Four

1.4K 45 13
                                    

"Mulai sekarang kau bisa tidur di kamar itu. Itu dulu kamar ibuku sebelum lari dengan pria barunya," ujar Jessica sambil menunjuk kamar yang pintunya diberi gantungan ikon kelinci sebuah majalah dewasa.

James urung menjawab. Matanya justru mengembara ke seluruh ruangan. Sebenarnya flat yang ditempati Jessica cukup nyaman jika dibandingkan dengan harganya yang cukup murah. Ada dua kamar yang terpisah. Sebuah kamar mandi yang letaknya bersebelahan dengan dapur. Bahkan flat tersebut juga punya balkon tempat Jessica biasa menggantung pakaiannya. Pemuda kurus itu terpaksa menahan napas saat melihat pakaian dalam Jessica dibiarkan berkibar ditiup angin.

Apa ia tak malu pakaian dalamnya dipajang seperti itu? Bagaimana jika ada orang mesum dengan fetish pakaian dalam berkeliaran di luar sana. Mereka bisa saja mengambil pakaian dalam itu untuk menuntaskan hasrat seksual mereka. Atau memang Jessica sengaja melakukannya. Mengingat pemilik flat sering menyebutkan Jessica kerap berganti lelaki.

"Aku tidak tahu di mana sebelumnya kau tinggal. Jadi aku tak tahu bagaimana seleramu, karena kau sekarang tinggal satu atap denganku. Maka seharusnya kau patuh dengan segala aturan yang aku buat di sini," terang Jessica sambil berkacak pinggang.

James menelan ludah susah payah. Jessica sepertinya seorang maniak seks, James takut jika keperjakaannya akan direnggut dalam waktu dekat. Apalagi jika melihat bagaimana tatapan Jessica yang sejak tadi seakan menelanjangi James.

"Jangan pikir aku akan membuatmu tidur denganku, ya? Aku hanya akan meniduri pria-pria yang bisa memudahkan jalanku menjadi model papan atas. Dan sepertinya kau tidak masuk dalam daftar pria-pria yang aku maksud." Bagus. Jessica sepertinya menyadari ekspresi wajah James yang tegang.

"Tenang saja, aku tidak akan memberikan peraturan yang berat. Karena kau sudah membayar separuh harga sewaktu, maka aku juga seharusnya berterimakasih padamu. Jadi aku hanya ada dua peraturan utama. Pertama, karena aku sering membawa masuk pria ke sini, maka kau tidak boleh terlalu menampakkan jejak keberadaanmu di sini. Kedua, kau tidak boleh membawa perempuan ke sini. Sudah, itu saja," tandas Jessica sambil menurunkan kedua tangannya dari pinggang.

"Aku tidak akan membawa perempuan ke sini dan juga aku tidak akan berhubungan dengan perempuan lain. Tenang saja," balas James.

Jessica balas menatapnya curiga. "Tunggu. Apa maksudmu dengan tidak berhubungan dengan perempuan lain? Apa kau memang seorang gay? Lalu, kenapa kau tidak mengaku saja tadi?"

"Aku ini laki-laki normal. Tapi aku tidak akan menyentuh perempuan selain istriku nanti," tukas James sebelum Jessica mulai menyebutkan kemungkinan yang lebih gila lagi.

Reaksi Jessica sungguh tak terduga. Ia tertawa terbahak-bahak. Tak cukup tertawa, Jessica bersimpuh dan memukuli lantai. Sebuah reaksi yang sangat meledak-ledak. James agak tersinggung dengan reaksi Jessica yang sangat spontan dan terkesan lancang tersebut.

"Oh, James. Kupikir orang seperti dirimu tak akan pernah aku temui di dunia lagi," Jessica mengusap air matanya kasar, "kau benar-benar menarik."

James berdeham. "Menurutku kau tadi agak berlebihan, Nona Jessica. Apa salahnya dengan seks setelah pernikahan. Toh, di agama mana pun. Tidak ada namanya seks di luar nikah."

Jessica lantas mendecih walau ia tetap tersenyum, kendati kelihatan sinis. "Ya, aku akui sangat berlebihan tadi. Tapi, aku baru tersadar bahwa kita hidup di alam yang sangat berbeda. Kau hidup di alam surga yang suci, sedangkan aku hidup di neraka dan berlumur dosa. Mungkin kita harus saling menjaga jarak terlebih dahulu. Aku takut akan membawa pengaruh buruk padamu, Tuan James."

Prisoned in Marriage [END | PROSES TERBIT]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant