chapter O3O

33.5K 3.8K 957
                                    

Rasa bersalah yang menghantui kala dirinya terus terbayang raut wajah Jeno saat meninggalkan apartemen nya malam itu, membuat Jaemin mengambil keputusan yang sekalipun tidak pernah terpikirkan oleh otak nya

Ups! Ten obraz nie jest zgodny z naszymi wytycznymi. Aby kontynuować, spróbuj go usunąć lub użyć innego.

Rasa bersalah yang menghantui kala dirinya terus terbayang raut wajah Jeno saat meninggalkan apartemen nya malam itu, membuat Jaemin mengambil keputusan yang sekalipun tidak pernah terpikirkan oleh otak nya. Hal yang paling ia takutkan dulu, bilamana Renjun mengetahui kebenaran dari siapa ayah bayi yang ada di dalam kandungan nya.

Jaemin bertemu Renjun.

Dua hari setelah kepergian Jeno dari apartemen nya malam itu. Benar, Jaemin sudah lebih dulu menemui Renjun.

Tidak ada yang tahu, sebab Jaemin bahkan tidak membicarakan ini pada Haechan sekalipun. Dia beralasan pada pemuda berkulit tan itu hanya ingin keluar sebentar untuk membeli sesuatu.

Haechan tidak memperbolehkan pada awal nya, dan memaksa untuk ikut karena takut bilamana terjadi sesuatu yang tidak diinginkan mengingat bagaimana kondisi Jaemin saat itu.

Bermodal kan nekat, pada akhirnya di sanalah Jaemin menginjakkan kaki nya. Di giring masuk oleh seorang maid langsung ke arah kamar Renjun. Sepanjang jalan menuju kamar atau sejak kaki nya melangkah memasuki area tempat tinggal sahabat mungil nya itu, Jaemin tidak buta untuk melihat bagaimana sibuk nya orang-orang berlalu lalang menyiapkan segala sesuatu untuk acara pertunangan yang bahkan masih tersisa tiga hari lagi.

Memejamkan mata nya sejenak, sembari mengatur deru nafas nya. Sekali lagi Jaemin berusaha menyakin kan diri atas apa yang akan ia katakan kan setelah ini kepada Renjun.

Benar, Jaemin akan mengaku sekarang. Mengatakan yang sejujur nya pada Renjun tentang ayah dari bayi nya yang sebentar lagi akan lahir ke dunia.

Di dalam ruangan luas bernuansa putih itu, Jaemin menelan gugup tatkala menemukan Renjun yang sedang duduk di depan sebuah meja rias; membelakangi nya. Nampak nya lelaki mungil itu baru saja selesai mandi sebab saat ini Renjun masih belum memakai apapun hanya di baluti sebuah bathrobe putih yang menenggelamkan tubuh mungil nya.

Renjun menyadari kedatangan nya lewat pantulan cermin di hadapan lelaki itu. Pemuda mungil itu mengulas senyum ke arah nya.

"Nana? Kau disini?"

Jaemin menarik senyum tipis. Berjalan pelan menuju Renjun namun tidak benar-benar mendekat ke arah lelaki itu.

"Renjun—"

"Bagaimana kabar mu Na? maaf ya, Baba menjadi cerewet sekali beberapa hari ini, tidak memperbolehkan aku keluar untuk sekedar menemui mu dan Haechan."

Renjun terlihat menuangkan bodylotion ke telapak tangan nya, sebelum meratakan nya ke seluruh pergelangan kulit putih nya. Dia tertawa kecil.

"Renjun."

"Ya?"

Mereka akhirnya bersitatap walau masih lewat perantara cermin di hadapan Renjun. Lelaki mungil itu sepertinya masih belum ingin membalikkan tubuh untuk menghadap nya langsung.

Incident, nomin ✔Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz