Five

1.5K 49 34
                                    

Kediaman mewah milik James, menjadi super sibuk dalam satu hari. Kedatangan tuan besar Edison beserta seluruh anggota keluarga, adalah alasan utama mengapa kesibukan tak pernah luput dari setiap jengkal rumah. Dapur utama menjadi salah satu bagian tersibuk dan memiliki tekanan paling tinggi. Keluarga Edison memang memiliki selera tinggi mengenai urusan perut. Jessica tak heran jika salah satu pelayan menyebutkan bahwa nyonya besar mereka yang sekarang sering mengundang chef bintang lima demi memuaskan urusan perutnya.

Sementara kesibukan urusan rumah tangga semakin mencekik leher para pelayan, Jessica kini dihadapkan pada situasi tak kalah mencekik. Jessica menatap horor pantulan dirinya di cermin. Sungguh, James tak punya selera fashion yang bagus. Bagaimana bisa pria itu menyuruhnya mengenakan gaun berlengan panjang di tengah cuaca musim panas.

"James, ini musim panas dan kau menyuruhku memakai pakaian panjang seperti ini? Kau ingin membuatku kena heat stroke?" gerutu Jessica lantas menjauhi cermin. Berbalik arah lantas berkacak pinggang, menatap James yang sedang memilah-milah koleksi setelan jas mahalnya.

"Itu lebih baik daripada kakakku melihatmu seperti seorang lacur. Dia pasti akan sangat senang melihat belahan dada atau pangkal pahamu. Jadi daripada aku membiarkannya melihat itu semua, bukankah lebih baik kalau kau melindungi sedikit anggota tubuhmu? Jadilah wanita yang terhormat di sini, karena sebentar lagi kau akan jadi Nyonya Edison," balas James mencoba tak acuh. Sesekali matanya mencuri pandang Jessica, walau Jessica sendiri tak awas dengan perbuatan James tersebut. Jessica berulang kali mematutkan dirinya di cermin dengan wajah yang memberengut kesal.

"Tapi, masih ada gaun lain yang bisa aku pakai, 'kan? Kenapa harus mengenakan gaun seperti ini?" protes Jessica.

James berdeham, lantas menatap Jessica dengan tatapan arogan. "Kupikir kau bersedia dengan segala ketentuan dan kesepakatan yang kita buat. Apa kau lupa kenapa kau bisa berdiri di sini dengan aman? Terlindungi dari kejaran wartawan dan paparazzi?"

Jessica menahan diri untuk tidak meledak. Ah, kesepakatan dan pembicaraan mereka dini hari tadi.

"Kau tahu Jessica, masa kecilku nyaris dihabiskan di Inggris, tepatnya Yorkshire. Karena semua kerabat ibuku berasal dari sana, walau ada beberapa dari mereka yang masih punya hubungan kekerabatan dengan keluarga bangsawan. Sampai umur lima tahun aku belum paham bahwa anak laki-laki yang sering dibawa Ayah berkeliling di rumah dan peternakan kami adalah kakakku. Kami dibiarkan hidup terpisah sampai di ulang tahunku kelima, Ayah memperkenalkanku dengan Caleb. Kau tahu, dia bukan orang yang baik sejak awal," ujar James sambil menatap potret keluarganya diselimuti amarah.

"Ya, banyak yang bilang bahwa dia memiliki reputasi yang buruk. Walaupun begitu, semua wanita rela jika harus bertekuk lutut di bawah kakinya. Lihat saja betapa tampannya dia, super kaya, dan reputasinya di atas ranjang pula. Banyak yang bertaruh agar bisa tidur dengannya," balas Jessica.

"Lalu kau juga mau bertaruh agar bisa ditiduri maniak seks seperti dia?!" desis James tak mampu menahan emosi. Ia menatap Jessica penuh amarah.

"James, kau juga tahu aku wanita yang seperti itu. Aku bisa bertahan hidup selama ini karena ditiduri ratusan atau mungkin ribuan pria. Kau yang jadi saksi selama tiga tahun aku berjuang tetap hidup dengan menjilati kaki mereka." Jessica menyandarkan kepalanya pelan pada sandaran sofa. Jujur, ia pun juga lelah melakukan itu semua selama bertahun-tahun.

Tatapan James melunak. Ya, dia pun tak bisa menampik fakta bahwa Jessica telah hidup sebagai pelacur juga. Kendati Jessica tak pernah menyebut dirinya demikian. Jessica selalu melabeli dirinya sebagai wanita yang berjuang meraih impiannya dengan menggadaikan apa pun yang ia punya, bahkan jika itu kehormatannya.

Prisoned in Marriage [END | PROSES TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang