45. Dia Kembali

5K 563 61
                                    

Kana berusaha membuka matanya perlahan. Rasanya matanya begitu berat untuk terbuka, namun Kana terus berusaha. Hal pertama yang Kana lihat adalah senyum hangat dari dokter Kevin, dokter yang merawatnya dari kecil.

"Akhirnya kamu bangun."

Kana dapat mendengar dokter berbicara, ia juga dapat merasakan tubuhnya yang disentuh oleh dokter dan beberapa perawat yang sedang memeriksanya. Namun Kana hanya bisa diam tanpa melakukan apapun. Kana berusaha mengatakan sesuatu pada dokter, tapi ia tak bisa. Karena bekas ventilator yang ia kenakan sebelumnya, tenggorokannya terasa panas dan sakit walau hanya untuk menelan ludah. Kana hanya bisa mengerjap-ngerjapkan matanya pelan dan menggerakkan jari-jari tangannya.

Setelah selesai melakukan pemeriksaan pada Kana, dokter Kevin menatap mata sayu Kana sembari tersenyum, "Kana hebat! Bunda kamu sama mas Tio di luar, mau ketemu?"

Kana mengedipkan matanya sebagai jawaban iya. Setelahnya dokter Kevin keluar dan tidak lama kemudian Ayu masuk diikuti oleh Tio di belakangnya. Ayu berjalan tergesa menghampiri Kana. Ia langsung menciumi kening Kana beberapa kali dengan berlinang air mata sebelum akhirnya ia duduk di kursi sebelah Kana.

"Bunda tau kamu kuat!" Ayu tersenyum pada Kana lalu beralih ke Tio, "Iya kan mas? Adek kamu kuat?"

Tio mengangguk lalu tersenyum haru. Ia sedikit membungkuk dan mengelus kaki Kana yang tertutupi selimut, "Makasih dek."

Kana melirik bunda dan kakaknya bergantian. Kana dapat melihat raut lelah di wajah mereka. Mata yang selalu menatapnya dengan hangat pun terlihat sembab. Itu semua karenanya. Karenanya semua orang khawatir dan repot.

"Kemarin temen-temen kamu pada ke sini, kalau sekarang harus sekolah. Ayah juga tadi pagi harus ke kantor, pasti ayah seneng banget kalau tau kamu udah bangun." Ujar Ayu.

Kana hanya mampu mendengarkannya tanpa menanggapi. Ia ingin mengucapkan kata maaf karena sudah merepotkan semua orang, tapi sulit. Ia berusaha di balik masker oksigennya, sampai akhirnya Ayu menyadari Kana sedang berusaha mengucapkan sesuatu.

"Jangan dipaksa sayang, bunda ngerti. Istirahat ya." Ayu mencium tangan Kana yang ia genggam. Merasakan aroma tubuh anaknya yang sangat ia rindukan. Dunianya telah kembali saat dokter mengatakan Kana sudah membuka matanya. Ayu dan Tio tak henti-hentinya mengucap syukur karena Kana masih mau untuk bangun dan berjuang.

🌙🌙🌙

Adhi langsung menuju rumah sakit begitu dikabari bahwa Kana sudah sadar. Ia meninggalkan semua pekerjaan dan urusannya di kantor. Untunglah Adhi sampai di rumah sakit dengan selamat mengingat ia mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi agar segera sampai di rumah sakit dan bertemu dengan Kana.

"Alhamdulillah."

Adhi tersenyum sembari mengelus rambut Kana, setelah penantian dengan doa selama tiga hari akhirnya ia bisa melihat kembali mata sendu milik anaknya. Adhi mengecup singkat kening Kana, "Jangan bikin ayah takut lagi ya?"

Kana mengangguk samar, walau sebenarnya dirinya sendiri ragu.

"A..yah." Lirih Kana susah payah di balik masker oksigennya. Suaranya sangat pelan, namun masih bisa didengar dengan jelas oleh Adhi.

"Kenapa sayang? Ada yang sakit?" Adhi masih setia mengelus kepala Kana.

Kana menggeleng lemah, ia baik-baik saja. Lebih tepatnya berusaha baik-baik saja, ia hanya ingin memanggil ayahnya. Itu saja.

"Bun..da?" Sungguh Kana seperti bayi yang baru belajar berbicara memanggil ayah dan bundanya. Kana benar-benar lemah.

Adhi tersenyum, "Bunda sama mas Tio di luar. Kan tadi udah jagain Kana, jadi sekarang biar ayah yang di sini. Bunda sama mas Tio makan dulu."

I Can't [Complete] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang