Maya dan Ramintul sudah berjalan jauh, mereka tidak menyadari hari sudah sore. Maya dan Ramintul mulai dicari keluarganya.
Mbah Putri sudah bosan melihat kenakalan Maya. Setiap hari selalu saja ada masalah yang membuat mbah putri marah.
Ramintul menyadari akan di marahi keluarga Maya memilih ambil jalan lain dan meninggalkan Maya, "Aku pulang dulu, ya? Jangan bilang pada keluargamu kita pergi bersama!" bisik Ramintul sambil berlari.
Maya mulai cerdik, ketika melihat keramaian orang di depan rumah mbahnya, Maya mengendap-endap berjalan melalui pintu belakang.
Maya langsung masuk ke kolong ranjang. Rasa lelah membuat Maya ketiduran di kolong ranjang.
Mbah putri panik karena tidak menemukan Maya. Tante Memey dan tante Maulin sudah gemas melihat kelakuan Maya yang sering main tidak kenal waktu.
"Bagaimana ini? Maya tidak di temukan! Kalau Danu tahu Maya hilang, pasti akan mengamuk!" keluh mbah putri.
Mbah Kakung yang memiliki Indra keenam hanya tersenyum sambil mencibir mbah putri.
"Makanya, jangan marah-marah terus! Anak jadi tidak betah tinggal di rumah!" sindir mbah kakung.
"Ah, Maya memang nakal! Masih kecil tapi mainnya jauh!" balas mbah putri.
"Sudah! Siapkan air hangat, aku mau memandikan Maya!" perintah mbah kakung.
"Air hangat? Maya belum pulang!" pekik mbah putri.
"Dia sedang tidur! Tengok saja di kolong tempat tidur!" ucap mbah kakung.
Mbah putri dan yante Memey langsung berjongkok. Mereka melihat Maya tidur sangat pulas. Mbah putri menghela napas panjang.
Mbah kakung langsung membopong Maya dan dibaringkan ke tempat tidur. Mbah putri dan tante Memey hanya cemberut dan meninggalkan mbah kakung.
Esok harinya, Maya mencari Bowo. Maya sangat heran Bowo sudah berani main dengan anak-anak yang usianya lebih tua tiga tahun dari usia Bowo. Maya sangat khawatir pada Bowo.
Perasaan Maya tidak meleset, dari kejauhan Maya melihat Bowo pakaiannya basah dan kotor. Bowo menangis sambil berjalan.
"Bowo? Kamu kenapa? Siapa yang membuatmu menangis?" tanya Maya.
"Dani! Dia dorong aku ke selokan!" jawab Bowo.
Maya mulai merasakan emosi. Ramintul dari jauh menghampiri Maya dan terkejut melihat Bowo basah dan bau kotoran.
"Adikmu kenapa Maya?" tanya Ramintul.
"Katanya didorong Dani! Apa kamu kenal dengan Dani?" jawab Maya.
"Oh, Dani! Dia memang nakal! Kakakku juga pernah menangis karena dia!" ucap Ramintul kesal.
Maya membawa Bowo ke sumur. Maya memandikan Bowo. Selesai memandikan Bowo, Maya keluar menemui Ramintul.
"Ram, kita cari buah kersem, yuk!" ajak Maya.
"Ayo!" jawab Ramintul semangat.
Di sisi sungai banyak sekali orang mencari ikan. Sungai kecil itu sudah tidak bersih. Beberapa warga sering buang air besar, tapi tempat sungai kecil itu sering jadi tempat orang memancing. Jaman dulu jarang sekali orang memiliki WC di rumahnya, mereka lebih memilih buang air besar di sungai.
YOU ARE READING
Empat Anak Menggali Makam Ibunya Part I
Non-FictionEmpat anak menggali makam Ibunya Part I 40 tahun yang lalu adalah peristiwa yang tidak bisa aku lupakan, Ibuku meninggal dunia disaat aku berusia 5 tahun. Aku dan tiga Adikku mejalani hari-hari penuh kesedihan. Usia balita yang seharusnya...
