33. Double Kill

5.9K 606 116
                                    

"Kapan gue bisa pulang mas?"

"Kalo udah sembuh."

"Emang gue bisa sembuh?"

Tio yang tadinya sibuk dengan ponselnya langsung menghentikan aktivitasnya dan menatap Kana tidak suka, "Gimana mau sembuh! Jadi orang si bandel banget."

Tio kembali sibuk dengan ponselnya, namun mulutnya tidak berhenti berbicara, "Sehari aja gitu dek nurut, ga usah macem-macem. Minum obat jangan telat-telatan mulu. Ikuti kata dokter, jangan makan yang aneh-aneh. Kalo dibilangin bunda yang nurut, kalo makan, sayur nya dimakan. Jangan cuma dijadiin garnish doang di pinggiran nasi. Kalo capek ya udah istirahat jangan forsir tenaga. Kalo sakit ya ngomong jangan sok kuat! Jadi gak sampe collapse gini dek."

Kana sudah membuka mulutnya ingin mengatakan sesuatu, namun Tio kembali berbicara melanjutkan nasehat panjangnya yang belum selesai.

"Sayang sama jantung lo dek. Sayang juga sama jantung gue. Dibikin jantungan mulu sama lo, lama-lama gue juga ikut sakit jantung."

"Mas dingin."

Tiba-tiba Kana merasa tubuhnya kedinginan, ia berusaha menggerakkan tubuhnya mencari posisi yang dapat membuat tubuhnya sedikit hangat.

Rengekan lirih Kana langsung mengalihkan perhatian Tio dari layar ponsel

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rengekan lirih Kana langsung mengalihkan perhatian Tio dari layar ponsel. Ia tidak melanjutkan aksi ceramahnya, mendadak ia sedikit panik karena rengekan Kana. "Jangan ngeringkuk gitu, nanti nassal nya ketindihan." Tio menyelimuti Kana sampai leher. Lalu ia menaikkan suhu AC di kamar rawat Kana supaya Kana tidak merasa dingin.

"Masih dingin gak? Apa matiin aja AC nya?" Tanya Tio yang dijawab dengan gelengan oleh Kana.

"Ada yang sakit? Sesek gak?"

Kana kembali menggeleng.

Tio menghela napas lega, sedikit ingin mengumpat sebenarnya. Baru saja ia menasehati Kana supaya tidak terus-terusan membuatnya jantungan, dan kini Kana kembali membuatnya panik dengan aksinya yang tiba-tiba. Rasanya besok Tio ingin memeriksakan kesehatan jantungnya kepada dokter Kevin.

"Mas tangan lo sini." Pinta Kana.

Tio mengulurkan tangannya. Ia menggenggam tangan Kana di balik selimut, menyalurkan kehangatan untuk sang adik.

Memastikan Kana sudah terlelap, Tio melepaskan genggamannya perlahan supaya tidak mengusik tidur Kana. Tio ingin pergi mandi, tapi ia tak berani meninggalkan Kana sendiri barang hanya pergi ke kamar mandi. Apalagi Kana baru saja mengeluh kedinginan sebelum terlelap.

Tio mengambil ponselnya yang tadi ia letakkan di atas nakas, berniat akan menelpon ayah atau bundanya yang sedang pergi membeli sesuatu agar cepat kembali. Namun saat Tio baru akan menelpon, pintu terbuka menampilkan Adhi dan Ayu yang membawa plastik putih besar yang berisi belanjaan.

"Panjang umur." Ujar Tio sambil mengambil alih plastik yang dibawa ayah dan bundanya lalu meletakkannya di atas nakas.

"Amin." Sahut Adhi.

I Can't [Complete] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang