an ending incidént

43.5K 4.2K 1.1K
                                    

Suara tangisan bayi itu mengiringi bagaimana deru nafas nya yang memburu secara perlahan kembali normal walau masih terdengar turun naik tak beraturan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suara tangisan bayi itu mengiringi bagaimana deru nafas nya yang memburu secara perlahan kembali normal walau masih terdengar turun naik tak beraturan.

Rasa sakit yang ia rasakan tadi, terbayar sudah dengan perasaan sukacita yang membuncah di dalam sana—kala diri nya berhasil mendapati sang buah hati lahir dengan selamat saat ini.

Tangan kanan nya masih setia di genggam erat, pelipis nya yang basah oleh sebab keringat di kecupi dengan sayang.

Sayup ia mendengar ucapan terimakasih juga kata cinta menggaung memenuhi ruang hati nya.

Secara perlahan ia lalu menggerakkan kepala, menatap wajah yang begitu terkasih dalam ingatan. Lantas kemudian mencoba untuk tersenyum walau tidak yakin bibir nya bisa tertarik selebar perasaan nya sekarang.

Tangan kiri nya yang lemah dipaksakan menyentuh pipi tirus itu. Menyingkirkan air mata yang membasahi sedari tadi.

Lelaki ini telah menangis karena nya.
Lee Jeno—baru saja menangis untuk nya.

Di tahan, telapak tangan nya lalu di bawa ke depan bibir untuk di kecupi lama sarat akan perasaan.

"Terimakasih, aku mencintai mu Jaemin. "

—dan selanjutnya, gelap.

Hal terakhir yang ia ingat adalah bagaimana teriakan cemas lelaki itu yang memanggil nama nya.

4 jam sebelum nya.

Hening. Ruang dapur yang tidak terlalu besar itu hanya di isi oleh dentingan peralatan makan yang beradu satu.

Lima menit berlalu sudah, pada akhirnya Jaemin memberanikan diri mengangkat kepala memandang wajah Haechan yang terlihat masih fokus menghabiskan sarapan nya.

"Kau—tidak berkemas? "

"Tidak." Haechan mejawab cepat.

Untuk sesaat Jaemin mengatupkan kedua belah bibir nya."Haechan, Aku sungguh tidak ap—"

Jaemin terdiam saat sendok logam yang tengah Haechan genggam di letakkan cukup keras ke atas meja.

Haechan memejamkan mata nya sebelum mendesah keras menyadari raut wajah Jaemin yang terlihat begitu terkejut.

"Maafkan aku." ujar nya.

Jaemin menipis kan bibir, kepala nya tertunduk menatap kosong pada piring nya yang masih sedikit terjamah.

Kedua nya kembali berdiam diri sebelum akhirnya Haechan beranjak memutari meja makan dan mengambil tempat tepat di sebelah Jaemin. Dia lantas meraih kedua tangan pemuda yang tengah berbadan dua itu; menggenggam nya lembut.

Bibir Haechan lantas sedemikian rupa mematut senyum hangat."Bukan kah kau belum menemukan nama yang cocok untuk bayi mu?"

Jaemin mengangguk.

Incident, nomin ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang