1

7.2K 332 82
                                    

20 Januari 2025,

Seorang lelaki berjas hitam melangkahkan kakinya memasuki lift yg disusul dengan sekretarisnya, sampai di lantasi 30 lebih tepatnya di ruang khusus CEO.

"Yohan, apa Lee Corp. mengirimkan alamat anak usahanya?" tanya lelaki berjas itu begitu duduk di kursi singgasananya, kursi CEO.

Yang dipanggil Yohan segera mengutak-atik iPad-nya dan langsung menyerahkan ke atasannya itu, "ini tuan Renjun, kemarin saya dapat e-mail dari tuan Jeno. Silahkan dilihat."

Ya, lelaki berjas tadi adalah Huang Renjun. Dia sudah dewasa sekarang, sifatnya berbeda jauh dengan masa SMA ataupun kuliah dulu. Sudah satu tahun ini dia menjabat sebagai CEO menggantikan ayahnya, kakak tertuanya, Winwin, tidak mau meneruskan lantaran menjadi pemimpin di perusahaan keluarga istrinya.

"Kanada?"

"Iya, saya sudah melihat di internet jika anak usahanya itu cukup terkenal tuan. Tuan Jeno juga menyuruh anda untuk langsung kesana melihat-lihat hasil karya mereka."

"Ya sudah, kamu siapkan saja jadwal keberangkatan kesana. Apa nanti saya ada jadwal rapat?" Renjun menyerahkan iPad tadi ke sekretarisnya.

"Hari ini jadwal anda kosong tuan," jawab Yohan, lalu mengambil iPad itu.

"Kalau begitu kamu bisa keluar,"

Yohan membungkuk hormat lalu lelaki itu berjalan keluar dari ruangan atasannya, dirasa sudah keluar sepenuhnya Renjun lalu melepas jasnya dan menggantungnya di gantungan khusus samping mejanya.

Jika kalian bertanya kenapa tadi ada nama Jeno disebut, bukannya mereka berdua musuhan? Itu dulu, semenjak masa kuliah hubungan mereka membaik, sebab mereka berdua mengambil jurusan yg sama dan juga mereka banyak satu kelompok saat itu. Makanya hubungan mereka pun berangsur membaik, dan malah sekarang seperti sahabat sendiri.

Dirinya berdiri melihat pemandangan kota Jakarta yg setiap hari selalu ramai itu, ini adalah rutinitasnya ketika dirinya memiliki waktu senggang. Terlintas kejadian tujuh tahun yg lalu, kejadian dimana ia harus berpisah dengan gadisnya, kejadian dimana keluarga Lee harus membatalkan perjodohan itu. Ada penyesalan pada dirinya, kenapa dulu ia harus menerima tawaran sialan itu. Hidupnya sekarang hampa, tidak ada tawa gadisnya lagi, tidak ada rengekan kecil gadisnya. Semua lenyap begitu saja, bahkan sosok gadis itu seakan hilang dari pandangan Renjun. Keluarga Lee benar-benar tertutup padanya, bahkan sosok Mark yg baik kepadanya itu terganti dengan sosok Mark yg dingin. Semua sudah terlambat baginya, tinggal penyesalan lah yg menghantuinya selama tujuh tahun ini.

Matanya lalu melihat ke area jari manis kirinya, cincin itu masih ada disana. Renjun tidak mau melepaskan cincin itu berharap gadisnya kembali dan melanjutkan perjodohan itu, namun sayang tujuh tahun ini tidak ada tanda-tanda gadisnya muncul. Walaupun hanya instagram, Renjun berharap akun gadisnya itu aktif tapi sayangnya tidak.

Drrttt... Drrttt...

Renjun berbalik melihat ponsel-nya yg bergetar di atas meja, layarnya menyala menampilkan nama rekan bisnisnya yg sekaligus menjadi sahabatnya itu.

"Halo jen, kenapa?"

"Senggang gak lo?"

"Iya gue lagi senggang, kenapa sih?"

"Kebetulan banget, makan siang nanti pergi ke cafe deket kampus."

Helaan napas muncul dari Renjun, "Harus banget ya?"

"Harus. Gue mau ngomongin tentang bisnis yg di Kanada itu."

"Iya-iya, nanti gue kesana."

Destiny :: Huang RenjunWhere stories live. Discover now