40. Keputusan

4.3K 584 50
                                    

Perlahan Kana menurunkan kakinya dari kasurnya setelah menyingkap selimut yang sebelumnya menutupi kakinya. Ia sedikit meringis begitu telapak kakinya merasakan dinginnya lantai kamar. Begitu berdiri, refleks Kana memejamkan matanya ketika pandangannya terasa berputar.

"Gue cuma mau ke kamar mandi." Ucap nya sambil berpegangan pada meja belajar dan berusaha untuk sampai ke kamar mandi.

Kana tersenyum meremehkan. Meremehkan pantulan dirinya sendiri pada cermin. Pipi yang kian hari semakin tirus dengan rona pucat yang tidak pernah hilang, ditambah dengan lingkarang hitam di sekitar matanya.

"Kayak zombie lo ka!" Ucap Kana pada dirinya sendiri. Kana membasuh wajahnya dengan air, setidaknya agar wajahnya terlihat lebih segar dan tidak semenyeramkan sebelumnya. Setelah mengelap wajahnya dengan handuk, Kana melangkah pelan berpegangan pada apapun di sekitarnya yang bisa ia jadikan tumpuan.

"Kana kamu di dalem? Lagi ngapain? Jangan mandi dulu, kalo mau mandi pake air hangat!"

Kana tersenyum saat membuka pintu kamar mandi mendapati sang ayah yang duduk di kasurnya. Ia memilih diam, menyandarkan tubuhnya pada pintu, "Aku ga mandi. Cuma cuci muka."

"Muka aku udah jelek banget." Imbuhnya.

Adhi tidak mengindahkan ucapan Kana, "Bosen ga di kamar terus?"

"Menurut ayah?"

"Ke bawah yuk!" Adhi berdiri dari posisi duduknya, menanti respon dari Kana.

"Ka?" Panggil Adhi. Pasalnya Kana masih diam pada posisinya.

"Aku bosen, aku mau ke bawah." Ujar Kana.

"Ya udah ayo."

Kana menggeleng pelan, "Bantuin jalannya."

Adhi langsung berjalan cepat ke arah Kana, membantu anak itu yang sedari tadi hanya berpura-pura kuat di hadapannya, "Kalo kenapa-napa tuh ngomong dek, jangan diem aja. Kalo ga kuat jangan dipaksain, jadinya gini kan. Untung ayah dateng, coba kalo engga?" Adhi terus berbicara sambil membantu Kana kembali ke kasurnya.

"Tadi aku kuat, cuma pas sampe pintu kaki aku mendadak lemes."

"Alasan!"

"Udah kamu di sini aja, ga usah ke bawah kalo kaya gini. Istirahat." Suruh Adhi.

"Apaan sih ayah. Aku cuma mendadak lemes kakinya, dan itu tadi. Sekarang udah ga papa."

Adhi hanya bisa pasrah dengan sikap keras kepala anaknya, terlebih saat Kana berdiri dan berjalan mendahuluinya dengan langkah terseok ingin keluar. Mau tidak mau Adhi tidak bisa menahan Kana. Ia segera menyusul Kana dan merangkulnya, "Ga usah protes."

Kana hanya tersenyum tipis menanggapinya, ia juga tidak protes dengan perlakuan ayahnya. Setidaknya jika ia mendadak jatuh ada ayahnya yang tidak akan pernah membiarkannya sampai terjatuh.

🌙🌙🌙

Kana menhentikan langkahnya begitu ayahnya membawanya ke ruang tamu. Adhi yang paham dengan gelagat Kana ikut berhenti, tangannya memegang pundak Kana erat, "Ayo! Ga papa."

"Mereka siapa?" Pertanyaan itu terlontar dari mulut Kana. Pandangan matanya tak terlepas dari dua orang yang duduk di hadapan kakak dan bundanya.

Adhi tidak menjawab pertanyaan Kana, ia memilih menuntun anak bungsunya itu ke dekat istri dan anak sulungnya yang duduk bersebelahan.

"Salim nak, ini om Guntur dan tante Sarah." Adhi menjeda ucapannya, "Orang tua kandung mas Tio."

I Can't [Complete] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang