Pergilah

275 33 1
                                    

Author POV

Laki laki itu berdiri diatap kastil bagian belakang, dimana sebuah jurang gelap tampak menganga lebar bagaikan mulut raksasa yang menunggu makanan datang. Sambil terus menatap ke dasar jurang, dia, Prince, mengepalkan tangannya kuat kuat.

Memiliki hati memanglah hal yang paling menyebalkan. Dia pernah merasakan hal ini sebelumnya. Perasaan yang begitu menyakitkan, membingungkan, dan juga menjadi beban tersendiri untuk Diavol sepertinya. Dan Prince tau, jika dia tidak mempedulikan perasaannya ini, dia akan sangat menyesal.

Prince ingat saat itu, saat dimana Meredith tersenyum manis padanya, saat Meredith menatapnya penuh arti bahkan dengan Prince yang hendak membunuhnya. Kemudian, setelah pedangnya membelah leher putih Meredith, Prince merasakan kehancuran yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.

"Kau akan menyesalinya." Kata sebuah suara dari belakangnya.

Prince menoleh, mendapati Kim Seokjin berdiri didekatnya dengan senyum hangat yang begitu menenangkan. Walaupun Prince sendiri tahu kalau sekarang, Seokjin sedang mati matian melawan rasa panik didadanya.

"Setelah membunuh Meredith, kau tak bicara pada siapapun selama bertahun tahun lamanya." Kata Seokjin, mengingat memori itu seolah dia bisa membaca pikiran Prince. "Jika kau membunuh Aloona, aku yakin kondisimu akan lebih parah daripada itu."

Prince terdiam. Dia tak tahu lagi apa yang harus dia lakukan. Satu sisi dirinya yakin Seokjin benar dan dia harus mendengarkan kata hatinya, tapi sisi lain dirinya seolah membara, meneriakinya untuk terus menjalankan rencana karena dia adalah Pangeran Diavol.

"Prince... jangan biarkan iblis dalam dirimu mengalahkanmu." Katanya, memegang pundak Prince.

"Aku-"

BRAK!

Secara tiba tiba bagian atap didekat mereka hancur berkeping keping, membuat lubang yang cukup besar. Dari lubang itu, Kim Taehyung melompat naik dan menapaki atap kastil yang datar dan terbuat dari bebatuan tua.

Tubuhnya begitu berantakan. Banyak darah mengalir dari kepala hingga ujung kakinya. Wajahnya tertunduk dengan deru napas yang terdengar sangat kelelahan. Perlahan, dia berjalan ke arah Prince dan Seokjin yang masih memperhatikan.

"Aku sudah menduga itu kau, Jeon Jungkook. Rasanya begitu menyakitkan untuk Aloona. Kurasa, aku akan mati jika tidak mampu menahan rasa ini," ucapnya, kemudian menenggakkan kepala, menampakkan mata merahnya yang menyala terang. "Maka dari itu... ayo kita selesaikan semua ini."

Prince langsung mendorong Seokjin untuk menjauh. Dia tak ingin Seokjin, sebagai seorang yang tidak memihak siapapun, ikut campur dalam pertengkaran ini dan terluka.

Kemudian, dua vampire itu mulai saling menyerang. Prince menekankan dirinya untuk membunuh V, begitupun sebaliknya. Mereka menggunakan kekuatan masing masing untuk membunuh tanpa mempedulikan hujan deras yang secara tiba tiba turun dari langit.

Suara dentingan antara pisau Prince dan pedang panjang milik V menggema ke penjuru atap. Kekuatan mereka seimbang, namun keadaan hati V yang begitu buruk beberapa kali membuatnya lengah.

Tak ingin hanya menonton, Seokjin mengikuti perkelahian mereka. Dia melindungi dua vampire itu ketika salah satu diantara mereka terkalahkan. Saat V selangkah lagi membunuh Prince, Seokjin menendang V untuk menjauh. Saat Prince hendak membunuh V, Seokjin mendorong tubuh Prince agar usahanya tak berhasil.

"Diamlah, kak!" Seru V, kesal.

"Aku tak akan membiarkan salah satu diantara kalian mati." Kata Jin, menyeka darah yang mengalir disudut bibirnya.

Pertarungan kembali berlanjut. Kali ini, mereka menyerang lebih membabi buta.

V mengerahkan hampir seluruh kekuatannya. Dia menonjok wajah Prince, kemudian menyayat lengan laki laki itu menggunakan pedangnya hingga pisau ditangan Prince terjatuh. Tanpa rasa kasihan, V menendang tubuh Prince, membuatnya tersungkur lemah ke atas bebatuan atap yang basah.

Saat Jin hendak menghentikan V, vampir itu dengan cepat menahan tubuh Jin, lalu mendorongnya sejauh mungkin ke ujung atap.

