One

5K 85 60
                                    

Gedung yang memiliki puluhan lantai itu berdiri megah menantang langit New York. Plakat bertuliskan Ceres Entertainment yang menghiasi bagian depan gedung mengkilat tertimpa cahaya matahari pagi. Jessica Groff nyaris melompat dari mobil. Beberapa wartawan telah menantinya sejak pagi buta, mungkin. Ia mempercepat langkah, mengabaikan sorot lampu dan orang-orang yang berteriak meminta sepatah kata darinya.

Shit. Orang-orang seperti mereka takkan pernah membiarkan orang seperti Jessica tidur dengan tenang sampai beberapa minggu ke depan. Sambil berharap agar apa yang telah ia sebabkan tidak akan berdampak pada kartu kreditnya. Ia baru saja menyewa apartemen baru dengan harga sewanya per bulan senilai satu tas keluaran Gucci. Tagihan teleponnya belum dibayar, pun dengan beberapa tas baru yang masih belum ia buka selama menanti delay pesawat di bandara. Duty free terkadang menyedot uang lebih banyak daripada kebutuhan liburan lainnya.

"Apa yang terjadi sampai kalian menyuruh petugas hotel memulangkan diriku lebih awal?" Jessica menerobos ruangan CEO. Pria dengan perut berisi dan kepala nyaris botak itu bergeming di kursi putarnya. Sesekali ia tampak mengurut pelipis. Enggan menanggapi Jessica.

"Yang jelas sangat genting. Kau sudah membuat skandal, Jessica. Aku yakin ini akan jadi kabar buruk buatmu." Seorang pria yang lebih muda dari CEO-nya menyalakan remote televisi menampilkan berita dunia hiburan saat itu. Namanya, Jessica Groff dan James Edison terpampang di layar. Headline yang tercetak membuat Jessica nyaris tertawa.

Skandal Masa Lalu antara Direktur Utama Edison Corp Amerika dan Model Majalah Dewasa Jessica Groff.

Lalu foto-foto buram sekitar sepuluh tahun yang lalu nampak di layar televisi. Ia dan laki-laki yang diduga sebagai direktur utama Edison Corp Amerika keluar dari sebuah kamar yang sama di sebuah gedung apartemen kumuh. Tak ada yang salah dengan itu. Pakaian mereka masih lengkap.

"Skandal? Yang benar saja, memangnya hanya aku yang pernah terlibat dengan orang-orang besar perusahaan? Tidak 'kan? Emma dan  Lucy juga sebelumnya membuat heboh dengan mendekati CEO perusahaan game, lalu tidak jadi skandal. Apa yang salah denganku?" protes Jessica.

"Itu karena mereka jelas-jelas mendekati CEO pembuat game Porn Virtuality. Sejak awal pria itu memang mendekati banyak wanita dan tidur dengan mereka, Jess. Tapi pria yang muncul di fotomu itu adalah direktur utama dari perusahaan yang menyediakan kebutuhan rumah tangga dan anak-anak. Bukannya pria mesum yang seenaknya menggoda perempuan," jelas si pria dengan nada yang mulai meninggi.

"Lalu hanya karena itu menjadi skandal? Oh, Tuhan. Dunia ini lucu sekali, ya? Dengarkan aku Charlie, hanya karena kau asisten CEO kita, bukan berarti kau yang mengaturku di sini. Lalu kenapa Tuan Bill sama sekali mengacuhkanku dari tadi?" Jessica menoleh pada pria buncit itu. Meletakkan kedua tangannya di pinggang dan menatap CEO-nya tajam. Biasanya pria uzur itu takkan segan mencuri beberapa kecupan dari Jessica atau mengelus pinggangnya lembut. Tipikal pria mesum juga.

"Itu karena skandal yang kaubuat sudah membuat saham kita turun dan beberapa sponsor memutuskan kontrak. Sekarang ia sedang sibuk menghitung kerugian karena ulahmu," balas pria yang dipanggil Charlie itu ketus.

"Apa?! Kau pasti bercanda! Itu hanya foto lama. Aku bahkan tak tahu kenapa foto seperti itu bisa menyebabkan skandal. Aku bahkan tak tahu kapan foto itu diambil. Tidakkah kaulihat, aku masih berpakaian lengkap di sana. Bukannya mengenakan pakaian renang atau telanjang," sanggah Jessica tak mau kalah.

"Mana aku tahu. Kalau aku tahu, kau takkan dipanggil ke sini Jessica. Jadi kau bisa berlibur lebih lama memakai kartu kreditmu yang sebentar lagi akan mencapai limit-nya."

Sebuah dehaman menginterupsi. "Kalau kalian meneruskan pertengkaran ini, aku pastikan kalau kau, Charlie juga akan menerima perlakuan yang sama seperti Jessica."

Prisoned in Marriage [END | PROSES TERBIT]Where stories live. Discover now