Sixteen

833 35 5
                                    

Jessica merebahkan diri di atas ranjang. Rentetan kejadian yang baru-baru saja terjadi tiba-tiba saja berputar di kepala. Shit dan umpatan lainnya lolos dari bibirnya yang kering. Seandainya saja Jessica tahu siapa yang sudah memulai kekecauan ini padanya, mungkin Jessica akan menghadiahi orang tersebut dengan bogem mentah. Memasukkan orang tak bersalah ke dalam perang antar keluarga adalah tindakan pengecut.

Ponsel Jessica bergetar, nama Amy berkelip di layar. Padahal Jessica sudah menyuruhnya untuk berlibur hari ini. Ia hanya berharap tidak ada hal buruk yang menimpa manajer sekaligus sahabatnya tersebut. "Halo?"

"Jessica, mungkin untuk beberapa hari ke depan aku tak akan datang membantumu. Kondisi Jose mendadak memburuk lagi," Amy terisak setelahnya, "Dokter bilang kami harus bersiap untuk kemungkinan terburuk."

Oh Tuhan, kenapa harus Amy? Jessica mengusap matanya yang seketika berkabut. "Amy, jangan pikirkan soal diriku dulu. Kau harus merawat Jose apa pun yang terjadi. Tetaplah di sana sementara aku akan datang menjenguk."

"Kau tidak perlu repot, Jess. Aku...." Kata-kata Amy tak berlanjut. Tangisannya pecah.

Jessica bergegas bangun, ia tak ingin menahan dirinya lebih lama. Dalam waktu lima menit ia telah selesai mandi. Ketika ia hendak berganti pakaian, ia baru tersadar koleksi pakaian yang tertinggal di lemarinya adalah pakaian santai semua. Selama ini James dan coordi yang mengatur pilihan riasan dan busananya. Jessica mengumpat lagi dalam hati. Lebih baik mereka buka butik saja.

Jessica menyambar pakaian secara acak. Mengambil pakaian yang longgar dan panjang. Setidaknya dia bisa berpakaian dengan lebih sopan.

"Nyonya Jessica, Anda mau ke mana?" Coordi Jessica menghadang di ambang pintu.

"Aku sedang tidak ada urusan denganmu, Meg. Ada urusan gawat, aku harus segera pergi ke rumah sakit sekarang. Anak Amy sedang kritis, aku harus menemuinya."

"Setidaknya izinkan saya memilihkan pakaian yang lebih pantas untuk dikenakan," sela coordi-nya.

"Ini bukan waktu yang tepat untuk itu!"

"Beri saya lima menit saja, sudah jadi tugas saya untuk memastikan penampilan Anda pantas dipertontonkan di hadapan publik."

Jessica mengurut keningnya pusing. "Baiklah, lakukan semaumu," putus Jessica.

"Karena pakaian yang ada di lemari Anda tak ada yang cukup pantas, lebih baik saya membawakan pakaian Anda di kamar ganti Tuan James. Sebaiknya Anda tunggu di sini sebentar sementara saya mengambil pakaian ganti untuk Anda," pamit perempuan muda itu.

Jessica tak habis pikir dengan jalan pikiran James. Asisten, bodyguard, coordi, lalu apa lagi? Koki pribadi? Daripada membuang uang demi memperkejakan bodyguard dan coordi, bukankah lebih bijak jika James mengumpulkan uangnya untuk memulai bisnis baru. Butik misalnya? Mengingat kemampuan menjahit James masih sama bagusnya dengan dulu. Hanya saja coordi yang James rekrut tidak sesuai dengan harapan Jessica.

Ia pikir perempuan muda itu tak bisa memenuhi ekspektasi Jessica. Terlebih lagi coordi muda itu sangat lambat. Sudah lewat lima menit dan belum menunjukkan tanda-tanda akan kembali. Ayolah, rumah ini sangat luas. Jangan-jangan Meg tersesat alih-alih menemukan pakaian yang pantas untuk dikenakan. Jessica bergegas keluar kamar, tak ingin membuang banyak waktu.

Ia berjalan sepanjang lorong. Tujuan satu-satunya Jessica adalah pintu keluar. Ia tak peduli dengan penampilan lagi. Asalkan tidak telanjang bulat. Ketika Jessica memantapkan diri hendak keluar, ia justru mendapati ada kesibukan di ruang ganti James. Niat Jessica segera keluar rumah mendadak teralihkan. Kali terakhir Jessica mengunjungi ruang ganti James adalah sebelum pernikahan waktu itu. Selama ini Jessica abai dengan ruang ganti tersebut, hanya ada setelan jas, kemeja, dan pakaian khas kaum adam.

Pintu ruang ganti sedikit terbuka. Dari celah pintunya, Jessica bisa melihat beberapa pelayan tengah menyibukkan diri dengan pakaian-pakaian beragam model. Ada beberapa gaun yang menarik mata Jessica. Gaun-gaun itu sepertinya belum pernah Jessica lihat di butik atau toko mana pun. Dikuasai rasa penasaran, Jessica semakin merapat pada pintu. Tak sampai satu detik, pintu tersebut terbuka secara tiba-tiba.

