Twenty

1.4K 35 1
                                    

"Jadi, James? Kau akan ditendang dari perusahaan?" celetuk Jessica. Wanita itu baru saja kembali dari klinik tempat Sam dirawat.

"Tak tahu, bukan aku yang menentukan." James menjawab dari ranjang. Pria itu belum melepas setelan jas dan sepatu yang ia kenakan.

"Aku sebenarnya tak ingin membuatmu makin pusing. Tapi aku butuh sedikit bantuan," pinta Jessica sambil berbaring di samping James.

"Apa kau mau membunuh seseorang?"

"Bukan! Sialan!"

James terkekeh geli. Di situasi seperti ini masih sempat-sempatnya bercanda. "Katakan saja. Selama tidak membunuh orang atau menyakiti hewan, akan kukabulkan."

"Sebenarnya aku butuh uang kisaran...." Jessica berbisik di telinga James.

"Sebanyak itu? Untuk apa?" James berjengit saat Jessica menyebutkan nominal yang cukup banyak.

"Itu, kau tahu soal dua orang Jepang yang pernah berusaha menculikku dan menyerang Edmund? Aku akan meminta mereka beralih ke sisi kita. Karena mereka sedang mengumpulkan uang untuk membuka restoran sushi, jadi bagaimana kalau kita menggunakan uang itu untuk menarik mereka? Satu lagi, aku sudah meminta tolong Miya untuk hal ini. Dia adalah orang Jepang, jadi dia yang akan membujuk mereka. Ayahnya sedang butuh uang untuk operasi ayahnya, jadi bisakah kau memberiku uang sejumlah itu?"

James bergeming, uang dengan nominal itu sebenarnya tidak terlalu memberatkan James. Namun, kecerobohan Jessica yang menjanjikan uang banyak untuk orang yang bahkan tak mempunyai peran penting dalam rencana mereka.

"Ya, akan kuberikan. Hanya saja kau harus benar-benar pastikan mereka benar-benar masuk dalam rencana ini. Kau paham?"

"Terima kasih, James! Kau benar-benar baik!" Jessica bangkit, lantas menjatuhkan tubuhnya di atas James untuk memberikan pelukan.

James menegang dalam pelukan Jessica. "Jess, kurasa kau bisa bangun dari tubuhku. Kau masih ingat isi surat kontrak kita?"

"Ah, aku lupa." Jessica bangun, merapikan rambut. Tampak kikuk. "Kalau begitu aku akan mandi sebentar. Aku sudah mendapat rekaman pengakuan dari Sam. Jadi, kau bisa gunakan rekaman itu juga. Ya, aku akan pergi mandi kalau begitu."

James menggunakan tangannya memberikan isyarat Jessica pergi. Setelah Jessica memasuki kamar mandi, James menutup wajahnya dengan bantal dan menjerit keras-keras.

"Jessica, sepertinya aku benar-benar harus mengubah isi surat kontrak itu," gumam James lantas melempar bantalnya ke sisi lain kamar.

Posisi James di perusahaan terancam bahkan sebelum ia menghancurkan anak-anak perusahaan yang lain. Mungkin ia memang harus menyerah dalam mewujudkan niatan buruknya tersebut, lalu meneruskan impiannya untuk memiliki usaha di bidang fashion seperti yang sejak dulu ia dambakan.

***

Lara Edison melipat kembali kertas yang dibubuhi tanda tangan Natasha Edison di bawahnya. Surat wasiat tersebut akan mengungkap semua tabir yang selama ini disembunyikan oleh Elaiza dan Lara. Akan menjadi bencana jika isi surat wasiat tersebut sampai diketahui oleh James. Atau justru Evan Edison.

"Ibu belum tidur?" Theodore menarik ujung baju Lara. Membuat ibu satu anak tersebut menoleh pada putra satu-satunya.

"Ibu tidak ngantuk. Tidurlah dulu, nanti Ibu menyusul."

Theodore tak banyak bertanya lagi. Ia kembali tidur dengan pemikiran polos bahwa ibunya akan menyusul tidur sebentar lagi. Alih-alih tidur di samping putranya, Lara justru kembali mengenakan mantel dan sepatu hak tingginya. Merias wajah seperlunya lantas memanggil sopir.

Prisoned in Marriage [END | PROSES TERBIT]Where stories live. Discover now