Eight

1.3K 47 22
                                    

Mungkin Jessica cocok dengan Yorkshire. Udaranya lebih bersih dan segar daripada New York. James memiliki rumah yang paling besar dan peternakan luas. Ada beberapa kandang domba dan hewan ternak lainnya, mencakup kandang babi yang akan Jessica pantau selama beberapa hari ke depan untuk melancarkan upaya balas dendamnya.

Rumah beserta tanahnya ini adalah warisan mendiang Ibu James. Pria itu sesekali menatap rumah yang menyimpan kenangan masa kecilnya dengan wajah kerinduan. Bukan sebuah hal aneh jika James yang sekarang bisa melankolis. Dulu ketika mereka masih tinggal seatap, James lebih melankolis lagi.

"Kamarmu dan Amy ada di ujung koridor. Dari jendela kamar itu kau bisa melihat seluruh peternakan. Jangan lupa untuk mengunci pintunya saat malam, untuk beberapa hari ke depan aku tak akan berada di sini. Ada beberapa hal yang harus kutangani," terang James sambil menunjuk koridor panjang tempat mereka bertiga berada sekarang.

"Berarti aku bisa melihat kandang babi dari sini?" tanya Jessica spontan.

Sebelah alis James naik. "Ya, tentu saja. Apa selain ditiduri manusia, kau juga ditiduri hewan?"

Amy tersedak tawanya sendiri. Sedangkan mata Jessica membola, kentara sekali tak senang dengan perkataan James.

"Sialan! Aku cuma bertanya!" balas Jessica kesal.

"Ya, sudah kalau begitu. Aku akan pergi dulu. Di sini hanya ada lima pelayan dan satu koki. Mereka yang akan menemani kalian sementara aku pergi. Mengenai kepergian kita ke sini, tak ada orang lain yang tahu selain aku, kau, Amy, dan asistenku Erick. Jika ada orang asing tak dikenal masuk, pastikan menghubungiku dulu. Atau jika situasi genting, telepon polisi," pesan James.

"Kalau kondisinya tak aman seperti ini, apakah tega meninggalkan aku bersama Amy tanpa adanya perlindungan?" balas Jessica khawatir.

"Jess, kita keluar dari bandara menuju Yorkshire saja sudah setengah mati. Tak ada waktu bagiku untuk menelepon bodyguard seperti waktu itu. Kalau kau benar-benar tak yakin, aku akan hubungi mereka untuk datang sebelum pukul sepuluh malam. Sebelum jam itu, jangan sampai kau melakukan tindakan bodoh."

"Cih, terserah saja!" Jessica berjalan dengan langkah bear dan keras, lantas memasuki kamar yang dimaksud James. Pintu tersebut dibanting cukup keras, membuat James dan Amy meringis dibuatnya.

"Maafkan aku karena membuatmu bekerja lagi pada anak kecil seperti dia," ujar James pada Amy agak meledek.

"Tak apa, Tuan. Justru saya harus berterima kasih, karena pekerjaan ini saya masih bisa mengumpulkan uang untuk operasi anak saya." Amy tersenyum kikuk, ditingalkan berdua dengan James masih terasa kurang nyaman bagi wanita gemuk tersebut.

"Ya, aku dengar bahwa itu operasi transplantasi jantung. Butuh uang yang banyak untuk itu, semoga uangmu segera terkumpul. Kalau begitu, aku akan pergi. Tolong jaga Jessica selama aku tak ada," pungkas James sebelum meninggalkan rumahnya dengan tatapan keras.

James menggigit bibir bagian dalamnya. Semoga tak akan ada hal buruk yang terjadi sementara dia menyelidiki sesuatu.

***

"Amy, bagaimana pandanganmu tentang pernikahan?" tanya Jessica saat ia dan Amy sedang menikmati makan malam mereka. Jam masih menunjuk angka sembilan. Sampai detik ini tak terjadi hal-hal aneh.

"Pernikahan? Tentu saja berat, Jess. Kalau pernikahan itu menyenangkan, untuk apa aku bercerai?" balas Amy lantas memutar bola matanya.

"Aku jadi heran kenapa menyetujui ajakan James untuk menikah." Jessica menyandarkan punggungnya pada kursi, keningnya berkerut, dan kedua tangannya tersilang di depan dada.

Prisoned in Marriage [END | PROSES TERBIT]Onde as histórias ganham vida. Descobre agora