Fiveteen

886 33 3
                                    

"Theodore, apa ada hal yang kau sukai?" tanya Jessica pada Theodore yang tengah asyik menyusun balok mainannya tinggi-tinggi.

"Aku suka James," balas Theodore riang, "dia kakak yang baik dan tidak pernah memarahiku. Tidak seperti Ibu yang suka marah-marah dan membentak."

Pagi ini, James absen sarapan bersama. Lagi-lagi berlindung di balik alasan tidak enak badan. Sesungguhnya James masih belum dapat menerima kenyataan bahwa Lara adalah salah satu orang yang memiliki niat buruk terhadapnya. Padahal Lara adalah satu-satunya orang yang dapat James percayai setelah kematian ibunya satu dasa warsa silam.

James sejak kecil tumbuh bersama Lara, wanita itu adalah pengasuh yang membantu Ibu James. Terkadang Lara yang akan menggantikan peran Ibu James ketika mengikuti suaminya berpergian ke luar kota atau luar negeri. Lara sering kali menjadi tempat James berbagi cerita. Bertukar cerita masa lalu, bahagia, duka, nyaris segalanya. Bagi James, Lara adalah sosok ibu yang baik. Ketika Lara datang membawa kabar bahwa ia mengandung adik James, ada sedikit pergolakan di hati direktur muda tersebut.

Sebagian adalah marah karena ayahnya kembali mengkhianati ibunya berkali-kali. Terlebih lagi dengan pengasuh yang berhati lembut seperti Lara. Namun, ada satu titik di dalam hatinya yang merasa lega, karena orang yang akan dinikahi ayah James bukan orang lain. Lara adalah orang terdekat yang selama bertahun-tahun menjadi kepercayaan James dan ibunya. Bisa dibilang James adalah orang yang paling cepat menerima keberadaan Lara sebagai istri ketiga ayahnya.

Namun, James adalah orang yang paling terluka saat ini. Menyadari bahwa Lara ikut andil dalam penyerangan Jessica membuat amarah kembali menelusupi hati sang direktur muda. Ketika Jessica mengajak suaminya keluar untuk sarapan, James menolak keluar. Ia tak ingin jika nantinya menyakiti Lara atau Theodore.

Jessica yakin bahwa James bukanlah orang yang seperti itu. James adalah pria paling baik yang pernah Jessica temui walau mulutnya akhir-akhir ini agak pedas.

"Jessica, James sakit apa?" tanya Theodore sambil melambaikan tangannya di depan wajah Jessica. "Jessica melamun?"

"Ah, iya maaf. Aku hanya kurang tidur," balas Jessica sekenanya. Ia memang tidak cukup tidur semalam. James nyaris tak memberikannya waktu untuk beristirahat.

"James sakit apa?" ulang Theodore.

"Dia hanya kelelahan. Akhir-akhir ini banyak pekerjaan." Jessica mengusap kepala Theodore lembut.

"Ibu juga banyak pekerjaan. Dia menyebalkan sekali karena banyak pekerjaan," gerutu Theodore.

"Pekerjaan apa? Bukankah ibumu hanya tinggal di rumah?"

"Tidak, ibu sering sekali pergi keluar rumah. Bertemu dengan Ibu Galak. Ibunya Caleb. Uh, mereka semua menyebalkan dan jahat. Aku benci mereka." Kening Theodore berkerut dalam-dalam saat mengatakannya.

"Pekerjaan apa yang dilakukan mereka? Siapa tahu aku bisa membantu, dengan begitu ia tetap tinggal di rumah." Rasa penasaran Jessica tiba-tiba saja memuncak. Apa yang Lara lakukan bersama Elaiza?

"Ibu bilang aku masih terlalu kecil untuk tahu. Di sana tidak menyenangkan." Theodore menggembungkan pipinya kesal.

"Apa ibumu bekerja dengan obat-obatan?" tanya Jessica lagi.

"Ah, iya. Ibu berjualan obat-obatan! Katanya akan dijual ke orang-orang yang membutuhkan. Ketika kutanya apakah bisa membuatku jadi pintar, dia malah menangis dan memelukku. Sampai sekarang dia kesal kalau aku bertanya soal itu," pungkas Theodore. Ia kembali disibukkan dengan susunan balok warna-warni.

Jessica merasa jantungnya berpindah ke perut. Apa yang Jessica dengar dari Theodore bisa jadi sebuah fakta. Theodore seperti anak-anak yang polos dan murni. Ia tak akan pernah berbohong. Bahkan jika ia diminta untuk berbohong, maka hati kecilnya akan menolak. Bahkan dari sorot mata Theodore, Jessica bisa menilai bahwa semua kata-katanya adalah kejujuran.

Prisoned in Marriage [END | PROSES TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang