chapter O18

29.2K 3.8K 439
                                    

Memasuki enam bulan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Memasuki enam bulan.

Kedua netra kembar nya menatap sengit, sementara bibir nya melengkung masam ke bawah. Untuk kesekian kali nya Jaemin mendecak kesal berbanding terbalik dengan kehebohan yang Jeno buat dengan suara nya di depan sana.

Jeno benar. Bahkan saat lelaki berhidung tinggi itu mencetak poin ke 8, sekalipun Jaemin tidak punya kesempatan untuk merebut bola dari nya. Berjalan saja kesusahan, apalagi untuk menggiring bola menuju ring lawan nya.

Pipi gembil nya menggembung lucu, tanda bahwa bumil itu memang sedang kesal saat ini.

Perlahan ia lalu membawa langkah nya ke tepian tribun tempat dimana dia meletakkan barang-barang nya tadi.

Tegukan air putih terakhir, Jaemin mendesah lega. Berusaha menyandarkan tubuh nya ke posisi yang lebih nyaman.

Bibir nya masih mengerucut lucu, memperhatikan Jeno yang kembali asik memainkan bola basket di tangan nya.

Matahari di atas sana memang sudah tidak sepanas waktu pertama kali mereka sampai ke tempat ini.

Sedikit pun sungguh Jaemin tidak pernah menyangka bahwa lelaki berhidung tinggi itu akan membawa nya ke lapangan basket sekolah menengah atas mereka dulu. Di sini, saat ini.

Empat tahun yang lalu, dan memang sudah terlalu banyak yang berubah dari lapangan tempat dimana untuk pertama kali nya Jaemin mengenal Jeno. Lelaki yang pernah membuat nya mabuk cinta kala itu.

Jaemin tersenyum tipis, lelaki itu, cinta pertama nya, patah hati pertama nya dan juga ayah dari anak yang dikandung nya.

Ajaib memang. Mengingat apa yang sudah mereka lewati selama enam bulan ini. Tentang bagaimana susah senang nya ia tinggal seatap dengan lelaki yang seenak jidat masuk kembali ke dalam kehidupan nya.

Entah sampai kapan kebohongan ini akan berakhir. Jaemin sudah begitu lelah sejujur nya, dia terus merasa bersalah dengan perhatian yang Renjun berikan pada nya. Setelah pengakuan bohong malam itu, tidak hanya Haechan tapi Renjun juga telah merawat dan memperhatikan nya dengan baik.

Mengirimi nya buah-buahan, memasak kan nya makanan sehat di akhir pekan, mengajak nya menghirup udara segar.

Kedua sahabat nya itu juga sedikit banyak telah membantu nya dalam segala urusan kampus selama ini.

Tiga bulan lagi, Jaemin hanya perlu menahan perasaan nya hanya untuk tiga bulan lagi.

Katakanlah bahawa ia seorang pemain yang handal, bagaimana dengan mudah nya Jaemin menutupi kerisauan di hati nya dengan dengusan tatkala senyum bodoh Jeno mengiringi langkah lelaki itu pada nya.

Seakan akan habit nya telah kembali datang, ia menyerahkan botol air di tangan nya ke arah Jeno yang menjatuhkan tubuh tepat di sebelah nya.

"Lihat saja aku akan mengalahkan mu suatu hari nanti. "

Incident, nomin ✔Where stories live. Discover now