Bab 18 Maya Diikuti Tuyul

2K 112 7
                                    

          Maya turun dari ranjang. Gelas kosong dibawa Maya untuk mengambil air. Maya membuka pintu dan merasa senang melihat anak-anak masih belum tidur.

          Di depan kamar Maya, ada pohon kedondong. Maya melihat masih ada anak-anak naik turun di pohon kedondong. Maya melihat dari kejauhan lampu di bangsal menyala dan masih ada anak-anak yang menonton televisi.

          Ruangan dapur lumayan jauh. Maya harus melewati beberapa kamar. Maya masuk ke ruangan dapur mengambil air dan langsung minum. Ketika Maya hendak menuangkan air lagi, hanya bisa mendapatkan setengah gelas.

          Maya keluar dari ruangan dapur sangat terkejut. Suasana malam yang mencekam dan gelap. Maya tidak melihat lagi anak-anak sedang menonton televisi. Maya berjalan sambil merasakan keanehan. Begitu cepat anak-anak menghilang dalam sekejap mata. Padahal saat Maya mengambil air tidak begitu lama.

          Pada bagian ini penulis ingin memberi tahu. Bahwa saat Maya melihat anak-anak sedang menonton televisi itu sebenarnya bukan anak-anak panti. Di panti asuhan sangat ketat. Televisi akan mati tepat pukul 20.00 wib. Anak-anak panti semua harus tidur. Yang aku ingat saat kecil dulu, yang naik turun memanjat di pohon kedondong wajahnya tidak jelas. Jadi kesimpulannya adalah ternyata saat itu Maya sedang menyaksikan qorin-qorin atau jin yang menirukan kegiatan anak-anak panti.

          Maya mulai resah saat itu, tapi Maya mulai tenang ketika ada tiga orang menghampirinya dan mengikutinya dari belakang. Maya tidak berani menyapa sosok yang mengikutinya. Tiga sosok aneh itu hanya tertawa lirih sambil loncat-loncat. Maya berpikir mereka sedang menggodanya.

          Awalnya Maya merasa biasa saja. Tapi lambat laun hati kecil Maya merasakan aneh. Maya tidak mengerti kenapa tiga anak itu mengikutinya dari belakang. Maya merasa aneh tiga sosok itu tidak menyapa Maya dan mengajaknya ngobrol. Perasaan Maya gundah, tiga sosok itu seperti ingin meraih pundak Maya tapi tidak pernah berhasil.

          Jarak dua meter, tiga anak laki-laki itu terus mengikuti. Maya berpikir bahwa anak-anak itu akan melukainya. Maya mulai berjalan cepat. Maya semakin merasakan aneh ketika tiga sosok itu terus mengejarnya dari belakang. Saat sampai di depan pintu kamar, Maya langsung menutup pintu.

          Maya menyimpan gelas di atas meja, Maya langsung naik ke atas ranjang dan masih berpikir tentang tiga orang yang mengikutinya.

          Saat itu Maya belum berpikir bahwa tiga anak itu adalah jin. Maya hanya berpikir tiga anak itu akan mengganggunya.

          Maya mulai tegang, karena pintu mulai digedor dan mereka berusaha masuk. Jantung Maya berdegup kencang, Maya takut tiga orang itu masuk dan menyerangnya.

          Maya terus memperhatikan gagang pintu yang dimainkan jin. Mata Maya terus memperhatikan gagang pintu yang bergerak. Setelah suara tenang dan gagang pintu tidak bunyi, Maya mulai lega.

          Teror di tengah malam belum selesai. Maya masih terbaring sambil memikirkan keadaan yang tiba-tiba gelap di luar kamar. Dari jendela masih bisa terlihat dari celah gorden. Lampu di luar kamar tiba-tiba mati. Mata Maya menatap dinding langit, tiba-tiba bayangan kotak bergerak.

          Maya terus menatap bayangan yang terus berjalan tepat di atas ranjangnya. Maya mulai resah dan merasa aneh. Sepuluh menit bayangan itu terus menggoda Maya. Bayangan itu bergerak ke kanan dan ke kiri. Kadang bayangan itu bergerak melesat ke tembok lain dan menuju atap langit tepat di atas ranjang Maya.

          Maya menarik selimut dan menutupi seluruh tubuhnya. Tubuh Maya bergetar, baru pertama kalinya Maya merasakan merinding.

           Maya memejamkan matanya dan terus menyebut, "ya Allah, Mamah... Papah... ya Allah, Mamah... Papah... tolong aku." Berapa menit Maya terus menyebut tiga nama dalam hatinya, dan akhirnya Maya tertidur pulas.

Empat Anak Menggali Makam Ibunya Part IWhere stories live. Discover now