"Nyonya Jessica? Apa yang Anda lakukan di sini?" Meg berdiri di ambang pintu sambil membawa beberapa potong pakaian di kedua tangan.

"Aku khawatir kau akan tersesat, jadi aku mencarimu," dusta Jessica.

Meg melirik beberapa pelayan di ruang ganti James. Sebuah cengiran kecil terlihat di wajahnya. "Sepertinya Anda harus masuk, Nyonya. Ini saatnya Anda melihat apa yang sebenarnya Tuan James impikan selama ini."

Meg membawa Jessica masuk. Pelayan sejenak menghentikan aktivitas mereka. Mata Jessica dimanjakan oleh jejeran pakaian yang luar biasa cantik. Biasanya Jessica hanya bisa menemui pakaian seperti itu di butik desainer ternama.

"Ini semua desain Tuan James, selama ini dia menyembunyikan ini dari banyak orang. Termasuk asisten dan keluarganya," ujar Meg. "Ia telah menyiapkan semua ini sejak lama, Nyonya. Ada dua kemungkinan mengapa dia menyiapkan semua ini. Satu, dia melupakan keinginannya atau dia gagal dalam upaya menghancurkan perusahaan ayahnya. Dua, Tuan James berhasil menghancurkan perusahaan tersebut dan ingin memulai bisnis dari awal."

Jessica tak kunjung merespons. Ia justru mendekati sebuah gaun yang dipasang di sebuah maneken. Jessica tak akan lupa dengan gaun itu. Gaun yang pernah Jessica kenakan di peragaan busana yang diadakan oleh kampus James. Sebuah peragaan busana musim gugur yang menjadi awal karier Jessica di atas catwalk.

"Gaun ini sangat cantik," ujar Jessica terharu. Gaun tersebut penuh kenangan. James bahkan menyimpannya hingga sekarang. Banyak hal yang terjadi karena gaun tersebut. Salah satu alasan mengapa Jessica dan James semakin dekat tiap harinya.

"Tuan James juga sangat menyukai gaun tersebut. Ia pernah bilang bahwa itu adalah gaun pertama yang ia buat, untuk perempuan yang ia cintai kala itu," imbuh Meg.

Jessica lantas melotot pada Meg setelah mendengar perkataan perempuan tersebut. "Apa maksudmu dengan wanita yang ia cintai?"

Meg menaikkan alis. "Ya, itulah yang dia bilang padaku dulu. Sayang sekali perempuan itu pergi dan tak pernah membalas perasaannya walau Tuan James sudah memberikan surat cinta padanya."

Napas Jessica tercekat di tenggorokan. James mencintaiku? Jessica baru tersadar. Rumah tangga mereka tak seperti pernikahan pada umumnya. Tak ada kata-kata romantis yang terlontar dari bibir James. Sekarang Jessica teringat dengan malam sebelum pernikahan. Ketika James menanyakan tentang surat dan jawaban. Inikah maksud James kala itu? Kenapa surat itu tak sampai pada Jessica? Dan satu hal terpenting, mengapa James enggan mengatakan bahwa ia jatuh cinta pada Jessica selama ini?

Terlalu banyak tabir yang belum terungkap. Ketika satu per satu tabir sebelumnya terbuka, ada banyak hal yang tak pernah terbayangkan di benak Jessica.

"Bolehkah aku mengenakan gaun itu? Gaun kesayangan James itu?" tanya Jessica sambil menunjuk gaun yang dimaksud.

"Tuan James tidak melarang sebenarnya. Tapi untuk menjenguk orang sakit, sepertinya kurang pantas mengenakan gaun mewah seperti itu?" sahut Meg.

"Bukan untuk menjenguk anak Amy di rumah sakit. Tapi untuk acara lain. Sekarang kau bebas menentukan pakaian apa pun untukku," balas Jessica.

"Baiklah, aku akan plihkan pakaian untuk Anda." Meg menyanggupi perkataan Jessica. Ia undur diri mencarikan busana untuk Jessica kenakan.

Jessica kembali menelusuri gaun yang pernah ia pakai beberapa tahun silam dengan telunjuknya. Bahkan setelah lebih dari satu tahun, gaun tersebut masih dalam kondisi bagus. Ada perasaan bahagia yang menelusup saat membayangkan kenangan yang telah Jessica lewati bersama James.

"Kenapa kau tak mengatakan padaku lebih awal, James? Bisa saja aku mempunyai rasa yang sama."

To Be Continued

Halo halo, hari Kamis datang lagi. Prisoned in Marriage up lagi, ya. Jangan lupa vote dan comment, ya😘😘😘

Prisoned in Marriage [END | PROSES TERBIT]حيث تعيش القصص. اكتشف الآن