weh, Anjing!" Arka kemudian membalas Zea, memukul gadis itu tepat diwajahnya.

1 sama.

Mereka terus melayangkan pukulan-pukulan, membalas satu sama lain. Sadar bahwa perempuan didepannya ini bisa bela diri —sangat menguasai bela diri— Arka segera memanggil 2 anak buahnya yang ada di dekat situ.

"FARHAN! BENO!!"

"Gila ya, mau 3 lawan satu? Pengecut lo emang! Bisa-bisanya cewek kampret itu lebih milih bajingan kayak lo!"

Arka tidak mengerti apa yang Zea maksudkan, jadi laki-laki itu hanya lanjut menyerang perempuan cantik itu.

BUGH!

Sialan! Kalau mereka main keroyokan gini, gimana gue gak babak belur.

Darah mulai keluar dari sudut bibir dan pelipis Zea, tapi ini tidak seberapa bagi gadis itu. Dia pernah melewati yang jauh lebih buruk dari ini.

BUGH!

Zea tidak bisa menahan dirinya untuk tidak jatuh, saat salah satu anak buat yang Arka panggil memukul tengkuknya dengan balok kayu besar.

ANTARESWhere stories live. Discover now