Ch. 36 : Epiphany

2.6K 452 36
                                    

"You're always the reason behind my smile."
.
.

Aroma bunga membuat hatiku merasakan sakit yang mendalam.

Ruangan kecil bernuansa putih dengan dua bingkai foto yang terhiasi banyak bunga, di hadapannya terdapat dua guci bertulisan huruf hanja. Tulisan itu, nama ibu dan Ga Eun.

Beberapa orang berlalu lalang menggunakan pakaian berwarna hitam, mereka datang untuk memberi hormat di hadapan meja penghormatan terakhir.

Aku duduk bersimpuh sembari menunduk, tubuhku bergetar dan air mataku terus mengalir. Di samping kiriku ada Yoo Jin dan Hye Ra yang mengelus punggungku.

Mereka berusaha membuatku tenang.

Terakhir kali aku merasakan hancur seperti ini, ketika aku tahu kalau ayahku ternyata sudah meninggal. Dan aku tidak pernah menyangka hal ini akan terjadi lagi.

Mereka meninggalkanku, sendirian.

Tidak ada yang bisa aku lakukan. Aku merasa, hidupku tidak berguna.

"Kudengar gadis itu pergi bersama seorang pria ketika kejadian."

Seorang wanita membicarakanku.

"Heol. Apa kencan lebih penting dibandingkan keselamatan ibu dan adiknya?" balas wanita lain.

"Entahlah. Yang pasti ia adalah anak yang buruk."

Benar. Aku anak yang buruk.

Aku mendengar salah satu dari mereka mendecak. "Ia gadis yang cantik, tidak kusangka kalau kepribadiannya seperti itu."

"Benar sekali."

"Tapi setidaknya ia selamat dari kejadian itu."

"Dan hidupnya akan menderita."

Mereka tertawa kecil, namun aku masih bisa mendengarnya dengan jelas. Dan yang mereka ucapkan, semua benar.

Aku anak yang buruk, aku anak yang tidak peduli pada ibu dan adikku. Aku pantas hidup menderita.

"Jeogiyo, apa ahjumma tidak bisa menghargai seseorang yang sedang berduka?" Suara ini, Yoo Jin. (Permisi//Bibi)

Kurasakan Hye Ra mempererat rangkulannya padaku.

"Tolong jangan berkata buruk disini," lanjutnya.

Lalu hening, yang kudengar hanya suara langkah kaki yang menuju ke luar ruangan. Aku menggigit bibirku. Aku tidak berani menoleh ke belakang.

"Jangan dengarkan wanita tua itu," bisik Hye Ra.

Aku hanya diam, kupejamkan mataku yang sudah sembab.

Semua orang menganggapku buruk. Bahkan saudaraku yang dari Jepang tidak hadir karena mereka menyalahkanku atas kematian ibu dan Ga Eun.

Fakta yang menyakiti diriku sendiri.

Waktu terus berjalan, tidak terasa hari ini sudah petang dan aku masih duduk dengan posisi yang sama. Ruangan pun sudah sepi. Sudah tidak ada yang datang lagi, namun Hye Ra dan Yoo Jin tetap berada di sampingku.

"Ji Eun-ah, ayo pulang," ucap Hye Ra.

Aku menggeleng pelan.

"Kau harus istirahat, sebentar lagi abunya harus diㅡ"

"Kalian pulang saja," potongku dengan suara parau. "Aku masih ingin disini."

Hye Ra kembali memegang pundakku. "Kau bisa menginap di rumahku atau di rumah Yoo Jin selama rumahmu dibersihkan."

Magic ShopTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang