Bab 4 Jin Menyamar Dokter

2.5K 123 8
                                    

          Danu langsung menuju Cirebon dengan kecepatan tinggi. Tuti terus meringis menahan sakit di bawah perut. Hari sudah semakin larut menuju tenggelamnya matahari. Danu membawa Tuti ke rumah sakit pamitran.

          Hari minggu banyak dokter yang libur, Danu memapah Tuti menuju loket. Seorang suster mendekati Tuti dan langsung membantu dengan kursi roda.

          Tuti merasa tidak nyaman, di dalam ruangan kamar sangat sunyi dan mencekam. Tuti menyibak kain gorden terlihat pohon besar yang rindang berdiri tegak. Tuti buru-buru menutup gorden ketika ada dokter yang masuk dan langsung memeriksa Tuti.

          "Kandungan lemah! Harus segera di kuret!" lirih suara Dokter.

          Tuti terkejut mendengar ucapan dokter. Mata Tuti terus menatap dokter yang selalu menunduk dan tidak mau menatap dirinya. Tuti melihat Dokter itu keluar dari ruangan.

          "Mas! Kita pulang saja, Mas! Aku tidak mau dikuret! Aku sehat, Mas! aku mau pulang!" teriak Tuti.

          "Sabar Sayang, jangan panik dulu, kita tunggu keputusan dokter, ya?" bujuk Danu.

          "Tidak! Aku mau pulang, Mas! Aku mau pulang!" bantah Tuti panik.

          Seorang suster masuk ruangan untuk memeriksa Tuti. Suster membawa alat untuk memeriksa tekanan darah Tuti.

          "Sus, saya mau pulang, saya tidak apa-apa, Sus!" tanya Tuti.

          "Sabar ya, Bu? Saya periksa dulu, ya?" jawab Suster.

          Setelah memeriksa Tuti, Suster meraba perut Tuti dan memeriksanya.

          "Mungkin Ibu terlalu lelah, sudah biasa jika hamil muda kadang  merasakan kontraksi ringan," ucap Suster.

          Setelah Suster pergi, Tuti bangun dan langsung mengajak Danu pergi.

          "Ayo, Mas! Kita pulang! Suster tadi bilang aku hanya lelah, ayo pulang!" Ajak Tuti sambil menarik tangan Danu.

          Danu bingung dan hanya menuruti keinginan Tuti. Danu masih gelisah takut kandungan Tuti bermasalah. Danu mencari dokter yang mengatakan Tuti harus dikuret.

          "Suster! Saya mau bertemu dokter yang tadi memeriksa istriku," ucap Danu.

          "Dokter yang mana ya, Pak?" tanya Suster bingung.

          "Dokter kandungan! Tadi dia bilang istriku harus dikuret! saya mau bertemu dia!" jawab Danu.

          "Mari saya antar ke ruangan dokter," ajak Suster.

          Tuti masih ketakutan dan tidak ingin Danu bertemu dengan dokter kandungan.

          "Mas, kita pulang saja! Aku tidak mau bertemu dokter!" pinta Tuti.

          "Sayang... sabar dulu... Mas ingin memastikan kandunganmu baik-baik saja, Mas ingin tahu kenapa harus dikuret," ucap Danu.

          Setelah masuk ruangan dokter, Danu dan Tuti di persilakan masuk. Danu tidak melihat dokter yang memeriksa istrinya.

          "Ada yang bisa saya bantu? Maaf tadi belum sempat memeriksa istri Bapak, karena sedang menangani pasien," ucap dokter ramah.

          "Maaf, Dok! Tadi istri saya sudah diperiksa dokter, dan dia bilang harus dikuret, saya hanya ingin tahu apa tidak ada cara lain selain dikuret?" tanya Danu.

          Dokter bingung dengan pertanyaan Danu, dokter menatap suster yang berdiri di belakang Danu dan Tuti.

          "Siapa yang sudah memeriksa pasien ini, Suster?" tanya Dokter.

          "Tadi saya yang memeriksa Ibu ini, Dok! Tekanan darah semuanya normal, Dok!" jawab Suster.

          "Sebelum Suster ini periksa istri saya, ada dokter lain yang memeriksa istriku! Dan dia bilang kandungannya harus segera dikuret!" sela Danu.

          "Hari ini dokter jaga hanya saya, Pak! Tidak ada Dokter lain," bantah dokter.

          "Lalu siapa yang memeriksa istriku? Berani sekali dia bilang harus dikuret!" ucap Danu marah.

          "Sabar, Pak! Akan saya panggil semua suster dan perawat yang jaga hari ini," bujuk Dokter.

          Dokter memerintah suster untuk memanggil semua perawat yang jaga pada hari itu. Semua perawat laki-laki dan perempuan sudah berkumpul di dalam ruangan dokter.

          "Apa Bapak mengenali salah satu dari mereka? Siapa yang sudah memeriksa istri Bapak? Mereka semua yang bertugas hari ini," tanya dokter.

          Danu menatap satu-satu perawat yang berdiri. Danu merasa aneh tidak ada satu pun yang mirip wajah dokter yang memeriksa istrinya. Danu terus mengingat wajah dokter yang pucat dan hanya menunduk. Tuti mulai merinding, Danu menggenggam erat tangan istrinya.

          "Tidak ada yang mirip! Lalu siapa dokter yang memeriksa istriku?" tanya Danu keheranan.

          Dokter dan perawat saling berpandangan merasa aneh. Mereka percaya dan tidak percaya dengan ucapan Danu. Tapi mereka menyadari, di rumah sakit Pamitran memang sudah dikenal angker.

          Danu merasa ada yang aneh, Danu sadar pasti ada mahluk lain yang menyamar jadi dokter. Danu langsung pamit dan buru-buru pulang dengan menggandeng tangan istrinya.

                                  ***

Empat Anak Menggali Makam Ibunya Part IWhere stories live. Discover now