Bab 3 Wisata Tirta Maya Indah

2.7K 117 14
                                    

Tuti mulai bisa mencintai Danu sepenuhnya. Kehadiran calon bayi membuat Tuti sadar bahwa Danu adalah jodoh yang sudah di siapkan Allah untuknya. Semenjak di nyatakan hamil, Tuti selalu mengamalkan surat yasin. Tuti tidak pernah telat membaca al qur'an setiap hari.

"Sayang... besok kita liburan ke pantai, yuk?" Ajak Danu.

"Pantai? Boleh... aku sudah lama tidak ke pantai, Mas!" ucap Tuti sangat senang.

"Besok kita berangkat pagi, nanti Mas bawa mobil dari kantor," ucap Danu.

Tuti sudah tidak sabar ingin cepat waktu berlalu dan pergi ke pantai. Tuti menyiapkan bekal untuk piknik. Saat Tuti sedang menata makanan, ayahnya Danu datang menjenguk.

"Assalamu'alaikum," sapa ayahnya Danu.

"Wa'alaikum salam, silakan masuk, Ayah!" ajak Tuti.

Ayahnya Danu masuk ke dalam rumah. Ayahnya Danu dikenal orang sebagai orang yang mampu mengobati orang dari gangguan jin. Ayahnya Danu memiliki ilmu kebatinan yang sangat kuat.

"Bagaimana kehamilanmu? Baik-baik saja?" tanya ayahnya Danu.

"Alhamdulillah baik, Ayah! tapi... " jawab Tuti bingung.

"Tapi apa? Katakan saja?" tanya ayahnya Danu penasaran.

"Aku bingung, Ayah! Setiap malam aku mendengar suara burung berada di atas genting. Dan menurut tetangga mungkin anakku ini laki-laki, karena sering ada kuntilanak berkeliaran, Ayah!" jawab Tuti.

"Anakmu belum tentu laki-laki, Ayah ke sini untuk memastikan saja calon cucuku baik-baik saja. Bacalah al qur'an setiap hari agar tidak diganggu mahluk halus, ya?" ucap ayahnya Danu.

"Iya, Ayah,"

Ayahnya Danu berkeliling di dalam rumah sambil membaca doa, ayahnya Danu seperti tahu ada mahluk halus yang ingin mengganggu Tuti.

Setelah selesai, ayahnya Danu pamit pulang. Tuti mengantarkan ayahnya Danu sampai teras rumah.

Keesokan harinya, Danu sudah menyiapkan mobil. Tuti sangat senang diajak piknik. Danu mengajak wisata ke Tirta Maya Indah di Indramayu.

Sampai di pinggir pantai, Danu menggandeng Tuti berjalan disisi pantai. Kaki mulus Tuti terus bermain air di pinggir pantai.

"Sayang... kita main tebakan, yuk?" ucap Danu.

"Tebakan apa?" tanya Tuti penasaran.

"Tebakan, apakah calon anak kita perempuan atau laki-laki, bagaimana?" jawab Danu.

"Caranya?" tanya Tuti heran.

"Kita ucapkan bersama dalam hitungan ketiga, gimana?" ucap Danu tersenyum.

"Boleh!" ucap Tuti sambil tertawa kecil.

Danu tersenyum lebar sambil mulai berhitung, "Siap-siap jawab bersama, ya? Satu, dua, tiga... "

"Perempuan!"

Danu dan Tuti menjawab bersamaan, mereka saling berpandangan karena jawabannya sama. Perlahan raut wajahnya Tuti sedikit muram.

"Kenapa Sayang? Ini cuma tebakan saja, kok?" tanya Danu.

"Iya, Mas! Tapi... bayi ini perempuan atau laki-laki sama saja, aku pasti senang kok!" jawab Tuti.

"Iya, Sayang! Tapi... seandainya benar perempuan bagaimana kalau kita buat janji?" ucap Danu.

"Janji? Maksud, Mas? Janji apa?" tanya Tuti heran.

"Kalau anak kita benar perempuan, pantai ini menjadi saksi, gimana kalau kita beri nama Maya Indah? Bagus, kan?" jawab Danu.

"Bagus, Mas! Tapi Mas tidak berharap bayi kita perempuan, kan? kalau laki-laki bagaimana?" tanya Tuti.

"Ya, tidak Sayang... perempuan dan laki-laki sama saja," jawab Danu.

Setelah Danu dan Tuti mengucapkan janji, tiba-tiba air laut sedikit naik, perut Tuti tiba-tiba kram dan kesakitan. Danu panik dan segera membawa Tuti ke mobil menuju rumah sakit.

***

Empat Anak Menggali Makam Ibunya Part IWhere stories live. Discover now