Three

1.7K 49 25
                                    

Tak banyak hal yang Jessica bawa. Satu koper berisi beberapa potong pakaian, peralatan make up, dan perhiasan favoritnya. Selain sekoper tas, ia hanya membawa tas selempang berisi beberapa syal dan masker. Berjaga-jaga jika ia harus menyamarkan identitas. Kendati sekarang ia telah mengenakan kacamata hitam dan topi untuk menyembunyikan wajah.

Bunyi bel dan ketukan singkat membuat Jessica nyaris berlari menghampiri pintu. Ada dua orang pria berkacamata hitam dan berjaket kulit menanti di depan pintu. Ah, tiba-tiba saja Jessica gamang. Apakah mereka orang-orang yang James kirim? Di saat seperti inilah krisis kepercayaannya datang.

"Kami diperintahkan Tuan James Edison menjemput Anda, Nona," ujar salah seorang dari mereka melalui interkom.

"Baik, aku akan keluar sebentar lagi," balas Jessica. Pasrah saja, mungkin mereka memang orang suruhan James.

Setelah memastikan semua peralatan elektronik mati, Jessica segera meraih kopernya. Ia tak boleh membuat pria-pria besar itu lama menunggu. Mereka berdua segera mengarahkan Jessica menuju pintu darurat. Sambil sesekali memastikan tak ada seseorang yang mengikuti pergerakan mereka. Setelah sampai di basement dan memasuki mobil barulah dua pria itu mengganti jaket kulit mereka dengan jas hitam. Tak lupa mengalungkan tanda pengenal yang tercetak logo Edison Corp Amerika.

Jessica mencondongkan bibir. Kenapa kalian tak menunjukkan tanda pengenal itu dari tadi? Ia menahan diri untuk tak mengatakannya. Sudah bagus ia dijemput, masa masih harus protes.

"Nona, kami akan mengantar Anda menuju rumah Tuan James lebih dulu. Dia sedang ada rapat penting, jadi mohon bersabar sampai kedatangannya nanti," terang salah satu dari mereka.

"Dimengerti," balas Jessica singkat. Jessica bersandar pada jok, kali ini ia tak akan banyak berharap. Masuk ke dalam rencana James mungkin tak bisa membersihkan namanya seratus persen. Namun setidaknya ia memiliki bahu untuk bersandar sejenak. Mata Jessica terpejam, biarlah ia menikmati ketenangan ini sekejap saja.

***

Erick menatap James prihatin, rapat mendadak yang diadakan pagi ini tak mendapat respons positif. Ah, jelas saja. Bayangan akan James yang berdiri di hadapan anggota rapat dengan dagu yang terangkat dan wajah arogan itu terlintas.

"Sebagai bentuk tanggung jawab karena telah menimbulkan kekacauan, maka aku putuskan akan menikahi wanita itu. Jessica Groff."

Ruang rapat berubah ramai. Banyak protes dilayangkan kepada direktur muda tersebut. Apalagi keputusannya untuk menikahi model panas seperti Jessica dirasa tak memiliki korelasi apa pun dengan menstabilkan kondisi perusahaan.

"Anda tak perlu melakukan hal seperti ini! Jika yang Anda maksud tanggung jawab menikahi Nona Jessica karena membuat pamornya turun, maka itu berarti Anda tidak memikirkan nasib perusahaan ini ke depannya!" maki salah seorang pemegang saham.

"Saya setuju dengannya, menikahi model majalah dewasa seperti dia hanya akan membuat saham perusahaan semakin turun. Bukannya menyelamatkan perusahaan ini dari ambang kehancuran," imbuh yang lain.

"Pertimbangkan lagi keputusan Anda, Tuan."

"Apa Anda ingin menghancurkan perusahaan ini?!"

Erick memijat pangkal hidungnya frustrasi. Sudah jadi keinginan James untuk menjatuhkan bisnis ayahnya. Tak ada yang bisa ia lakukan selain mengikuti aliran yang dibuat oleh James. Sebagai seorang asisten, ia hanya bisa tunduk pada perintahnya. Jika menempatkan diri sebagai teman, maka Erick berada satu lajur dengan orang-orang yang kontra terhadap keputusan James. Ia juga butuh uang untuk makan. Memang benar, dendam bisa mengubah seseorang sampai tak dikenali lagi.

Prisoned in Marriage [END | PROSES TERBIT]Where stories live. Discover now