Ch. 31 : Serendipity

3.1K 492 44
                                    

"I've waited a long time. So, let's go on a date!"
-Jeon Jungkook-
.
.

Semilir angin berhembus membuat rambut panjangku menjadi sedikit kusut. Aku duduk di ayunan dengan kaki yang terus bergerak memainkan pasir.

Langit berwarna jingga membuat suasana menjadi lebih tenang. Beberapa saat lagi seseorang yang berjanji akan menemuiku, segera datang.

Bibirku terus mengulas senyum, mengingat kejadian tadi pagi ketika Jungkook dimarahi ibu karena membawa pulang putrinya ketika pagi hari dan parahnya dalam kondisi wajah yang sedikit terluka.

Ibu sangat panik ketika aku datang mengenakan pakaian asing yang Jungkook belikan untukku. Pria itu menceritakan semua kejadian yang terjadi, setelah itu ibu berterima kasih padanya karena sudah menyelamatkanku.

Saat ini keadaanku sehat sepenuhnya, tidak sedikit pun demam meski sebelumnya tubuhku sempat down. Aku benar-benar sehat. Bukankah itu aneh?

Kulihat jam pada handphone baruku, karena milikku yang lama sudah rusak.

"Sudah lama menunggu?"

Aku mendongak, tersenyum manis padanya. "Tidak, kok."

Disodorkannya segelas kopi padaku. "Gomawo," sahutku.

Ini kedua kalinya aku bertemu dengan Taehyung ketika matahari terbenam. Namun kali ini kami tidak dapat melihat benda besar yang kini memancarkan sinar jingganya.

Pria itu berjalan ke arah ayunan di samping kananku dan duduk disana. Ia hanya diam tetapi wajahnya begitu ceria, ekspresi wajah yang benar-benar asli. Tidak ada kepalsuan.

"Kenapa Taehyung oppa terus tersenyum seperti itu? Nanti bibirmu sakit," candaku.

Ia terkekeh. "Ku dengar, kau sudah resmi berpacaran dengan Jungkook."

Aku sedikit membeku. "I-ituㅡ"

"Aku sangat senang."

"Apa?"

Tatapannya menerawang jauh pada langit. Bibirnya terus mengulas senyum, rambut hitam bergaya mullet itu sedikit bergerak terkena terpaan angin. "Kau tahu bukan, kalau cinta itu tidak harus memiliki?"

Aku terdiam, mataku terus memperhatikannya. Taehyung melanjutkan, "Kau terlihat bahagia bersama orang yang kau cintai, oleh karena itu aku senang. Bukankah cinta seharusnya seperti ini?"

Lidahku kelu, aku hanya terdiam tidak menjawab pertanyaanya.

Merasa tidak dapat respon, tatapannya kini teralih padaku, ditariknya tali ayunan yang ku duduki. Mengurangi jarak diantara kami, hanya untuk mengacak-acak rambutku gemas.

"Aku tidak apa-apa. Jangan menatapku seperti itu," sahutnya.

Aku memaksakan senyumanku. Aku tahu jelas apa yang tengah dirasakannya saat ini. Bedanya, ia terlihat cukup lebih baik dibandingkan saat dulu ia mengajakku pergi dan menangis ketika mengatakan ia merelakanku.

"Oppa."

"Eung?"

"Diantara kata 'terima kasih' dan 'maaf', mana yang lebih kau sukai?"

Ia terlihat berpikir. Tapi sedetik setelahnya ia kembali tersenyum. "Aku lebih suka terima kasih. Karena itu berarti kau bersyukur dengan apa yang terjadi. Sedangkan kata maaf itu lebih seperti penyesalan, semua orang pasti tidak ingin menyesal."

Aku tertegun. Pola pikirnya memang sulit untuk ditebak, Taehyung benar-benar pria dewasa.

"Kalau begitu, biarkan aku mengucapkannya."

Magic ShopTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang