50. Batas Perjuangan

9.8K 642 110
                                    

Di bawah pekatnya langit malam dengan hembusan angin yang menerpa kulit, Tio merasa hidupnya benar-benar telah hancur. Berulang kali ia terjatuh pada titik ini, namun untuk kali ini ia gagal untuk kembali bangkit. Sekeras apapun Tio mencoba bangun, namun harapan yang selalu ia genggam perlahan mulai terlepas. Bahkan orang-orang yang biasanya jauh lebih kuat darinya dan selalu menopangnya saat terjatuh, kini sama lemahnya.

Malam yang begitu kelabu bagi Tio. Ia dibuat gila tanpa bisa berpikir jernih ketika Kana kembali tumbang dan Tio tidak dapat merasakan deru napas Kana seperti biasanya. Dan semakin bertambah, bahkan berhasil menghancurkan hidupnya ketika dokter selesai menangani Kana langsung menatapnya dengan tatap yang begitu sulit diartikan. Dengan wajah lelahnya, dokter mulai menjelaskan mengenai kondisi Kana, cukup panjang namun tidak ada sedikitpun yang baik. Sampai akhirnya, sebagai penutup, dokter mengatakan kemungkinan Kana untuk bangun sangatlah kecil.

"Kalau adek capek, adek boleh istirahat. Ayah ga mau liat adek terus-terusan sakit."

Mata berembun milik Tio kembali terpejam. Tio tidak bisa lupa dengan kalimat sang ayah yang dibisikkan pada Kana tadi. Kalimat lirih yang ayahnya ucapkan dengan lancar di saat Tio sendiri tidak pernah sekalipun berniat akan mengucapkan itu. Mengucapkan kalimat yang seolah dirinya mengizinkan Kana untuk pergi.

Tio membuka matanya, menatap lurus ke depan dengan tatapan kosong. Apa ia harus menjadi seperti ayahnya? Namun sepertinya sampai kapan pun Tio tidak akan bisa.

"Lo udah janji dek, lo janji buat sembuh." Tio berujar lirih. Napasnya terengah begitu teringat adiknya yang berjanji dengan sungguh-sungguh padanya. Kedua tangan Tio berpegangan pada sisi bangku taman rumah sakit, memaksakan tubuh lemasnya untuk berdiri.

Tio mulai melangkah dengan penuh keputus asaan yang melingkupi tubuhnya. Dengan sekuat tenaga menopang beban berat yang kini mulai jatuh. Perlahan tapi pasti langkahnya terhenti begitu sampai di depan ruang rawat Kana. Di sana, isak tangis pilu sang bunda menyambut kehadiran Tio. Ayu terisak keras dalam dekapan Adhi, tubuhnya bertumpu penuh pada suaminya.

Tio melangkah lebih dekat, menatap sang ayah yang juga terlihat sama kacaunya. Ia meminta penjelasan, "Ada apa?"

"Ikhlasin adek ya mas..."

Untuk beberapa detik Tio terdiam, mencoba mencerna maksud dari ucapan ayahnya. Hingga pada akhirnya Tio menggeleng cepat, rahangnya mengeras, dan mata sayunya berubah menatap tajam pintu ruang rawat Kana. Setengah berlari Tio menerjang masuk tidak menghiraukan apapun dan siapapun.

Tio benar-benar hilang akal. Seketika kakinya lemas seakan tak sanggup menopang bobot tubuhnya sendiri. Tepat di hadapannya, beberapa perawat baru saja selesai melepaskan alat-alat medis yang tadinya melilit di tubuh kurus Kana. Tio menggeleng pelan begitu perawat pergi, menyisakan dirinya dan Kana yang terbujur di atas bed rumah sakit.

Tio terkekeh ringan, "Becanda lo ga lucu anjirr."

Tio Melangkah lebih dekat hingga ia dapat meraih tangan Kana. Lagi-lagi Tio menggeleng tidak percaya begitu merasakan tangan Kana yang begitu dingin. Ditatapnya wajah tanpa rona Kana, pucat pasi seakan tidak ada aliran darah di tubuhnya. Namun terlihat tenang dan damai, bibir yang beberapa waktu lalu merintihkan sakit tampak membentuk senyum tipis. Beralih pada dada Kana, dada yang biasanya naik turun seiring Kana bernapas kini tidak menunjukkan pergerakan sama sekali.

Dengan tangan bergetar Tio menyentuh wajah Kana, "Ka.."

"Adek..." Tio mengubah panggilannya berharap Kana akan membuka mata, namun nihil. Kana tetap terpejam dengan damai. Yang terlihat kini hanyalah raganya saja, Kana sudah pergi jauh meninggalkan semuanya, melepas semua rasa sakitnya untuk kehidupannya yang abadi. Bukan, bukan berarti Kana menyerah. Inilah puncak perjuangan Kana. Kana menang dari penyakit yang selama ini dipapahnya, ia telah menepati janjinya untuk sembuh. Walau kesembuhan yang ia dapat mengharuskannya pergi jauh meninggalkan orang-orang terkasih, mengaharuskannya jauh dari semua mimpinya. Ini memang bukan kesembuhan yang selama ini didamba, tapi inilah akhir perjuangan Kana.

I Can't [Complete] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang