24. Tukar Posisi

8.6K 650 152
                                    

"Makanya tadi makan dulu. Minum obat."

Adhi menidurkan kepala Kana pada pangkuannya, lalu menyingkirkan tangan anak itu yang terus mengurut pelan dadanya.

Tangan kanan Adhi mengelus kepala Kana dan kirinya mengelus dada Kana. Kana datang dengan nafas yang terengah-engah karena terus berlari sepanjang koridor rumah sakit. Semua orang yang berada di sana kaget, tidak terkecuali Tio yang sedang disuapi oleh Ayu.

Pada saat itu Ayu kira Kana akan langsung memeluk Tio dan menangis tersedu-sedu karena melihatnya sakit. Ternyata tidak, Kana hanya berjalan mendekati Tio dengan malas lalu mengatakan 'Kirain gue mang Didi boong. Ternyata bener, bisa sakit juga lu mas'.

"Bunda panggilin om Kevin aja ya, biar kamu diperiksa." Ujar Ayu yang duduk di dekat brankar Tio. Tio sudah tertidur setelah meminum obat, tepat setelah Tio tidur Kana langsung menjatuhkan dirinya di sofa yang ada di ruang rawat Tio dan mengeluh sesak.

"Gausah," Kana mengalihkan pandangannya pada Tio yang masih tertidur. Aneh rasanya melihat Tio seperti itu.

"Ayah tau kamu tuh khawatir. Gausah sok gak peduli gitu deh." Ucap Adhi diakhiri kekehan. Ia tahu sejujurnya Kana sangat khawatir, hanya saja Kana gengsi untuk menunjukkannya di depan Tio.

"Kepedean nanti mas Tio kalo dikhawatirin yah." Sahut Kana sambil memejamkan matanya dan mengatur nafasnya.

"Jangan marahin mang Didi yah, aku yang pengin naik bus tadi." Gumam Kana.

"Jangan diulangi lagi."

"Hmm."

Ayu yang baru mengambil sebuah jaket dari tas yang Didi antarkan, berjongkok mengelus Kana dan memperhatikan wajah Kana lebih dekat.

"Tidur dia dhi, baru aku mau suruh dia pake jaket."

"Selimutin yu." Titah Adhi. Ayu langsung mengambil selimut tebal dan menyelimuti tubuh Kana.

"Bisa sakit dua-duanya ini," ujar Adhi yang dihadiahi cubitan pada kakinya dari Ayu.

"Ngomongnya gitu! Malah doain anak-anaknya sakit."

"Bukan gitu, ini Kana ga biasa tidur di sofa kayak gini. Aku takut dia malah drop, tadi aja sesak kan katanya." Jelas Adhi.

Ayu mengelus pipi Kana, "Kalo disuruh tidur di rumah?"

"Mana mau dia! Gengsi dia terlalu gede buat ninggalin mamasnya." Sahut Adhi.

Ayu mendengus, "Mirip siapa?"

"Gantengnya mirip aku, gengsinya mirip kamu, keras kepalanya juga." Jawab Adhi.

Ayu mendengus, tidak ingin meladeni suaminya, ia memilih mengecup kening Kana sebelum kembali ke dekat Tio.

"Aku tidur deket Tio." Ujar Ayu. Ayu melakukan apa yang ia lakukan pada Kana, mengecup kening Tio yang sedang tertidur.

Menyaksikan Tio tumbang di depan kamar mandi menyuatkan berbagai pikiran buruk dan rasa takut yang teramat bagi Ayu. Takut Tio juga merasakan apa yang Kana rasakan. Sudah cukup Kana yang menderita, jangan Tio.

Ayu tak henti-hentinya mengucap syukur ketika Kevin mengatakan Tio hanya terkena tipes ringan. Tio yang tidak mau memakan apapun seharian karena mual membuatnya menjadi lemas dan tidak bertenaga sampai akhirnya pingsan. Dan karena itulah mau tidak mau Tio harus dirawat, setidaknya Tio harus mendapatkan cairan infuse agar tenaganya cepat pulih.

Ayu tersenyum kecil sembari memandangi wajah Tio. Ia tidak bisa melupakan eskpresi Tio ketika baru sadar dari pingsannya. Mempertanyakan kenapa jarum infus bisa tertancap di tangannya. Tio juga berkali-kali mengucap syukur karena saat diinfus dia dalam keadaan pingsan. Ayu jadi membayangkan bagaimana jika tadi Tio diinfus dalam keadaan sadar. Apa mungkin Tio akan langsung pingsan?

I Can't [Complete] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang