chapter O11

32.9K 4.1K 268
                                    

Renjun terengah memegangi kedua lutut nya, kedua mata nya melirik sinis ke arah pemuda berkulit tan di sebelah nya itu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Renjun terengah memegangi kedua lutut nya, kedua mata nya melirik sinis ke arah pemuda berkulit tan di sebelah nya itu. Yang benar saja, setelah kelas usai Haechan tiba-tiba saja menarik nya untuk berlari mengikuti lelaki tan itu ke arah toilet.

"Sialan, kau gila!"

"Tadi dia ada disini."

"Hah?" menarik tubuh nya yang setengah berjongkok untuk berdiri kembali Renjun kini sepenuh nya menghadap ke arah Haechan yang saat ini sibuk membukai satu persatu bilik toilet yang ada disana.

Kosong, tidak ada satu orang pun. Manik nya mulai bergerak gelisah membalas tatap bingung yang Renjun lontarkan.

"Kami bertengkar." Akunya.

"Hah?" Untuk sekali lagi Renjun masih belum bisa menangkap pasti maksud lelaki itu.

"Aku dan Nana, kita berdua bertengkar."

"Apa? Bagaimana bisa?! "

Haechan mendesah pelan seraya memejamkan kedua mata nya sejenak. "Aku pasti melukai nya." desis nya pelan.

"Haechan sebentar, tapi apa yang kalian ributkan?"

Tidak menjawab pertanyaan lelaki mungil itu, Haechan malah segera bergegas keluar dari sana, menimbulkan erangan kesal sekaligus penasaran dari Renjun yang merasa sedikit bodoh saat ini. Ia tidak mengetahui apapun dan tentu saja masih terkejut sebab sejauh ini persahabatan mereka baik-baik saja. Ini sedikit tidak masuk akal baginya. Oke, dia dan Haechan mungkin memang seringkali bertengkar, entah itu serius atau tidak. Tapi Haechan dan Jaemin? Oh ayolah, kedua nya sudah seperti saudara kandung, bahkan mereka lebih dulu berteman dekat sebelum akhirnya ia hadir diantara kedua nya.

"Kau mau kemana?" Dengan segera Renjun menyusuli pemuda berkulit tan itu lalu menahan tangan nya.

Haechan menggigit bibir nya, bingung akan menjawab apa. Dirinya ingin menyusuli Jaemin ke apartemen lelaki itu, berharap besar bahwa saat ini Jaemin ada di sana.

Sekali lagi ia mendesah pelan,"Aku harap Nana hanya pulang ke apartemen nya."

"Aku ikut."

Haechan kembali menatap Renjun, "Bukankah kau ada kencan bersama Jeno hari ini? pulang saja dan bersiaplah."

Diluar dugaan Renjun menggeleng,"Tidak. Aku akan ikut dengan mu."

"Tapi Renjun—" kali ini tangan Haechan yang menahan lengan lelaki itu.

Renjun menarik senyum, melepaskan tangan Haechan yang menahan nya,"Kau gila ya, aku juga sahabat kalian omong-omong. Maaf karena terlalu sibuk dengan hal lain sampai mengabaikan kalian berdua selama ini, aku tidak mau lagi tiba-tiba jadi dungu sendiri seperti ini. Kita hentikan taksi saja biar cepat."

Haechan terpaku, menatap punggung mungil Renjun yang berjalan menjauh. Lantas tangan nya bergerak meraih ponsel nya pada saku celana, membuat panggilan cepat dengan kekasih nya.

Incident, nomin ✔Where stories live. Discover now