Bab 5 Tuti Melahirkan

2.6K 119 5
                                    

          Danu dan Tuti terus membayangkan wajah dokter yang datang ke kamar. Tuti masih memegangi perutnya. Sampai di rumah, Danu melihat ayahnya sudah duduk diteras.

          "Ayah? Kapan datang?" tanya Danu.

          "Sudah dua jam Ayah di sini," jawab ayahnya Danu.

          "Ayo, masuk Ayah... " ajak Danu.

          Ayahnya Danu masuk ke dalam rumah menuju dapur. Ayahnya Danu mengambil segelas air putih dan dibacakan doa. Ayahnya Danu seperti paham kalau Tuti sedang diikuti mahluk halus.

          "Minumkan airnya, berikan pada istrimu, baca doa dulu," perintah ayahnya Danu.

          "Baik, Ayah!" ucap Danu.

          Danu keluar dari kamar setelah melihat Tuti sedikit tenang. Danu merasa aneh melihat ayahnya seperti tahu telah terjadi sesuatu.

          "Ayah? Apakah Ayah tahu sesuatu tentang kandungan istriku?" tanya Danu.

          "Lain kali, kalau ke pantai jangan hanya ingin bersenang-senang! Bacalah doa dan jangan sembarangan bicara!" jawab ayahnya Danu.

          "Maksud, Ayah?" tanya Danu heran.

          "Orang hamil itu sangat manis, mahluk halus biasanya sangat suka pada wanita hamil! Terutama menjelang magrib jangan sampai istrimu ada di luar rumah! Tutup semua pintu dan jendela," jawab ayahnya Danu.

          "Tapi bagaimana kandungan istriku, tidak apa-apa kan, Ayah?" tanya Danu.

          "Tidak apa-apa, Allah masih melindungi istri dan calon anakmu!" jawab ayahnya Danu.

          "Apa ada yang menggangu kehamilan istriku, Ayah?" tanya Danu.

          "Istirahatlah, ayah pulang dulu! sudah malam!" ucap ayahnya Danu.

          Danu menghela napas panjang, pertanyaannya tidak dijawab ayahnya. Danu masih bingung dengan apa yang dialaminya di rumah sakit.

          Bulan berganti tidak terasa kehamilan Tuti sudah menginjak tujuh bulan. Danu merayakan kehamilan istrinya di rumah orangtua Danu. Tradisi tujuh bulanan tidak pernah hilang di keluarga Danu. Apalagi anak pertama, pasti digelar pesta besar seperti hajat pernikahan.

          Dua bulan kemudian Tuti terpaksa melahirkan di rumah sakit pamitran. Danu dan Tuti sebenarnya trauma mendatangi rumah sakit itu, tapi karena Tuti sudah kontraksi dan harus cepat ditangani. Danu tenang karena ayahnya Danu selalu mendampingi Tuti dan Danu.

          Tidak pernah disangka, siang itu menjelang ashar, lahir bayi seorang perempuan. Semua tetangga dan saudara selalu mengira Tuti hamil anak laki-laki karena sering mendengar kuntilanak tertawa di malam hari.

          Danu dan Tuti ingat janjinya saat wisata di Tirta Maya Indah, jika anaknya perempuan akan di beri nama Maya Indah. Danu memberi nama Maya Indah dan memberi nama Kusuma dari amanah seorang resi yang menjadi guru bela diri Danu.

          Kebahagian Danu sangat lengkap, kedua orang tua dan mertua menyambut gembira cucu pertamanya. Danu menggelar adat puputan anak pertamanya dengan mewah.

          Tuti dilarang Danu memakai alat kontrasepsi. Usia Maya masih tujuh bulan, Tuti kembali diberi amanah, Tuti hamil anak kedua. Ada rasa bahagia dan sedih karena Maya masih kecil.

          Usia Maya satu setengah tahun sudah memiliki adik kembar. Danu sangat bingung ketika anak keduanya kembar laki-laki dan perempuan. Danu takut istrinya kelelahan dalam mengasuh anak-anak. Setelah anak kembar usia empat puluh hari, bayi kembar yang perempuan diadopsi tantenya Tuti.

Empat Anak Menggali Makam Ibunya Part IWhere stories live. Discover now