chapter OO9

35.8K 4.1K 588
                                    

"Jenn—hmph

Deze afbeelding leeft onze inhoudsrichtlijnen niet na. Verwijder de afbeelding of upload een andere om verder te gaan met publiceren.

"Jenn—hmph.."

Nafas kedua nya terengah, berkumpul menjadi satu sebab Jeno yang  tidak benar-benar menjauh hanya memberi sedikit jarak pada bibir kedua nya.

"Maafkan aku."

Kalimat yang sama setiap kali lelaki itu kembali menekan bibir nya ketika Jaemin akan berbicara. Jaemin pikir diri nya yang paling terlihat kacau saat ini, tapi setelah menatap lelaki itu sedekat ini Jaemin sadar mereka telah sama-sama kacau sekarang.

Jari ranting nya bergerak untuk mendorong bahu lelaki itu, tapi lagi Jeno dengan cekatan menahan tangan nya.

Dengan kurang ajar lelaki itu membawa bibir nya turun mengecupi rahang nya lalu semakin turun mengendusi setiap jengkal leher jenjang nya. Memejamkan mata mungkin adalah hal yang bisa Jaemin lakukan saat ini, membiarkan Jeno puas mengakuisisi tulang selangka nya.

Kedua netra basah nya terbuka begitu merasakan berat kepala Jeno yang sengaja dijatuhkan pada leher nya, pun nafas hangat lelaki itu yang kini berhembus teratur menerpa ceruk nya. Jaemin juga bisa merasakan Jeno kini melepaskan cekalan kuat pada kedua tangan nya, menyisakan tubuh bongsor lelaki itu yang kini sepenuh nya bertopang pada tubuh nya.

"Maafkan aku Jaemin, aku—"

"Kau sendiri tahu aku—tidak bisa bertanggung jawab penuh atas mu."

Bajingan. Sudah Jaemin duga, tapi kenapa hati nya tetap saja sakit mendengar nya.

"K-kalau begitu biarkan aku menggugurkan anak ini?"Jaemin berniat mendorong tubuh Jeno menjauh, perasaan nya sakit sekali—sangat! tapi tangan besar Jeno lagi-lagi menekan bahunya.

"Tidak. Aku tidak mau kau kesakitan."

"Apa peduli mu?"

"Aku janji akan mengurus nya ketika ia lahir nanti, sepenuhnya."

Bukan itu jawaban yang Jaemin ingin dengar."Kau—egois Jeno."tutur nya.

Mengangkat kepala, Jeno membawa wajah nya sejajar dengan wajah Jaemin yang memerah padam."Bagaimana dengan mu? Bukankah kau lebih egois jika memilih untuk menggugurkan nya."

Jaemin membisu. Dia juga tidak mau jika seandainya bukan Jeno ayah nya. Hei Jaemin juga tidak setega itu! Apalagi pada janin yang kelak akan menjadi anak nya.

"Mulai hari ini aku akan tinggal bersama mu, di sini."

Liquid bening itu kembali jatuh membasahi pipi tirus nya, tapi kali ini dengan cepat jemari nya menyeka, kedua netra nya lalu bergulir menatap nanar punggung Jeno yang saat ini berdiri membelakangi nya.

"Menurut mu ini cara terbaik?"

"Ya."

"Renjun akan tahu."

"Maka jangan biarkan dia mengetahui bahwa akulah ayah nya."

"Maksud mu aku—"

Menahan nafas, Jaemin mengatupkan kedua belah bibir nya. Dibawah sana tangan nya mengepal kuat menahan emosi yang membludak. Satu hal yang baru ia sadari kini—adalah lelaki yang pernah ia cintai setengah mampus dulu nyata nya hanyalah seorang bajingan sekarang.

Incident, nomin ✔Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu