25. Kana Baik, Gue Juga

7.5K 644 55
                                    

Ramai. Mungkin itu satu kata yang dapat menggambarkan bagaimana suasana di kamar rawat Tio. Tias, nenek dari Kana dan Tio tiba-tiba datang membuat semua orang bingung, karena memang belum ada satupun yang memberikan kabar bahwa Tio masuk rumah sakit. Kemudian disusul dengan Nadiya yang membolos kuliah untuk bisa datang ke rumah sakit dan memberikan omelan pada Tio.

Dan yang terakhir Angga. Ia datang tak lama  setelah Nadiya datang. Berbeda dengan Nadiya yang mengomeli Tio, Angga justru menertawakan Tio sampai terpingkal-pingkal. Sebenarnya Angga datang hanya untuk memastikan kebenaran pesan singkat dari Kana.

"Sumpah kirain gue Kana typo. Kirain maksudnya dia gitu yang sakit. Buukan lu mas! Hahaha!"

Tio yang duduk di atas ranjangnya hanya mendengus kesal ketika ditertawakan oleh sahabat dari adiknya itu. Baru saja kupingnya dibuat panas karena Nadiya yang mengomelinya, kali ini ia dibuat naik darah oleh Angga.

"Lu kalo ga niat jengukin pulang gih ngga." Ujar Tio ketus.

"Lah? Emang siapa yang mau jengukin lo? Orang gue ke sini mau ngasih buku catetan ke Kana." Sahut Angga.

Tio mulai emosi dan sudah bersiap mengambil bantal di belakangnya untuk kemudian dilemparkan pada Angga, namun ditahan oleh Nadiya.

"Udah ga usah banyak gaya. Nanti infusan geser. Dipasang lagi dari awal. Mending kalo berani. Nanti pingsan lagi? Semua orang repot."

Angga yang tadinya diam kembali terbahak saat mendengar kata-kata Nadiya yang terkesan seperti menyindir. Bahkan Tio langsung misuh-misuh begitu Nadiya selesai berbicara. Ia menatap sang nenek yang duduk di sofa bersama Kana dengan muka melas, berharap neneknya akan memberikan pembelaan.

"Kasian banget si cucu uti." Ujar Tias.

Tio semakin menunjukkan wajah melasnya, bermaksud supaya neneknya kasihan lalu memberikan teguran pada Nadiya dan Angga agar tidak terus-menerus meledeknya.

"Enak ga kalo sakit mas?"

Tio menggeleng mantap.

"Makanya jangan bandel! Yang bunda bilang ya nurut. Gak mau disuntik tapi ga nurut omongan bunda. Uti ke sini niatnya mau bikin kejutan buat kalian. Eh dateng bukannya disambut, malah liat kamu tepar." Jelas Tias.

"Ahhh uti sama aja. Bukannya belain aku malah ngomelin aku." Tio merebahkan badannya, lalu menarik selimutnya sampai leher. Ia memirinhkan tubuhnya membelakangi semua orang, tak terkecuali Nadiya yang duduk di tepi ranjang.

"Mas Tio ngambek ti." Gumam Kana.

"Biarin aja. Coba uti mau liat seberapa lama mamas kamu bisa diem, ngambek begitu. Kan mas Tio ga bisa diem anaknya." Jawab Tias. Ia kemudian mengusak rambut Kana. Berbulan-bulan tidak bertemu dengan kedua cucunya membuatnya sangat merindukan mereka.

"Kamu juga baru pulih kan dek?"

"Hmmm."

"Istirahat ya di rumah? Kan ada uti. Mas Tio udah banyak yang jagain. Lagian mas Tio udah gak papa."

"Uti aja yang istirahat di rumah, adek di sini aja."

Tias hanya menghela nafas pelan. Tias sudah tahu semua. Saat pertama Tio sakit Ayu sudah bercerita pada Tias melalui televon. Karena Tias yang khawatir dan kebetulan memang sudah berniat ingin ke Jakarta, ia memutuskan langsung berangkat Jakarta esok harinya. Tidak hanya khawatir dengan Tio, Tias juga sangat khawatir dengan Kana. Terlebih anak itu belum lama keluar dari rumah sakit.

Tias sedikit lega, meskipun harus mendapatkan perawatan di rumah sakit, setidaknya Tio hanya sakit biasa. Sekarang Tias memikirkan Kana. Raut lelah terlihat jelas di wajah Kana, namun Kana masih bersikeras untuk ikut menginap di rumah sakit. Semua orang sudah membujuknya agar istirahat di rumah, namun Kana tetap keras kepala.

I Can't [Complete] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang