Bab 12 Maya Mengajak Adik-adiknya Ke Makam

2.1K 106 9
                                    

          Maya mulai murung dan tidak bisa diatur. Maya berpikir ayahnya jahat karena sudah meninggalkannya. Sejak ayahnya pergi Maya tidak bisa tidur.

          Maya melihat adik-adiknya sudah tidur di atas ranjang. Sudah dini hari mata Maya tetap tidak bisa tidur. Maya pindah ke kolong ranjang. Maya guling-guling sendiri tanpa bisa memejamkan matanya. Bayangan wajah ibu dan ayahnya terus bermain di matanya.

          Biasanya Maya selalu mendapat dongeng dan diajak berdoa sebelum tidur. Dalam keheningan malam Maya terus cemberut dan menahan marah.

          Maya mendengar suara langkah sandal bakiak. Dua kaki tepat di depan mata Maya. Maya tetap tidak bergeming dan tidak bersuara. Sampai akhirnya Maya terkejut ada kepala muncul dan menyapanya.

          "Sedang apa, Maya?" sapa mbah kakung.

          Maya cemberut dan tidak menjawab. Mbah kakung menarik tangan Maya dan menggendongnya.

          "Mbah, punya cerita... Maya mau dengar?" rayu mbah kakung.

          Maya masih cemberut dan tidak mau mendengar ucapan mbahnya.

          "Tadi, Mbah bertemu Papahmu, katanya kalau Maya tidak mau tidur, Papah akan sedih... sekali," hibur mbah kakung.

          Maya terus cemberut sambil memperhatikan wajah mbahnya.

          "Papah sedang kerja cari uang, supaya bisa beli mainan untuk Maya," rayu mbah kakung.

          "Maya, gak mau mainan! Maya mau Papah!" teriak Maya.

          "Iya, iya... Sayang... tapi kata Papah kalau tidak kerja nanti Papah tidak makan? Nanti tidak punya uang untuk beli makan?" bujuk mbah kakung.

          "Mbah, kapan Papah pulang?!" tanya Maya ketus.

          "Kalau libur pasti pulang, nanti Maya diajak jalan-jalan," jawab mbah kakung.

          Maya biasa memanggil ayahnya Danu dengan sebutan mbah kakung. Mbah kakung mulai bersholawat sambil menepuk-nepuk paha Maya.

          Seperti tiga malam mata Maya mulai sepat. Mbah kakung terus meniupkan sholawat ke mata Maya supaya tertidur. Akhirnya Maya pulas dipangkuan mbahnya.

          Banyak saudara Danu yang suka dengan Maya dan ingin mengadopsinya. Tapi Danu tidak pernah mengizinkan. Banyak orang merayu Maya untuk ikut menginap di rumah saudaranya tapi ditolak Maya. Dengan iming-iming uang dan jajanan Maya tidak tertarik menginap di rumah orang lain.

          Maya mulai terganggu ketika mbah putri mengadopsi anaknya tante Maulin. Sari berusia delapan tahun, anak yang manja dan mau menang sendiri.

          Maya mulai sering ribut dengan Sari karena masalah sepele. Mbah putri mulai risih mendengar Maya ribut dengan Sari. Mbah putri akhirnya memperbolehkan Maya dan adik-adiknya main tanpa sepengetahuan mbah kakung.

          Hanya mbah kakung dan uwanya Maya yang mau membersihkan kotoran adik-adiknya Maya ketika buang air besar. Tapi ketika mbah kakung dan uwanya tidak ada, mbah putri memaksa Maya untuk menggantikannya.

          Maya mulai dituntut harus mandiri, Maya harus bisa memandikan tiga adiknya, memakaikan baju dan menjaganya. Usia Maya masih lima tahun dituntut harus bisa melakukan pekerjaan orang dewasa.

          Maya mulai terbiasa dan tidak bisa banyak melawan. Diusianya yang masih balita dengan segala ujian dan cobaan, membuat Maya lebih dewasa dari usianya.

Empat Anak Menggali Makam Ibunya Part IWhere stories live. Discover now