"Berakhir sudah, Prince..." kata V.

Dapat dia lihat wajah tegas Jeon Jungkook, seniornya disekolah. Bahkan disaat terakhir pun, Prince tetap menatap V dengan dingin.

"Aku akan membunuhmu dengan cara yang sama yang kau lakukan pada Meredith." Lirih V. Dia mengangkat pedangnya ke udara, bersiap membunuh Prince.

V hendak mengayunkan pedang itu ketika tiba tiba seseorang berseru ke arahnya.

"TAEHYUNG!" Teriak orang itu, beberapa meter didekat V.

Dia menoleh, melihat Aloona Silver berjalan ke arahnya. Gadis itu berjalan perlahan karena luka dikedua pahanya. Wajahnya membengkak, menandakan bahwa dia baru saja menangis.

"Aku mohon... j-jangan bunuh dia..." kata Aloona sesampainya dihadapan V.

"A-Aloona..." tubuh V terasa lemas melihat Aloona yang begitu pucat dan menggigil. Tapi gadis itu berusaha tersenyum dengan tatapan lembut dan air mata kembali mengalir.
"Aloona, kau bisa mati! Kenapa kau datang kesini?!" Tanya V, menggoyangkan tubuh Aloona.

"T-Taehyung... a-aku tahu j-jalan k-keluarnya... aku bi-bisa menyelesaikan ma-masalah ini." Kata Aloona, menggigil. Dia menoleh pada Jungkook untuk sesaat, lalu menoleh lagi pada V.

"Bagaimana?"

"Aku a-akan melakukan t-tradisi Thebe... a-aku akan m-membayarnya dengan nyawa-k-ku..."

"Kau gila?! Tidak!-"

Tiba tiba, terdengar suara keramaian dari arah barat kastil. Semua mahkluk yang ada diatap kastil lantas menoleh, mendapati segerombol pasukan berzirah hitam berlarian mendekati kastil.

Mereka adalah Diavol, dan mereka datang untuk memusnahkan segala hal yang hendak menghalangi mereka.

"Aloona, pergilah! Lupakan tradisi itu! Tradisi Thebe bukanlah ide bagus!" Ujar V, penuh penekanan.

Aloona terdiam. "A-apa?"

"Nyawamu tidak akan cukup untuk membayar apa yang kau minta! Dan juga, Suga tak akan mau hidup jika kau mati begitu saja! Jika kau melakukan tradisi itu, kau hanya akan membunuh kami semua!"

Aloona tertegun ditempatnya. Dia terdiam, memikirkan semua ucapan V yang mana adalah kebenaran. Sementara dari barat sana, para Diavol semakin mendekat.

"Aloona..." V melirih, memaksakan diri untuk tersenyum manis pada Aloona. Dengan kedua tangannya dia menangkupkan wajah Aloona. "Diruang singgasana, ada pintu rahasia, terletak dibelakang patung centaurus. Pintu itu akan membawamu pada tangga melingkar yang panjang, turun kebawah dan kau akan menemukan lorong panjang yang akan membawamu kehutan. Kemudian kau harus lari, lari secepat yang kau bisa mendekati suara deras dari sungai. Jangan berhenti Aloona, sebrangi sungai itu dan-"

"Tidak... Tae..." Aloona menggeleng. Hatinya tersayat membayangkan dirinya pergi tanpa Taehyung.

"Dan kau akan menemukan sebuah pedesaan. Istirahat disana hingga kau pulih, kemudian pulanglah dan lupakan semua ini." V melanjutkan kalimatnya.

"Tidak... a-aku tak mau meninggalkanmu..."

"Aloona, pergilah... dan bawa Suga pulang."

Gadis itu menunduk. Taehyung benar, Aloona tak boleh egois dengan membiarkan Suga tetap disini dan ikut mati bersamanya. Setidaknya, jika Aloona tak bisa menyelamatkan Taehyung dan Suga, dia masih bisa menyelamatkan salah satu diatara mereka, yaitu Suga.

"Percayalah bahwa apapun yang terjadi, aku akan selalu ada disisimu." Kata Taehyung. Dibalas anggukan lemah oleh Aloona.

"Sekarang, bawa Suga keluar dari sini, Aloona. Kau punya waktu lima menit, hanya lima menit sebelum para Diavol memenuhi kastil ini."

Dan dengan itu, Aloona memaksakan diri untuk berlari tertatih tatih, kembali masuk kedalam kastil dan membawa Suga pergi.

Dia menoleh ke arah Taehyung yang melambai padanya, kemudian, dia kembali berlari sambil menggigit bibir bawahnya untuk menahan jeritan tangis yang sudah begitu membendung didadanya.

Vampire Prince [BTS FANFICTION]Where stories live. Discover now