18. Ditolak Untuk Kesekian Kalinya

6.8K 594 91
                                    

Tio mematut pantulan dirinya pada cermin berukuran sedang yang berada di kamarnya. Seperti hari-hari biasanya, Tio mengenakan pakaian yang terbilang simple. Mengenakan kaus berwarna hitam yang dibalut dengan jaket berwarna navy. Lalu mengenakan celana jeans panjang hitam senada. Tak lupa Tio juga mengenakan sneakers putih polos.

"Ganteng banget gue," pujinya pada diri sendiri.

Tio merapihkan tatanan rambutnya menggunakan jari-jari tangannya, lalu menyambar kunci mobilnya yang berada di atas meja sebelum pergi menjemput Nadiya.

Hari ini Tio sudah berjanji pada Nadiya akan mentraktirnya makan di cafe yang berada di dekat kampus mereka. Tio berdiri di depan pintu kamar adiknya yang tertutup. Kepalan tangannya yang sudah terangkat ingin mengetuk pintu berwarna coklat tersebut ia turunkan kembali. Takut mengganggu istirahat adiknya, lagi pula kan sang bunda sudah tahu bahwa dirinya akan pergi bersama nadiya. Tio memutuskan langsung berpamitan pada Adhi yang ternyata sedang mengobrol dengan mang Didi di halaman belakang.

Sebelum masuk ke dalam mobilnya, Tio menyempatkan diri mengirimkan pesan kepada seseorang.

To Nadiyes🐼:
Otewe

Setelahnya Tio langsung masuk ke dalam mobil. Mengeluarkannya dari dalam garasi rumahnya, tepat setelah berhasil mengeluarkan mobilnya, ponselnya bergetar.

From Nadiyes🐼:
Blom selese nyuci bajunya :(

Tio tersenyum saat membaca balasan dari Nadiya. Itu salah satu alasan mengapa Tio selalu mengatakan Nadiya berbeda. Gadis pandanya itu memang mandiri dan tidak suka merepotkan orang lain, beberapa hari lalu Nadiya sempat curhat pada Tio bahwa asisten rumah tangga di rumahnya pulang kampung, sehingga Nadiya harus mengurus semuanya sendiri. Tio sudah menyarankan agar menaruh pakaian kotornya di laundry, namun Nadiya menolak. Katanya selagi dia masih bisa mencuci sendiri kenapa harus ke laundry.

To Nadiyes🐼:
Udah masuk mobil.
Yaudh nanti ditungguin ampe selesai

From Nadiyes🐼:
Ululuhhh bangsat🐒

From Nadiyes🐼:
Astagfirullah typo. Bang Satrio💗🐒

To Nadiyes🐼:
🐽

Tio melesatkan mobilnya meninggalkan pekarangan rumahnya, menuju rumah Nadiya. Ingin melihat dan mengganggu acara mencuci baju Nadiya.

🌙🌙🌙

"Mirip babu lu nad."

Sambil menjemur pakaian yang telah ia cuci, Nadiya mendelik pada Tio, "Ingin ku berkata kasar yo."

Tio hanya terkekeh tanpa berbicara lagi. Seorang pemuda memanggil namanya dari bagian dalam rumah. Tio tersenyum ramah pada pemuda yang seumuran dengannya itu.

"Kenapa bang?" Orang yang Tio panggil abang itu adalah Arvin. Kembaran Nadiya yang lima menit lahir lebih dulu sebelum Nadiya.

"Kerajinan banget nungguin Nadiya jemur, sini tungguin di dalem aja. Bentar lagi juga kelar Nadiya nya."

Tio mengangguk mengikuti langkah kaki Arvin menuju salah satu ruangan yang ada di rumahnya. Kedua pemuda itu duduk bersebelahan di sofa.

"Digantungin ya lu ama adek gue?" Tanya Arvin tanpa basa-basi, membuat Tio mendadak membulatkan matanya.

Tio tersenyum kikuk, "Bukan digantungin si bang. Tapi emang Nadiya belum buka hati aja."

Arvin mengangguk, "Sabar ya." Lalu menepuk pundak Tio pelan. Pembawaan Arvin lebih serius dibandingkan Nadiya.

I Can't [Complete] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang