Bab 13 Maya Dan Adik-adiknya Sampai Di Makam Ibunya

2K 104 13
                                    

          Adzan sholat Ashar sudah berkumandang, Maya dan adiknya masih berjalan. Mereka kadang harus menunggu lama untuk menyebrang jalan.

          Melewati pohon dan sawah, akhirnya Maya dan adiknya sampai di makam ibunya. Pohon-pohon raksasa menjadi saksi keberadaan mereka di makam ibunya.

          Suasana sangat sepi, tidak ada satu orang pun berada di makam. Keberanian empat anak balita luar biasa. Mereka tidak tahu bahwa di makam tempat istirahat orang yang sudah meninggal.

          "Itu rumah Mamah!" teriak Maya.

          Maya dan adik-adiknya berjejer di depan gundukan tanah kuburan ibunya, mereka kompak memanggil ibunya, "Mamah... " teriak Maya dan adik-adiknya.

         Maya ingat ucapan ayahnya, makanan ibunya adalah bunga. Ayahnya selalu datang membawa bunga. Maya melihat bunga kering di atas makam-makam orang lain, Maya melihat bunga kamboja yang jatuh di antara kuburan.

          "Kita cari makan dulu untuk Mamah! Ayo kita ambil bunga-bunga dulu!" ajak Maya.

        Maya dan adik-adiknya berpencar memunguti bunga kering di atas makam orang lain. Bunga kamboja yang berjatuhan diambil Maya dan dimasukkan ke dalam baju. Mereka masih polos dan tidak mengerti. Tidak seperti jaman sekarang, anak balita sudah tahu orang yang sudah mati ada di kuburan.

          Maya memerintah adik-adiknya untuk menaburkan bunga di atas makam ibunya. Maya melihat kertas puisi ayahnya robek dan jatuh di atas makam. Maya berusaha menempelkan surat di nisan tapi tidak berhasil.

          Saat Maya memegang nisan ibunya, sayup sayup Maya mendengar suara ibunya memanggil, "Maya... "

          Maya terdiam dan mengamati suara panggilan, Maya sangat yakin bahwa itu adalah suara ibunya.

          "Mamah? Tadi Mamah memanggilku!" teriak Maya.

          Maya menempelkan telinganya di atas tanah kuburan, Maya ingin memastikan bahwa itu adalah suara ibunya, "Maya... "suara lirih terdengar lagi.

          "Mamah! Mamah panggil aku? Mamah sudah bangun, ayo kita bantu Mamah keluar!" teriak Maya kegirangan.

          Maya langsung menggali makam ibunya dengan jarinya. Adik-adiknya Maya begitu semangat membantu Maya. Empat balita yang masih polos, hanya mengerti bahwa ibunya sedang tidur di dalam tanah. Hanya mengerti bahwa kuburan rumah ibunya.

          "Ayo cepet terus kita gali, kasihan Mamah!" ucap Maya.

         Maya sudah tidak tahan ingin cepat bertemu ibunya, tanah kuburan digali dengan jari-jari mungil balita. Maya terus mengambil tanah dan menyimpannya di pinggir makam ibunya. Tiba-tiba Leni adik ketiga Maya menangis memanggil ibunya.

          "Mamah... Mamah... Mamah... " isak tangis Leni pecah.

          "Diam, jangan menangis! Nanti ada yang melihat kita!" tegur Maya.

          Leni terus terisak sambil membantu mengeruk tanah dengan jarinya. Maya terus mengeruk dengan jarinya, rasa penasarannya sangat tinggi. Mungkin saja penghuni kubur tahu bahwa anak-anaknya sedang berusaha menggali makamnya. Mungkin saja Tuti tahu dan menangis bahwa anak-anaknya sangat merindukannya.

          "Ayo cepat! Sebentar lagi Mamah keluar!" bisik Maya.

          Matahari hampir tenggelam, langit berubah warna kemerahan. Empat anak balita masih berada di makam. Tiba-tiba dari kejauhan datang seorang kakek, sosok itu mengeluarkan suaranya sampai menggema di telinga dan menggetarkan jantung Maya.

         "Kalian sedang apa? Pulanglah! Sebentar lagi gelap!" ucap sosok misterius.

         Maya dan adik-adiknya terkejut, Maya membelakangi sosok misterius langsung menoleh. Wajah yang tertutup topi caping dan menunduk.

          "Aku sedang tengok ibuku!" balas Maya.

          "Pulanglah!" ucap sosok misterius.

          Suara sosok misterius membuat Maya merinding, suaranya menembus dada Maya.

         "Ayo tutup lagi tanahnya, nanti ketahuan! Nanti kita datang lagi ke sini," bisik Maya.

          Sambil melirik ke sosok misterius, Maya berusaha menaikkan tanah dan menutup lobang makam ibunya. Maya berharap sosok misterius itu cepat pergi, tapi rupanya sosok misterius tetap berdiri tegak dan tidak mendekati Maya dan adik-adiknya dalam jarak sepuluh meter.

          Jantung Maya mulai berdegup kencang, apalagi awan mulai menghitam, langit mulai gelap. Maya dan adik-adiknya berhasil menumpuk tanah seperti semula. Maya melirik ke arah sosok yang berdiri dan sudah menghilang.

          Maya berdiri dan mengamati keadaan, sosok misterius pergi begitu saja. Jika dia ke arah sawah pasti akan terlihat punggungnya. Jika dia pulang ke arah pintu masuk, pasti akan melewati Maya dan adik-adiknya. Maya bocah kecil sudah berpikir keras, kenapa sosok misterius menghilang begitu saja.

          "Kita pulang dulu, yuk? Sudah gelap!" ajak Maya.

          Adik-adik Maya hanya mengangguk, mereka di depan makam ibunya langsung pamit, "Mamah aku pulang dulu, ya? Nanti Maya dan adik-adik datang lagi," ucap Maya.

          Maya dan adik-adiknya berjalan tanpa kenal lelah. Kisah empat anak balita yang sangat menyedihkan. Seharusnya mereka sudah mandi dan ada di rumah. Keadaan menjadikan mereka seperti tidak punya siapa-siapa.

          Sudah satu jam Maya dan adik-adiknya berjalan. Adzan isya sudah berkumandang. Saat melewati rumah keluarga Tuti, pamannya Maya sudah berdiri di sisi jalan. Pamannya Maya langsung mengejar dan menghampiri Maya.

         "Maya!" teriak paman.

          Melihat pamannya memanggil, Maya langsung gemetar, "Ayo lari!" ajak Maya pada adik-adiknya.

        Maya dan adik-adiknya berlari menghindari Pamannya. Maya di kejar Pamannya dan berhasil di tangkap.

         "Maya, kamu dari mana? Keluarga ayahmu mencarimu!" tanya paman sambil memeluk Maya.

          "Aku dari rumah Mamah!" jawab Maya lugas.

         "Ayo pulang, paman antar, ya?"

         "Tidak mau!" bantah Maya.

          Dari kejauhan Tante Memey dan Tante Maulin datang dengan menaiki becak. Tante Memey turun dari becak menghampiri adik-adiknya Maya, mereka digandeng tante Memey dan tante Maulin. Jantung Maya berdegup kencang. Maya tahu sekali tante Memey sangat galak.

          "Maya, ayo pulang, naik ke becak!" perintah tante Memey.

         Pamannya Maya langsung mengangkat  tubuhnya Maya dan di dudukkan di becak bersama adik-adiknya. Setelah Pamannya pergi, tante Memey mendatangi Maya.

           "Dasar anak nakal! Bikin susah orang!" maki tante Memey sambil menjewer telinga Maya.

          "Aw, sakit Tante... " keluh Maya.

          "Awas kalau kamu berani mengadu pada ayahmu!" ancam Tante Memey.

         Maya terdiam dan tidak menangis. Maya terus memegangi telinganya yang sakit karena dipelintir tantenya. Maya masih bersyukur karena adik-adiknya tidak dimarahi.

                               ***

Empat Anak Menggali Makam Ibunya Part IWhere stories live. Discover now