chapter OO4

42.5K 4.6K 391
                                    

'hoekk'

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

'hoekk'

Kedua tungkai Jaemin melemas, terduduk tak berdaya pada porselen dingin toilet nya. Tidak ada alasan lain lagi yang bisa ia sangka, perihal sejak tiga hari yang lalu perut nya mual dan hanya air liur yang keluar.

Mempertahan kan ego, setengah mati di tepis nya pikiran itu. Namun lagi-lagi yang terlintas saat ini masih berupa jawaban yang paling mendekati bahwa saat ini atau mungkin sejak hari-hari yang lalu 'keajaiban itu memang telah terjadi pada tubuh nya'.

Jaemin menekan permukaan tangan nya yang pucat pada perut nya yang terasa bergejolak untuk mengeluarkan sari liur nya yang lain. Air mata kini merembes jatuh membasahi pipi tirus nya. Pun kalimat gertakan pada diri sendiri kini terus melirih pada permukaan bibir kering nya yang pecah.

Melewatkan kembali jadwal kelas nya hari ini, dia bahkan abai pada ponsel nya yang tidak berhenti berdering sejak kemarin. Mungkin sudah ada puluhan atau bahkan ratusan panggilan juga pesan dari Haechan dan mungkin Renjun di sana. Jaemin meraih ponsel nya lalu dengan segera menonaktifkan benda tipis itu.

Saat ini, tidak ada yang ingin Jaemin lakukan selain berperang batin dengan diri nya sendiri lagi.

Segelas Americano itu masih di sedot kuat menimbulkan suara berisik pertanda bahwa tidak ada lagi air yang tersisa di dalam plastik transparan itu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Segelas Americano itu masih di sedot kuat menimbulkan suara berisik pertanda bahwa tidak ada lagi air yang tersisa di dalam plastik transparan itu. Namun seolah sengaja, lelaki bertubuh mungil itu terus melakukan nya apalagi ketika siluet kekasih nya tertangkap jelas netra coklat terang milik nya.

"Sayang maafkan aku, tadi ada—"

"Alasan lagi Lee Jeno?"

Gelas plastik itu di remat kuat. Kedua alis Jeno menyatu samar menyaksikan netra Renjun melempar tatap sengit lagi kepadanya.

"Duduklah."

Jeno menurut segera duduk pada kursi tepat di hadapan Renjun. Kali ini segelas Americano dan juga secangkir latte yang datang, lelaki mungil itu lalu memutar sedotan kopi nya.

Alis Jeno kembali bertemu tatkala tidak sengaja menangkap seringaian pada bibir Renjun lalu setelah nya berubah menjadi sebuah kekehan kecil yang mengesalkan.

Incident, nomin ✔Where stories live. Discover now